Cari Cerita Menarik

Kamis, 29 Oktober 2020

KUP4S 70: ALUR CERITA FILM MIRACLE MENANTANG MAUT (2007)


Hai... Ada kabar baik buat kalian. Semua Episode Series Kup4s kini bisa kalian tonton videonya di channel kita. ARTV CMD






***

Adegan diawali dari rombongan parawisata siswa-siswi SMU menuju puncak. Semua anak sudah masuk kedalam bis. Hanya menunggu beberapa siswa saja yang belum hadir.

Kinar yang dianggap aneh sama teman-temannya karena kuper. Terlihat turun dari angkot sebab mendapati macet. Dia memilih jalan kaki agar cepat sampai di sekolah. Tak sengaja dia menabrak seorang wanita misterius yang menggunakan pakaian serba hitam.

Ditengah perjalanan dia beberapa kali mendapati kertas yang tertiup angin seakan mengikutinya bertuliskan "KITA MATI"

Sampai di sekolah. Kinar hendak pergi menuju kelas, namun Satyo. Ketua kelas angkatannya menyuruhnya langsung masuk kedalam bis saja. Karena bis kelas 3 sosial 01 itu akan segera diberangkatkan.

Saat Kinar duduk dia mulai melamun. Dan dia terkejut mendengar Kaka sahabatnya Satio sekaligus wakil ketua yang memanggilnya dan meminta kinar supaya pindah tempat duduk. Karena dia dan Elisa pacarnya mau duduk disitu.

Saat kinar berjalan ke kursi belakang. Mey sengaja membuat kinar jatuh agar menjadi bahan tertawaan teman-temannya.

Satyo datang bersana Pak Irawan wali kelas mereka. untuk mengecek daftar kehadiran. Karena sudah lengkap. Bis pun langsung diberangkatkan.


Ditengah perjalanan kinar merasakan keanehan yang tak wajar dan tiba tiba saja terdengar ledakan serta teriakan yang diiringi api melalap dan membakar semua tubuh siswa.

Kinar pun terbangun dari lamunannya karena terkejut ketika Kaka memanggilnya untuk pindah tempat duduk. Saat melewati Mey. Kinar yang sudah tau jika mey akan membuatnya jatuh berhasil menghindar.

Merasa aneh karena semua kejadian itu sama persis seperti di lamunannya tadi. Untuk lebih meyakinkannya bahwa firasatnya itu benar. Kinarpun mencoba pura pura tidak mendengar Satyo. Dan benar saja. Kejadiannya sama persis seperti di lamunannya.

Saat bis akan dijalankan. Kinar segera memberontak dan memberitahu jika bis itu akan terbakar. Dia meminta agar semuanya turun dan tak melanjutkan perjalanan. Namun mereka justru menghiraukan dan mengatakan jika kinar gila.

Satyo dan Pak Irawan akhirnya membawa kinar turun. Kaka juga pergi untuk mengecek keadaan. Namun dia tak mengijinkan elisa ikut dengannya dan menyuruhnya supaya tetap tinggal didalam bis.

Pak Irawan, Satyo dan Kaka mencoba menenangkan kinar sementara di dalam bis Tania yang kebelet meminta Ago pacarnya untuk menemaninya ke toilet. Mey dan Aldi juga ikut turun untuk membeli minum di kantin.

Bisnya pun segera diberangkatkan yang membuat kinar tambah histeris hingga pingsan.

Mey, Aldi, Ago dan Tania yang ketinggalan bis diminta supaya ikut menyusul dengan menaiki bis guru.

Setelah kinar bangun. Seorang guru datang dan mengabarkan jika bis kelas 3 sosial 1. Mengalami kecelakaan. Semuanya pun terkejut dan menatap kinar.

Kinar yang merasa bersalah karena tak berhasil menyelamatkan semua teman-temannya. Terluhat murung dikamarnya dan dia melempar buku pada kipas karena suaranya berisik. Dia mendapati sobekan kertas yang bertuliskan MATI.

Tiga hari kemudian. Semua siswa terus-terusan membicarakan kinar. Kinar yang risih berlari dan berpapasan dengan Satyo. Mereka diminta supaya gabung dengan siswa kelas 3 sosial 3.

Didalam kelas. Pak Irawan memperingati siswanya agar tidak ada lagi yang menggosipi kinar. Jika dia mendengar itu terjadi maka dia akan memberitahu kepala sekolah. Khususnya Mey yang sangat tidak menyukai kinar.

Kaka terus menyalahkan kinar atas kematian elisa pacarnya. Dia menyebut kinar tukang santet dan akan memberi kinar perhitungan. Kinar yang melihat pertanda kematian membalikkan kata kata kaka. Dan meminta Kaka lah yang harus berhati-hati. Namun kaka tidak percaya dan bila itu terjadi dia sudah siap untuk mati.
Terlihat Tania menguping percekcokan mereka.


Malam hari. Saat mengunjungi makam pacarnya. Kaka mulai mengalami kejadian aneh. Dia seakan tidak bisa keluar dari pemakaman dan berputar putar disitu. saat berlari karena mendapati kuburan yang berisi tulisan nama dan tanggal lahirnya. kakinya tersandung kemudian lehernya tertarik oleh akar-akar.

Pagi hari di jalan. Kinar hampir tertimpa lemari pesanan orang yang jatuh. Dan dia terkejut saat melihat wajah dirinya penuh darah melalui pecahan cermin di lemari itu.

Sampai di sekolah kinar terkejut mendapat kabar dari satyo jika kaka meninggal. Sementara Tania menceritakan kejadian apa yang dia dengar kemarin. tentang percekcokan kinar dan kaka pada Ago. Namun Ago menganggap itu cuma kebetulan. Sebab kaka ditemukan meninggal gantung diri didekat pemakaman pacarnya dan menyimpulkan jika kaka cinta mati pada Elisa.

Kinar cerita pada Satyo jika mereka semua yang selamat dari kejadian itu akan mati. Karena seharusnya mereka mati saat menaiki bis. Namun karena mereka selamat. Maka sang kematianlah yang mengejar mereka. Kinar lalu pergi ke perpus untuk browsing tentang hal itu siapa tau ada jalan yang dia temukan di internet.


Sore harinya saat semua siswa sudah pulang. Pak Irawan masih mencari sesuatu di perpus. Dia lalu mendapati komputer yang digunakan kinar tadi pagi masih menyala dan menunjukkan artikel tentang waktu kematian.

Usai mematikan komputer itu dan hendak pulang. Tiba tiba saja komputernya nyala lagi dan saat mengambil buku yang terjatuh tiba-tiba



Dirumah. Kinar kembali mengalami kejadian aneh. Sticker di kulkas yang bertuliskan happy tiba tiba berubah menjadi KI padahal tidak ada yang merubahnya saat kinar bertanya pada bibi.

Di kamar. lagi lagi kinar menemukan tulisan mati di cerminnya. Diapun berniat membakar kertas itu namun yang terjadi saat akan membuangnya. Api kertas itu melalap gorden kamarnya. Beruntung apinya bisa segera dipadamkan.

Pagi hari di sekolah. Kinar berteriak histeris saat melihat mayat pak irawan. Satyo pun membawa kinar keluar untuk menenangkan. Dan dari dalam kelas tania juga teriak karena mendapati bangkai tikus di bangkunya. Dia mengira itu ulah kinar dan tania pun melabrak kinar di toilet. Mey juga datang dan berniat menghabisi kinar saat kinar berkata jika orang jahat pasti segera mati. Namun digagalkan oleh siswa yang datang kesana.


Malam hari dirumahnya. Tania yang tengah minum dan mendapati kecoak didalam minumannya segera melempar gelasnya ke lantai. Dan tangannya terluka kena pecahan gelasnya.

Dia berjalan menuju kamar untuk mengambil obat merah dengan darah yang menetes dilantai. Diapun terkejut mendapati kinar ada disana sambil membawa bangkai tikus. lalu tania terbangun dari mimpinya. Saat dia keluar. Dia mendengar suara kaka dan pak irawan memanggilnya. Dia yang berjalan terpleset oleh tetesan darah dan jatuh berguling guling di tangga.

Di sekolah. Saat diadakan doa bersama untuk kepergian Tania. Semua siswa menatap tajam seakan menyalahkan kinar. Kinarpun pergi meninggalkan kelas yang disusul oleh Satyo.


Di cafe. Satyo berkata jika tania akan segera dimakamkan. Namun kinar enggan untuk hadir karena akan menambah masalah saja. Dia memecahkan misteri tulisan yang selalu dia temukan belakangan ini "Kita Mati". Dan menghubungkannya dengan inisial nama orang disekitar mereka yang meninggal. Dan semuanya nyambung. Dia menyimpulkan mereka semua akan mati sesuai urutan tulisan itu. Inisial yang berikutnya adalah A. Ago atau Aldi 

Satyo segera datang menemui Ago dan kinar mendatangi Aldi untuk memperingati mereka namun keduanya sama-sama tidak peduli. 

Kinar yang melihat pelayan memecahkan akuarium mini dan ikannya mati kejang kejang di studio cafe tempat Aldi latihan band segera menelpon satyo agar meminta ago untuk jauh jauh dari kolam.

Kinar segera pergi kerumah Ago. Namun dibelakang Aldi mati kesetrum saat akan mencolok gitar listrik. Barusaja Sampai dirumah ago, satyo mendapat kabar dari mey jika Aldi telah meninggal.

Kinar dan Satyo mulai percaya jika urutan kematian itu memang benar. Dan selanjutnya adalah mey. Namun keduanya tidak mau memberitahu siapa giliran berikutnya.

Usai pemakaman aldi. Mereka berempat sepakat untuk menantang kematian atas saran dari Satyo. Bis itu menuju puncak jadi mereka harus pergi ke puncak.

Ditengah perjalanan Ago mulai menggila. Menyetir mobil dengan kecepatan penuh dan ugal ugalan. Kecelakaan pun tak dapat dihindari.

Mereka yang melihat tidak ada orang bahkan tidak ada rumah satupun disekitar. mulai berjalan untuk meminta bantuan dan mendapati rumah kosong. Mereka masuk kedalam dan Ago berkata mungkin jika dia menukar nyawa orang lain saat kematiannya tiba maka rancangan kematian itu tidak akan berlaku. Satyo lalu berkata jika Ago ngaco namun Ago membela dirinya pintar dan jenius karena bisa memecahkan misterinya. Ya. Ternyata Ago hanya bercanda.

Satyo lalu meminta semua untuk mengecek rumah itu. Dan kinar mendapat pengelihatan jika besi berkarat adalah pertanda berikutnya. Dia meminta supaya mereka menjauhi benda tersebut.

Saat mendengar bunyi suara decitan pintu dan air. Ago pergi untuk memeriksanya dan mey mengikutinya.


Tiba tiba....


Mey mengaku jika Ago mau membunuhnya. Dan dalam upaya melawan menyelamatkan diri. mey terpaksa memukul ago. Kinar pun menenangkan mey. Dan mey meminta maaf pada kinar atas perbuatannya selama ini.

Bunyi decitan itu muncul lagi dari lantai atas yang membuat perasaan mey tidak nyaman. Satyo akan pergi untuk mengeceknya dan mey memaksa untuk ikut.

Tiba tiba mey memukul satyo dari belakang hingga satyo jatuh ke bawah. Mey mengaku jika dia tidak berniat membunuh satyo karena dia menyukainya. Namun karena satyo menolak cintanya dan lebih memilih kinar. Maka terpaksa dia menghabisinya supaya tidak ada yang memilikinya.


Mey kembali ke kinar dan kinar menanyakan satyo. Mey berkata ada dibelakang namun saat sekian lama tak kunjung datang. Mey mengaku lagi jika dia sudah menghabisinya seperti dia menghabisi ago.

Rupanya mey yang sudah mencoba membunuh ago dan membuat seakan akan dirinyalah yang menjadi korban.

Mey rupanya menganggap serius candaan ago sebelumnya dan dia bertanya pada kinar. Sesungguhnya siapa yang akan mati duluan. Kinarpun menjawab jika mey lah yang duluan. Mey pun tertawa puas karena itu berarti dia sudah menggagalkan rancangan kematian.

Kinar bertanya apakah mey sudah yakin berhasil membunuh semuanya. Mey pun menyeret kinar dan menunjukkan satyo yang sudah tergelatak dan ago yang sudah ngambang di bathup.

Mey berkata jika selamanya dia takkan pernah menyukai kinar. dan dia hanya pura pura baik saja untuk mengelabuhinya. Kinar mengucapkan jika mereka berdua sudah selamat dan stop untuk membully nya lagi.

Saat mey mau melenyepkan kinar. Rupanya Satyo datang  dengan kondisi lemas dan mencoba memukul mey dari belakang. Ketika mey melakukan perlawanan. Kinar melilit lehernya dengan selang air. Dan saat berhasil lolos mey hendak menusuk kinar namun Tiba tiba lantai kayu di atas roboh yang mengenai mey hingga tewas. Rupanya pertanda berikutnya bukanlah besi berkarat melainkan kayu.

Mereka berdua terkejut ketika mendapati Ago masih bernyawa. Lalu mereka memapah ago untuk membawanya pergi dari tempat itu. Namun ditengah jalan kaki kinar tertusuk paku dan merekapun melepas pengangannya pada ago yang membuat ago jatuh terguling guling di tangga dan tertusuk batu lancip di bawahnya.

Kinarpun pergi dengan syok. Satyo mengejarnya dan meminta kinar balik untuk membawa mayat ago. Kinar lalu berkata jika mayat mey juga ada disana tapi kenapa satyo tidak perduli. Satyopun berkata


Saat mereka akan kembali ke rumah tua itu. Kinar tiba tiba menghilang. Rupanya dia bersembunyi karena dia yakin jika satyo akan membunuhnya untuk merusak rancangan kematiannya. Sebab satyo adalah giliran berikutnya. Dan satu satunya cara untuk menghentikannya adalah melenyapkan dirinya.

Satyo lalu menemukan kinar yang ketakutan. Kinar menuduh satyo sengaja melepas pegangannya ago supaya ago meninggal namun satyo mengelak dan mengatakan jika tidak ada untungnya menghabisi ago lagipula itu memang gilirannya. Jika dia mau mengacaukan rancangan itu harusnya dia melenyapkan kinar namun dia tidak melakukannya karena dia cinta sama kinar.

Merekapun akhirnya pulang. Satyo juga pamit pulang usai mengantar kinar kerumahnya karena mau segera mengobati lukanya. Saat kinar akan minum dia merasakan pahit di minumannya seperti racun dan mendapati pertanda kematian lagi. Yaitu suara burung gagak. Saat dia pingsan dan bibi teriak. Adegan beralih ke satyo yang juga lagi minum di angkot.

Tiba tiba kinar sudah ada di pemakaman satyo. Dia yang menangis saat semua orang sudah pulang. Mendapati sebuah karton dan didatangi oleh seorang wanita yang wajahnya rusak karena kecelakaan. Wanita itu bernama Imas. Dia juga yang berpapasan dengan kinar saat turun dari angkot.

 Dia mengaku sebagai kekasihnya satyo tapi belakangan satyo mulai menjauh darinya. Imas berkata semenjak selamat dari kecelakaan itu dia bisa melihat kematian yang akan datang seperti kinar. Dia pernah memberitahu satyo namun satyo tidak percaya sampai akhirnya kinar membuat keributan di bis menyebabkan beberapa orang turun.

Imas juga berkata jika dia pernah menyarankan satyo untuk membunuh salah satu dari mereka. Namun rencananya berhasil ditebak ago dan mey yang menjalankannya. Tapi sayang mey tidak berhasil menghabisi salahsatu dari mereka. Dan ternyata yang sudah membuat lantai kayunya ambruk adalah imas. Imas juga berkata jika satyo bukanlah cowok baik seperti yang kinar pikirkan. Karena satyo juga pernah ada niat untuk melenyapkan kinar. Namun cintanya pada kinar membutakan tujuan awal satyo membawa mereka ke rumah kosong itu. Karena cemburu Imas akhirnya melenyapkan satyo dengan meletakkan obat tidur di minuman yang sudah dia beli di abang-abang suruhan imas. Kemudian membuatnya fidur ke jendela angkot lalu ....


Saat kinar mengaku dia mencintai satyo imaspun marah. Dan mereka berdua bergelut hingga jatuh ke lubang kuburan yang sudah imas siapkan untuk kinar. Saat imas hendak melenyapkan kinar arwah satyo datang dan mengatakan jika dia tidak menyukai imas selain karena wajahnya buruk. Perilakunya juga tambah buruk semenjak kecelakaan yang menimpanya. Imas yang merasa terhina segera akan Menusuk kinar namun keburu kayu nisan jatuh menimpa dan menewaskan dirinya.

Semenjak kejadian itu. Kinar akhirnya mengerti,  dia sudah tidak pernah didatangi oleh burung gagak ataupun peristiwa-peritiwa aneh.

Ia juga tahu, bahwa KITA MATI sudah lengkap, dan huruf "I" terakhir bukan menuju padanya, melainkan pada Imas. Film berakhir ketika Kinar melihat kembali lukisan Imas tentang bis sekolah yang terbakar.

Senin, 26 Oktober 2020

KUP4S 02: ALUR CERITA FILM THE HUMAN CENTIPEDE (2009)




Hai... Kabar baik buat kalian. Jika kalian bosan dan malas untuk membaca. Kalian bisa tonton videonya di youtube channel kita. ARTV CMD. Klik link dibawah ini untuk diarahkan ke versi videonya.




***

Dr. heiter bersama mobilnya. berhenti dipinggir jalan. Dia melihat foto ketiga anjingnya yang sudah ia sambung dari anus anjing satu ke mulut anjing lainnya sambil menangis.

Ada sebuah truk yang berhenti dibelakang mobilnya. Heiter lalu mengikuti supir bus yang tengah buang air kemudian menembaknya dari kejauhan.

Di hotel. Dua turis Amerika yang sedang liburan di jerman, bernama jenny dan lindsay, sedang menelfon sahabat mereka. Kemudian mereka sepakat akan mengunjungi sahabatnya hari itu juga.

Dalam perjalanan, mereka tersesat dijalanan hutan yang tidak ada penduduk sama sekali hingga larut malam. Ban mobil mereka tiba-tiba bocor. Mereka mencoba menghubungi bengkel namun handphone mereka tidak mendapat signal.

Tak berapa lama kemudian ada sebuah mobil yang berhenti disamping mereka. Lindsay membuka pintu mobilnya dan tampak seorang pria tua gemuk  yang aneh. Lindsay meminta pertolongan namun pria tua itu rupanya hanya bisa berbahasa jerman dan mengatakan kata-kata mesum sambil tertawa.

Lindsay yang tak mengerti meminta jenny menterjemahkannya lewat kamus dan mendapati kata bersetubuh. Setelah mereka mengetahui pria itu berotak mesum, lindsay segera menutup pintu kaca mobilnya dengan ketakutan sampai akhirnya mobil pria itu pergi.

Hari semakin larut dan tak ada satu orangpun yang lewat. Lindsay dan Jenny terpaksa keluar untuk mencari bantuan. Mereka mulai menelusuri hutan sambil berseturu karena jenny kelelahan. Lindsay melihat lampu ditengah hutan. Dia dan jenny lalu menghampirinya dan seketika hujanpun turun membuat keduanya semakin panik.

Mereka mulai mencari seseorang untuk dimintai pertolongan. Lindsay mengetuk pintu dan seorang priapun muncul mempersilahkan mereka berdua masuk. Pria itu adalah dokter Heiter tadi. Heiter lalu menawarkan mereka minum.

Di dapur. Heiter pura-pura menelfon bengkel dengan suara lantang dengan maksud supaya didengar oleh landsay dan jenny. para wanita itupun mengira heiter adalah orang baik dan mereka merasa tidak cemas lagi.

Tanpa mereka ketahui. Heiter memberikan obat tidur pada minumannya dan tak menelpon nomor bengkel. Heiter pure-pura mengatakan jika tukang bengkelnya akan datang 2 jaman lagi.

Jenny mulai meminum air yang diberikan heiter. Sementara lindsey tak sengaja menyenggol gelas saat hendak minum dan gelasnyapun pecah membuat airnya tumpah. heiter pun marah-marah dengan tidak jelas. Heiter mulai bicara kasar dan mengatakan dia tidak suka manusia. dua turis itupun mulai ketakutan dan hendak pergi.

Namun jenny tertidur akibat obat yang diberikan heiter tadi pada minumannya. lindsaypun beranjak namun dokter heiter memberikan suntikan penenang yang membuat lindsay pingsan.


Jenny dan lindsay terkejut saat terbangun tiba-tiba mereka diikat di sebuah ruangan. Bersama seorang pria. Pria itu merupakan supir truk yang ditembak heiter tadi siang.

Mereka berdua mulai berteriak. Heiter menghampiri si supir truk dengan perlahan dan mengatakan. dia tak pantas menjadi kelinci percobaannya. lalu diapun membunuhnya menggunakan racun suntikan.

Lindsay dan jenny yang melihat aksi heiter terus memberontak ketakutan. Heiter lalu menguburkan mayat supir itu dihalaman rumah. Kemudian dia mencari mangsa satu lagi bernama katsuro seorang turis jepang.

Mereka bertiga disekap diruangan itu. Kemudian Dokter heiter menyalakan proyektor Dan mulai berbicara tentang kehidupannya. Dia juga menjelaskan bagaimanaa dia akan mengoprasi dan menghubungkan ketiganya dalam satu sistem pencernaan. Lindsay dan jenny ketakutan sementara katsuro terus memberontak. 


Dokter heiter menjelaskan bahwa dia adalah seorang ahli bedah terkenal di dunia, dia juga bisa memisahkan orang kembar siam yang menyatu di dalam janin, tetapi yang paling dia inginkan adalah membuat makhluk baru dengan menjahit manusia bersama-sama seperti yang ia lakukan sebelumnya tethadap anjing kesayangannya.

Dia menjelaskan secara rinci bagaimana dia akan mengoperasi dan menghubungkan ketiga tiga korbannya dari mulut-ke-anus , sehingga mereka dapat berbagi sistem pencernaan tunggal.


Mereka mulai ketakutan. Lindsay mencoba melarikan diri namun dia terjebak di sebuah kamar. Heiter dengan senapannya memecahkan jendela. Lindsaypun berlari dan tercebur kedalam kolam berenang. Listrikpun padam. Saat heiter memperbaiki lstrik. Lindsay mencoba menyelamatkan jenny yang belum tersadar namun setelah berhasil keluar heiter menembaknya dari kejauhan. Dan lindsaypun pingsan di halaman.

Karena lindsay sudah berani melarikan diri. Heiter memutuskan akan meletakkan lindsay di bagian tengah dalam pembuatan manusia kelabang. Dimana itu adalah bagian yang paling menyakitkan.

Heiter lalu membius para korbannya dan mulai melakukan operasi pada ketiganya. Heiter memilih katsuro untuk diletakkan dibagian paling depan yakni sebagai kepala kelabang. Dia mulai memutilasi pantat katsuro dan lindsay. Serta mencabut gigi lindsay dan jenny yang akan dijahit mulutnya ke pantat orang yang ada didepannya. Heiter juga membius dan mengoprasi lutut korbannya untuk mencegah ekstensi kaki persendian lutut sehingga para korbannya sulit menggerakkan kaki mereka. 


Setelah operasi dirasa cukup, heiter membangunkan ketiga turis itu. Mereka bertiga merasa kesakitan namun heiter dengan gembiranya memotret motret mereka.

Katsuro meminta heiter untuk membunuhnya saja agar rasa sakitnya hilang. Namun heiter tak menggubrisnya. justru dia tertawa puas. Mereka lalu dikurung dalam kotak sel kecil. katsuro yang masih dapat berbicara terus memberontak dan berteriak.

Pagi harinya mereka di suruh berjalan di halaman. Katsuro beberapa kali menjatuhkan koran saat heiter meminta untuk dibawakan kehadapannya.

Saat makan. Katsuro yang memberontak menggigit kaki heiter. Hiterpun marah dan menendang katsuro hingga pingsan.

Keesokannya. Katsuro meminta maaf pada lindsay Ketika Katsuro buang air besar , Lindsay terpaksa menelan kotorannya sementara dokter mengawasi dengan gembira sambil tertawa.

Heiter terus melatih dan mengawasi manusia kelabangnya berjalan layaknya hewan peliharaan.

Namun Heiter lama-lama menjadi kesal karena dia tak dapat tidur semalaman akibat teriakan katsuro.

Dia lalu mengecek kondisi manusia kelabangnya dan menyadari bahwa Jenny sedang sekarat karena sepsis. Hingga jahitan dimulutnya mengeluarkan nanah yang busuk.

"Sepsis adalah penyakit peradangan karena infeksi dari bahan kimia yang dimasukkan kedalam tubuh sehingga dapat mematikan fungsi organ yang berujung kematian"


Tiba-tiba telpon rumah heiter berbunyi. Dan itu adalah telpon dari detektif yang sedang mencari turis yang hilang. Mereka berada didepan rumah heiter. Katsuro mencoba berteriak minta tolong. Heiter pun mulai panik. Dan berlari ke atas untuk menemui detektif itu.

Heiter lalu mempunyai ide untuk menjadikan dua detektif itu sambungan manusia kelabangnya sekaligus sebagai pengganti jenny yang sekarat dan menjadi penemuan terbaru.

 Kelabang dengan 4 susun. Heiter lalu menawarkan minum pada Kranz dan Voller sang detektif yang sudah diberi obat tidur dengan harapan mereka akan pingsan.

Heiter kembali ke ruang penyekapan dan memperingati tawanannya supaya tidak bersuara. Setelah heiter keluar katsuro merencenakan sesuatu.

Setelah minum. para detektif mulai mengintograsi heiter dengan beberapa pertanyaan. Mereka menjadi curiga dengan sikap heiter yang berbicara kasar saat bertanya tentang turis yang hilang. Setelah mengetahui ada ruang bawah tanah, turis itu meminta heiter mengantarkannya ke ruang tersebut untuk diperiksa. Heiter yang ketakutan akhirnya mengancan akan melaporkan polisi jika para detektif tidak menunjukkan bukti surat perintah penggeledahan rumahnya. 

para detektif itupun meninggalkan rumah Heiter dan akan kembali dalam 20 menit. Heiterpun segera beranjak menuju ruang penyekapan bawah tanah dan terkejut saat melihat para korbannya tidak ada disana.

Para korban bersembunyi. Saat heiter lengah. Katsuro menyerang heiter dengan menusuk kakinya menggunakan pisau bedah. Dia lalu menarik pisau itu membuat heiter berteriak kesakitan. Katsuro lalu menusuk kembali di bagian lututnya hingga membuat heiter terjatuh tergeletak. katsuro lalu menghampiri dan menggigit telinga heiter hingga putus. Heiterpun pingsan.

Mereka mulai menaiki tangga untuk melarikan diri. Lindsay meminta katsuro menuju ruangan tempat ia kabur sebelumn, a dimana jendela disana sudah dipecahkan oleh heiter. karena itu merupakan jalan keluar yang sangat dekat. Namun ternyata kaca itu sudah dipedbaiki. Upaya mereka untuk melarikan diri akhirnya gagal setelah heiter terbangun. Dan mereka terjebak diruangan itu.

Katsuro mencoba memecahkan kaca itu kembali. Namun sangat susah dan iapun menyerah saat melihat heiter yang berjalan merangkak sudah sampai di pintu.

Katsuro justru menghampiri heiter dan mengaku bahwa ia memang pantas menerima nasib penyiksaan itu. karena ia telah memperlakukan keluarganya sendiri dengan buruk dan mengusir orang tuanya.

kemudian katsuro mengambil pecahan kaca dan menggorok lehernya sendiri hingga mati. Para wanita dibelakangnya menangis. Sementara heiter menatapnya dan mendengar telpon berdering. Dimana itu adalah telpon detektif dengan surat ijin penggeledahan yang diminta heiter.

Para detektif masuk secara paksa karena tidak ada yang membukakan pintu. Mereka berdua mulai berpencar untuk menggeledah seisi rumah heiter.

Sementara itu. Heiter yang terluka, bersembunyi di dekat kolam renangnya.

Kranz menemukan pisau bedah berlumuran darah di ruangan bawah tanah. Dia berlari keatas lalu menuju ruangan dan mendapati 3 korban Heiter itu.

Saat voller merasa lengah akibat mulai bereaksinya obat tidur yang diberikan heiter sebelumnya. Heiter yang bersembunyi dibalik pintu menyayat kaki voller yang berdiri disampingnya menggunakan pisau hingga ke pahanya membuat voller kesakitan dan menjatuhkan pistolnya. Heiter lalu mengambil pistol itu lalu menembaknya membuat voller terjatuh kedalam kolam renang.

Kranz Lalu berlari mencari rekannya itu saat mendengar suara tembakan.

Setelah menemukan Voller mati di kolam renang. Kranz ditembak oleh Heiter dari kejauhan.

Kranz membalasnya dengan menembak kepala Heiter sebelum ia mati dan terjatuh kedalam kolam juga.
Mereka bertiga mati semua.

Sementara itu. Lindsay menangis saat melihat sahabatnya Jenny yang sudah tidak kuat. Lindsay memegang tangan Jenny dengan erat dan melihat detik-detik kematian sahabatnya itu lewat cermin disampingnya. Lindsay terisak ketika dia ditinggalkan sendirian di rumah neraka itu. terperangkap bersama mayat-mayat tawanan dan juga mayat dokter gila serta kedua detektif itu.

 Hingga akhir film .Nasib lindsey tidak diketahui. karena Film berakhir dengan suara isak tangisnya diiringi kamera yang ngeshoot menjulang ke atap rumah heiter.

KUP4S 01: ALUR CERITA FILM LORD OF THE FLIES (1990)



Hai... Kabar baik buat kalian. Jika kalian bosan dan malas untuk membaca. Kalian bisa tonton videonya di youtube channel kita. ARTV CMD. Klik link dibawah ini untuk diarahkan ke versi videonya.






***

Sebuah pesawat membawa 24 kadet anak sekolah militer yang hendak pulang ke tanah air dari amerika serikat, terjatuh di perairan yang membuat semua anak terombang ambing di laut.

Ralph kadet senior yang paling bijak menyelamatkan Kapten Benson, sang pilot, yang tenggalam, karena dia adalah satu-satunya korban orang dewasa yang ada bersama mereka saat itu.

Semua anak berenang menggunakan balon udara keselamatan, untuk menuju tepian sebuah pulau terpencil yang tak berpenghuni. Dan disanalah perjuangan bertahan hidup mereka dimulai.

Hari menjelang sore. Mereka semua mengeluh kelaparan dan haus. Ralph mengatakan untuk pergi tidur dan besok mereka akan bahas apa yang akan dilakukan.

Pada pagi hari sekali. Saat matahari belum terbit. Tampak Simon yang merupakan kadet paling mandiri, tidak  tidur semalaman. dia lalu berjalan sendiri dan menemukan sungai yang  airnya dapat diminum. Simon kemudian memberi tahukan pada Ralph dan juga anak-anak yang lainnya. mereka semua pun tambak riang gembira menuju sungai itu. Mereka minum kemudian mulai menjelajahi pulau yang tak berpenghuni tersebut.

Di pantai, seorang kadet yang kelebihan berat badan biasa dijuluki "Piggy"  seorang bocah berkacamata yang kerap dibully, menemukan sebuah kerang keong, dan dia memberikannya pada Ralph.


Sementara anak yang lainnya tengah mencari buah untuk mereka makan. Jack dan 3 temannya terkejut saat melihat babi hutan yang berlari dihadapan mereka. Dan Mereka terkejut kembali saat mendengar suara. Suara itu merupakan suara kerang keong yang ditemukan Piggy tadi. Kerang itu ditiup oleh Ralph. mereka yang mendengar suara kerang itu segera berlari untuk menghampirinya. semua anakpun telah berkumpul. 

Mereka mulai berdiskusi, bagaimana caranya bertahan hidup dari kesulitan yang sedang mereka hadapi. 

Mereka mulai mendirikan tenda dan menyalakan api di puncak tebing menggunakan kacamata Piggy. untuk mencoba memberikan sinyal pertanda kehadiran mereka pada helikopter atau pesawat yang sedang lewat. Namun apinya malah membesar. Mereka mulai panik dan mencoba memadamkan api. 

Usai api padam dan mengecil. Mereka kemudian sepakat untuk saling bergantian menjaga api di puncak tebing tetap menyala.

Para junior mulai menangis dengan kondisi yang mereka alami sekarang. Dimana mereka. dengan terpaksa harus memakan kadal. untuk mengatasi rasa lapar mereka. Namun Ralph sebagai senior. selalu menenangkan para Juniornya.

Awalnya semua baik-baik saja. Mereka tampak gembira, bersenang-senang, bermain bersama, kompak, saling bekerja sama dan melindungi, tetapi perbedaan pendapat mulai terjadi antara Ralph dan Jack. Ralph meyakinkan mereka. bahwa semuanya akan baik-baik saja dan akan segera pulang ke rumah.

Sementara Jack mengatakan. jika mereka tak dapat pulang dan akan selamanya berada ditempat itu. Para Junior pun mulai termakan dengan kata-kata Jack. Mereka sepertinya meragukan perkataan Ralph.

Mereka mulai membuat tombak untuk memburu hewan dan ikan yang dapat dimakan. Roger menusuk bunglon yang ada ditangan Simon untuk mengetes ketajaman tombak dia. Simon pun tak menyukai tindakan kasar roger terhadap binatang.

Suatu malam, ketika mereka tertidur, Kapten Benson yang terbangun. Beranjak menelusuri hutan.

Keesokan paginya anak-anak terkejut atas hilangnya kapten Benson. Mereka pun mulai berpencar untuk mencari kapten benson. Namun usahanya sia-sia. Kapten benson tak juga ditemukan. Simon yang menemukan pakaiannya di bebatuan pantai tak percaya dengan perkataan Ralpg jika Kapten Benson meninggal hanyut terbawa arus. Karena dia tak menemukan sepatu dan ikat pinggangnya. Dia yakin kapten benson masih hidup.

Jack membawa anak-anak untuk berburu di hutan, tanpa melaksanakan tugas yang diperintah Ralph untuk menjaga api darurat supaya tetap menyala. padahal itu giliran dia yang menjaganya. Api  itupun padam, dan gagal memberikan sinyal pada helikopter yang lewat saat itu. Ralph sudah mencoba berlari mengejar helikopter tersebut. namun usahanya sia-sia.

Ralph kemudian menghampiri dan menyalahkan Jack. karena sudah lalai dalam melaksanakan tugas untuk mempertahankan api itu tetap menyala. Mereka berduapun berkelahi.

Jack, mulai merasa bosan mendengarkan perkataan Ralph dan Piggy yang tidak membuahkan hasil apapun dan tidak ada gunanya sama sekali.

Jack pergi dan membentuk kelompok bertahan hidup sendiri, dia berkata pada semuanya agar mereka memilih, mau mencoba bertahan hidup di hutan belantara dengannya atau melaksanakan perintah Ralph yang tidak ada gunanya dan hanya sia-sia saja.

Mereka pun terbagi menjadi dua kelompok. Dan kelompok Jack memilih untuk menjauh dari kelompok Ralph yang berada di bibir pantai.

Malam harinya Simon bermimpi ada helikopter yang mendatangi mereka, tapi sayang helikopter itu meledak. Simon pun terbangun dan ternyata sedang terjadi badai angin yang membuat semua pengikut Ralph terkatung-katung. Mereka berpencar saling menyelamatkan diri dari tumbangnya pohon-pohon kelapa. Para Junior mulai ketakutan karena terpisah satu sama lain.

Pagi harinya mereka saling mencari satu sama lain. Kemudian mereka menemukan pohon pisang yang tumbang dan buahnyapun sudah masak. Mereka lalu memakan buah pisang itu. Kemudian kembali menyalakan api darurat.

Sementara itu. kelompok Jack masih terus memburu. Salah satu anak laki-laki Junior pengikut Jack. yang bernama Larry, mengikuti komodo besar kedalam gua. Dia mendengar eraman dari dalam gua itu. Larry pun menghampiri dan mengira itu adalah suara monster penunggu pulau yang akan menikamnya, jadi dia menusuknya dengan tombak kemudian berlari, padahal itu adalah suara kapten benson. Larry yang berlari ketakutan segera memberitahu anak-anak lainnya.


Jack si pemimpin kelompok pemburu dan Roger wakilnya. kemudian pergi ke pintu masuk gua itu untuk membuktikan ucapan Larry. dan diapun mendengar erangan itu juga. Dimana itu merupakan suara erangan kapten benson yang lagi sekarat akibat tusukan tombak Lerry. Mereka jadi semakin yakin dan percaya. jika itu adalah suara monster penunggu hutan yang layak disembah untuk meminta perlindungan. Tanpa melihat terlebih dahulu ke dalam gua.

Merekapun banyak memihak pada Jack dan percaya akan suara moster itu. Hanya beberapa junior saja dan 4 senior yang memihak pada Ralph. Piggy. Si kembar sam dan erick. Serta Simon yang tak suka cara kekerasan Jack.


Suatu malam, Jack dan pengikutnya mencuri pisau dari Ralph untuk mereka gunakan membuat lebih banyak lagi senjata berupa tombak, tanpa sengaja dia menginjak kacamata Piggy saat melancarkan aksinya itu. Dia memecahkan satu lensa kacamatanya dan Piggy pun menangis karena tanpa kacamata itu pengelihatannya jadi kabur.

Pagi harinya Simon mendatangi Larry dan bertanya dimana gua monster itu. Larry pun memberitahunya.

Jack menjadikan kelompoknya sebagai pemburu dengan tombak yang memburu hewan liar untuk mereka santap. Mereka membunuh babi hutan dan meninggalkan kepalanya sebagai persembahan kepada "monster" yang mereka yakini ada didalam gua.

Melihat aksi kelompok Jack yang terlihat gembira menikmati kehidupannya, akhirnya si kembar identik sam dan erick memilih untuk bergabung ke kelompok Jack menjadi pemburu liar untuk bertahan hidup dalam situasi seperti itu dengan terpaksa. daripada terus-terusan termenung dengan harapan akan ada bantuan yang datang menjemput mereka untuk pulang.


Di depan gua. Simon tercengang saat menemukan kepala babi persembahan kelompok Jack yang ditusuk dengan tongkat. Simon tidak menyangka teman-temannya bisa senista itu percaya akan adanya monster.

Malam harinya Ralph, dan Piggy beserta 3 junior menemui Jack dan pengikutnya yang tengah melakukan pesta api unggun di pesisir pantai. 3 junior itu bergabung bersama jack.

Ralph tercengang melihat kelakuan biadap mereka yang memakan daging babi hutan liar dengan sangat brutal tanpa adap. Sementara Piggy justru memakan daging yang diberikan salahsatu pengikut Jack. Ralph dan jeck pun berseturu.

Kini Ralph hanya ditemani dua orang setianya saja. Yakni si Gembul Piggy dan juga Si Simon yang sedang menelusuri hutan.


Simon yang penasaran akan suara monster yang diceritakan kelompok jack, mencoba masuk kedalam gua dan menjelajahinya menggunakan tongkat cahaya yang berwarna hijau.

Simon lalu terkejut saat menemukan mayat kapten benson yang tergeletak. Dan dia yakin jika suara yang diduga monster oleh kelompok jack adalah suara kapten Benson didetik detik kematiannya. Simon berlari dipinggir pantai untuk menghampiri kelompok jack yang sedang berpesta dengan api unggunya. Dia hendak berupaya memberitahu akan penemuannya kepada kelompok Jack si pemburu.

Namun dari kelompok Jack, gerakan lambaian tongkat cahaya berwarna hijau yang dibawa simon dari kejauhan. menakuti para junior yang tengah asik berpesta. Mereka mengira jika itu adalah monster dari dalam gua yang akan menghampiri dan menikam mereka semua. Merekapun menyiapkan senjata tombak masing-masing lalu menghampiri cahaya hijau dari kegelapan pinggir pantai itu.

Mereka mensuk-nusuk tubuh Simon dengan tombaknya hingga mati dengan organ dalam yang keluar akibat beberapa tusukan tombak mereka. Sementara Ralph dan Piggy tercengang melihat aksi brutal teman-temannya.

Pagi berikutnya, Ralph menangis dan menyalahkan dirinya sendiri karena dia dan Piggy tidak bisa menyelamatkan simon dari kelompok jack si pemburu yang sudah menewaskan simon tadi malam. Piggy menenangkan Ralph bahwa itu cuma kecelakaan. Sementara Jack meyakinkan para pengikutnya jika monster itu bisa datang dalam bentuk apapun termasuk menyerupai wajah teman mereka "Simon". Jadi mereka harus waspada.

Malam harinya jack dan kelompoknya mencuri kacamata piggy untuk mereka gunakan menyalakan api. Piggypun menangis karena ia tak bisa melihat tanpa kacamata itu.

Ralph dan Piggy berjalan untuk mengadakan pertemuan dengan Jack si pemburu. Ralph dan Jack terlibat perkelahian. Piggy menggunakan kerang keong untuk memberikan tanda berhenti pada mereka.

Piggy mulai berbicara tentang pemikiran kedewasaan mereka. Roger yang tampak kesal mendengar ocehan Piggy mendorong sebuah batu besar dari atas tebing yang mengenai kepala piggy hingga bocor dan mati. Ralph pun menangis dan tak akan membiarkan tindakan Jack. Jack menganggap itu adalah sebuah ancaman dan meminta para pengikutnya mengusir Ralph. Ralph pun diusir dengan cara dilempar batu oleh para pengikut Jack.

Malam harinya, Ralph diam-diam kembali ke tempat kelompok jeck untuk menemui si kembar sam dan eric. Si kembar mengatakan jika Ralph harus hati-hati karena Jack si pemburu biadap dan pengikutnya akan menyerang dan mengejarnya. Ralph segera pergi saat Jeck meminta Sam dan Erick untuk waspada.

Pagi harinya, Jack si pemburu biadap bersama pengikutnya mulai membakar hutan dan memaksa Ralph untuk keluar. Dia meminta Ralph untuk tidak bersembunyi lagi karena dia akan membunuhnya hari itu juga.

Ralph berlari dan bersembunyi dibalik kayu besar, si kembar yang mengetahui persembunyiannya, tercengang dengan mata yang berkaca-kaca menatap kepanikan sahabatnya itu. Sam dan erick mengatakan tidak ada saat jack bertanya apa kalian melihat sesuatu?

Namun Roger melihat Ralph dan berteriak. Ralph keluar dan berlari putus asa dari Jack dan si pemburu menuju laut. Dia mulai pasrah tak berdaya jika dia tertangkap dan dibunuh karena dia sudah tidak sanggup untuk berlari, diapun terjatuh di pesisir pantai. Dia melihat dua kaki terbuka dihadapannya dan tercengang.

Seorang pilot perwira Korps Marinir AS yang baru saja mendarat di pulau itu tercengang melihat anak-anak itu dan bertanya apa yang sedang kalian lakukan?

Beliau dengan Marinir lainnya menuju pulau karena melihat api yang melanda sebagian besar pulau itu.

Jack si pemburu dan pengikutnya melihat Ralph dalam keheningan yang terpana. Mereka merenungkan perilaku biadap mereka. Sementara Ralph menangis memikirkan apa yang sudah terjadi dengannya dan juga teman-temannya.

Jumat, 13 Maret 2020

Cerita Bersambung: Jika Aku Menikah Muda Episode 05



Judul : Jika Aku Menikah Muda (JAMM)
Episode : 05
Penulis : A. Rahman AP
Jenis : Cerita Bersambung
Bentuk : Dialog
Genre : Drama, Komedi, Percintaan
Khusus Pembaca : 13+


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

EPISODE SEBELUMNYA . . .

“Akbar dan Chantika saling berdebat masalah ponsel yang terjatuh. Kondisi Sultan semakin kritis karena kehilangan banyak darah dan stok darah yang cocok dengannya di rumah sakit sedang kosong.”

BACA EPISODE SEBELUMNYA



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -






Chantika memasuki ruangan gawat darurat dan memberitahukan Dr. Trisna jika stok darah yang cocok dengan pasien sedang kosong.

CHANTIKA : “Dokter ini gawat. Golongan darah yang cocok dengan pasien saat ini sedang . . .”

TRISNA : “Iya Chantika, aku tau. Kau tadi pergi dengan terburu-buru hingga aku tidak sempat mengatakannya padamu”

CHANTIKA : “Astaga, maafkan aku dok. Aku terlalu khawatir dengan kondisi pasien”

TRISNA : “Aku mengerti, tapi saat ini kondisinya sedang kritis dan kita harus menemukan pendonor secepatnya atau nanti akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan”

CHANTIKA : “Apa kondisinya separah itu dok?”

TRISNA : “Benar Chantika, dia kehilangan banyak darah. Kau lihat sendiri kondisinya tadi bukan?”

CHANTIKA : “Iya dok. Aku tidak tega melihatnya tadi, makanya aku pergi terburu-buru saat dokter mengatakan jika dia sedang membutuhkan donor darah”

Chantika berpikir

CHANTIKA : “Aku akan bicara dengan keluarganya”

TRISNA : “Chantika, tapi . . .”

Chantika keluar dari ruangan.


***


Chantika lalu mencari keluarga pasien. Namun dia tidak melihat siapapun kecuali Akbar yang duduk dan terlelap tidur di bangku tunggu, Chantika menghampiri dan membangunkannya, Akbar terkejut dan betapa terkejutnya lagi saat melihat Chantika yang membangunkannya.

CHANTIKA : “Hei kau?”

AKBAR : “I-i-ya apa-apa kau memanggilku? Ada apa? Ap... Apa ini? Kau lagi?”

CHANTIKA : “Benar, apa kau keluarga dari pasien yang sedang di rawat di ruang gawat darurat itu?”

AKBAR : “Aku . . .”

CHANTIKA : “Dia sedang membutuhkan donor darah. Sekarang ayo kau ikut denganku”

Chantika menarik Akbar, dan pada saat itu juga Harun datang

AKBAR : “Iya, tunggu. Tapi aku bukan . . .”

HARUN : “Akbar, syukur kau disini. Kenapa kau tidak menghubungi Ayah, semua keluarga panik di rumah. Sekarang bagimana kondisi Sul . . .”

CHANTIKA : “Maaf, apa Bapak juga keluarga dari pasien? Pak. Pasien kehilangan banyak darah, dan harus segera menemukan donor yang cocok secepatnya. Atau jika tidak, kami tidak tau apa yang akan terjadi”

AKBAR : “Apa maksudmu? Apa kau tidak bisa menyelamatkannya? Bukankah kau bilang kau ini seorang dokter. Lalu apa tugasnya seorang dokter jika tidak bisa menyelamatkannya?”

CHANTIKA : “Pak. Maksudku tuan yang kasar. Aku ini bukan Tuhan, kami para dokter juga manusia biasa. Kami hanya bisa berusaha tapi Tuhan yang akan menentukan”

HARUN : “Kenapa kalian berdua jadi berdebat? Nak, apa golongan darahnya?”

CHANTIKA : “A negatif Pak”

HARUN : “Kebetulan golongan darahku A negatif, dan Akbar anakku juga sama”

CHANTIKA : “Baiklah, kalau begitu ayo ikut denganku Pak. Kita lakukan pengecekan secepatnya”


***


Manik merasa gelisah, dan mencoba menghibur diri dengan menonton TV. Namun betapa terkejutnya melihat acara berita malam di televisi yang menayangkan tentang kecelakaan di dekat taman baru yang tak lain korbannya adalah Sultan.

MANIK : “Sultan?? Tidak! Tidak! Ini tidak mungkin. Sultaannn.... Berita ini pasti salah, kenapa? Kenapa ini terjadi? Tidak! Ini pasti salah. Sultan...”

Manik bergegas pergi dan mendatangi rumah sakit terdekat.


***


Chantika tiba di ruangan pendonoran, Chantika meminta Akbar dan Harun menunggu sebentar, karena dia akan memanggil suster yang akan membantunya.

CHANTIKA : “Bapak, tunggu disini sebentar ya. Aku akan memanggil suster”

AKBAR : “Baiklah, tapi jangan lama-lama. Waktuku sangat berharga”

CHANTIKA : “Iya tuan yang sibuk...”

Chantika keluar ruangan, dan Akbar panik.

AKBAR : “Ayah, bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan sekarang?”

HARUN : “Nak! Kau harus bisa, ini juga demi Sultan. Dia membutuhkan bantuan kita sekarang. Setelah apa yang dilakukannya kepada Nenekmu, apa kau tidak bisa melawan sedikit ketakutanmu Nak?”

AKBAR : “Tapi Ayah, bagaimana caranya? Ayah tau sendiri kan bagaimana aku”

HARUN : “Iya Nak, Ayah tau. Tapi kau . . .”

AKBAR : “Baiklah, aku akan mencobanya Ayah”


***


Manik tiba di rumah sakit Mitra Jaya dan menanyakan Sultan pada resepsionis

RESEPSIONIS : “Ada yang bisa kami bantu Bu?”

MANIK : “Aku mau tanya tentang pasien yang mengalami kecelakaan di dekat taman baru”

RESEPSIONIS : “Apa Ibu keluarganya??”

MANIK : “Apa maksudmu? Kenapa kau jadi ingin tau? Lakukan saja apa yang menjadi tugasmu dengan benar”

RESEPSIONIS : “Baiklah Bu, maafkan aku”


***


Chantika kembali ke ruangan donor darah

CHANTIKA : “Pak . . . ??”

HARUN : “Panggil paman saja Nak dan ini anakku Akbar Kurniawan”

CHANTIKA : “Baiklah Paman... Sekarang Paman berbaring, aku akan memeriksa kondisi Paman terlebih dahulu”

Harun berbaring dan proses pengecekan darah pun dilakukan. Usai pengecekan, dan mendapatkan hasil yang baik. Harun melanjutkan pendonoran, Suster menanganinya. Sementara Chantika menghampiri Akbar dan memintanya untuk berbaring.

CHANTIKA : “Tuan pemarah yang kasar. Ayo. Sekarang kau berbaring”

AKBAR : “Tapi . . .”

CHANTIKA : “Sudah, jangan banyak tapi, ayo cepat berbaring!”

Chantika menutup tirai pembatasnya.

AKBAR : “Hei, kenapa kau menutup tirainya”

CHANTIKA : “Sudahlah, kau diam saja. Banyak pula cerita”

Chantika mulai mempersiapkan jarum suntik, Akbar pun melihatnya dengan tegang dan penuh ketakutan.

Dalam hatinya, Akbar berkata “Ya Tuhan, apa yang akan terjadi. Kali ini tolonglah bantu aku Tuhan”

Chantika mendekat dengan jarum suntiknya

AKBAR : “Kau, kau mau ngapain? Jangan dekat-dekat! Pergi sana!”

CHANTIKA : “Kau ini kenapa? Aku hanya ingin mengecek kondisimu sebelum kau mendonorkan darahmu”

AKBAR : “Aku... Aku tidak mau! Singkirkan suntikanmu cepat!”

CHANTIKA : “Tapi bagaimana aku bisa memeriksamu?”

AKBAR : “Tidak perlu banyak bicara! Ayo letakkan suntikanmu cepat!”

CHANTIKA : “Ah! Kau ini bagaimana?”

Chantika merasa kesal dan membanting suntikannya ke lantai. Lalu Chantika beranjak keluar ruangan sambil mengomel, tapi Harun mencegahnya dan menjelaskan tentang ketakutan anaknya terhadap jarum suntik.

CHANTIKA : “Dia itu benar-benar pria yang aneh. Dia pikir dia siapa? Beraninya dia berkata kasar padaku. Padahal aku hanya ingin mengecek kondisinya, tapi dia? Dia marah-marah padaku. Aku ini seorang dokter dan aku hanya ingin melakukan tugasku saja”

HARUN : “Nak, tunggu sebentar”

CHANTIKA : “Iya Paman,”

HARUN : “Kemarilah”

Chantika menghampiri Harun, Harun berbisik dan mengatakan sesuatu

HARUN : “Nak, apa kau tau? Akbar anakku takut dengan jarum suntik”

Chantika tertawa dan mengejek Akbar. Harun pun tertawa

CHANTIKA : “Hahaha. Apa benar yang paman katakan ini? Akbar anak paman yang kasar dan pemarah itu takut sama jarum suntik?”

HARUN : “Benar Nak. Dulu waktu Akbar masih kecil, kalau dia sedang sakit dan dokter mengatakan harus disuntik maka semua keluarga memegangnya. Aku, Ibunya, Neneknya bahkan lima susterpun kadang-kadang tidak bisa menanganinya”

CHANTIKA : “Ya ampun Paman... Aku tidak percaya ini”

Chantika terus tersenyum dan tertawa sedikit sambil memikirkan sesuatu.

Chantika berkata dalam hati “Baiklah tuan yang kasar dan pemarah, aku punya ide untuk memberikanmu pelajaran sekarang”

CHANTIKA : “Baiklah Paman, aku akan berusaha meyakinkan Akbar”

HARUN : “Tentu Nak,”

CHANTIKA : “Suster tolong bantu aku”

SUSTER : “Baik dok. Aku akan bereskan ini dulu, nanti aku menyusul”

CHANTIKA : “Baiklah. Emm Paman, aku tinggal sebentar ya”

HARUN : “Iya Nak, semoga berhasil”

CHANTIKA : “Terima kasih”

Di bilik tirai nomor lima, Akbar mengomel sendiri. Chantika lalu datang dengan membawa suntikan besar

AKBAR : “Seorang dokter? Apa hebatnya? Dia hanya membawa-bawa jarum kemana-mana. Apa dia tukang jahit? Aku takut dengan jarum suntik. Harusnya dokter bisa mengatasi ketakutanku ini. Bukankah dokter bisa menyembuhkan segala penyakit? Tapi..?? Apa ketakutanku terhadap jarum suntik ini sebuah penyakit? Memangnya tidak ada cara lain apa? Kenapa harus pakai jarum? Bukannya jarum digunakan untuk menjahit pakaian? Tapi di rumah sakit ini malah digunakan untuk orang. Jangan-jangan.... Dokter itu mau menjahit seluruh tubuhku. Ah! Yang benar saja? Astaga, apa yang kupikirkan? Kepalaku jadi pusing.  Akbar, kenapa kau berbicara sendiri? Apa kau sudah kehilangan akal? Semua ini gara-gara dokter menyebalkan itu. Teknologi sudah semakin canggih, tapi rumah sakit ini masih pakai jarum”

CHANTIKA : “Apa kau sudah selesai dengan ceramahmu? Kau bilang aku penceramah, tapi kau berbicara dan berceramah sendiri”

AKBAR : “Kau? Kenapa kau datang kemari lagi? Apa kau mau menguping pembicaraanku?”

CHANTIKA : “Apa? Menguping pembicaraanmu? Kau berbicara dengan dirimu sendiri, kenapa aku akan menguping? Apa aku sudah tidak waras sepertimu? Apa yang akan aku dapatkan dengan menguping pembicaraanmu?”

AKBAR : “Lalu apa masalahmu?”

CHANTIKA : “Seharusnya aku yang bertanya, apa masalahmu? Kenapa kau berbicara sendiri?”

AKBAR : “Sudah lupakan”

CHANTIKA : “Ayo berbaring! Aku kesini mau menyelesaikan tugasku”

AKBAR : “Bukankah aku sudah menyuruhmu pergi?”

CHANTIKA : “Hei, kau ini egois sekali? Keluargamu terbaring lemah di sana dan sedang menunggu donor darah, lalu disini kau hanya mengomel. Ayo berbaring”

Akbar berbaring dan terkejut melihat suntikan besar yang dibawa Chantika

AKBAR : “Apa-apaan ini? A-a-a-apa yang kau bawa itu?”

CHANTIKA : “Ini suntikan untuk mengecek kondisimu”

AKBAR : “Kau ini benar-benar tidak waras ya. Apa kau mau melenyapkanku dengan suntikan sebesar itu?”

CHANTIKA : “Ya ampun, kau tidak akan mati hanya dengan satu suntikan ini”

AKBAR : “Kau benar, kau tidak akan mati, karena kau yang akan menyuntikkannya padaku. Tapi aku yang akan lenyap sekarang. Tidak-tidak jangan lakukan ini. Singkirkan suntikan itu!!!!”

Akbar berlari di dalam bilik dan Chantika mengejarnya sambil menakut-nakuti

AKBAR : “Apa yang kau lakukan? Sudah pergi sana. Singkirkan suntikan itu!”

CHANTIKA : “Ayo sini, kau harus mau”

AKBAR : “Tidak-tidak. Aku tidak mau”

CHANTIKA : “Ayo sini...”

Akbar naik ke tempat pemeriksaan, Chantika pun mengikutinya. Akbar lalu turun dan Chantika terpeleset saat hendak turun, namun Akbar menangkapnya dan mereka berdua saling menatap. Saat Akbar menyadarinya, dia melepaskan tangannya dan Chantika terjatuh di lantai.

“Brukk!!!”

CHANTIKA : “Aduh! Kenapa kau melepaskanku? Apa kau tau? Ini sakit sekali”

AKBAR : “Lalu aku harus bagaimana? Memegangimu selama dua jam. Tanganku juga terasa sakit, kau berat sekali”

CHANTIKA : “Kau ini benar-benar pria yang kasar”

AKBAR : “Kau tidak akan mati hanya karena terjatuh ke lantai ini, tapi apa yang kau bawa itu? Orang bisa mati jika jarum itu menusuk badannya. Apa kau sudah tidak waras?”

CHANTIKA : “Maafkan aku tuan pemarah, aku hanya bercanda. Kau takut jarum suntik bukan? Dan aku pikir akan menakut-nakutimu dengan jarum suntik ini”

AKBAR : “Kau benar-benar sudah kehilangan akal? Pasien manapun akan takut jika melihat suntikan dengan jarum sebesar itu, saat mereka melihatnyapun pasti akan langsung meninggal ditempat”

CHANTIKA : “Kau berlebihan, bukan orang lain, tapi kau membicarakan dirimu sendiri kan?”

AKBAR : “Kau ini bicara apa?”

CHANTIKA : “Aku sudah tau jika kau takut jarum suntik”

AKBAR : “Benarkah? Siapa yang mengatakannya?”

CHANTIKA : “Ayahmu sendiri yang bilang padaku. Aku tidak percaya, seorang pria yang kasar dan pemarah sepertimu, takut dengan jarum suntik sekecil ini?”

AKBAR : “Apa kau mengejekku? Kenapa kau tertawa? Aku tidak takut dengan jarum suntik”

CHANTIKA : “Benarkah itu....”

AKBAR : “Apa kau tidak percaya”

CHANTIKA : “Tidak! Aku lebih percaya sama perkataan Ayahmu”

AKBAR : “Baiklah, kalau begitu ayo lakukan sekarang. Kalau perlu sedot saja semua darahku hingga habis, agar kau merasa puas”

Akbar berbaring

CHANTIKA : “Apa aku tidak salah dengar?”

AKBAR : “Apa sekarang kau juga tuli?”

CHANTIKA : “Baiklah, akan aku lakukan pemeriksaan sekarang. Suster...”

AKBAR : “Hei, kenapa kau memanggil Suster? Apa kau tidak bisa mengerjakannya sendiri?”

CHANTIKA : “Bagaimana nanti kalau kau menendangku? Ayahmu bilang saat kau masih kecil saja lima orang suster tidak bisa mengatasimu, lalu bagaimana denganku seorang diri sekarang? Kau sudah besar dan aku sendirian jadi . . .”

AKBAR : “Hallo. Mataku ini masih normal. Tidak seperti matamu, aku masih bisa membedakan mana bola dan mana manusia”

Mereka berdua tertawa bersama sebelum akhirnya suster datang

SUSTER : “Apakah tuan sudah siap”

AKBAR : “Iya Sus,”

Chantika beranjak ingin keluar bilik

AKBAR : “Kau mau kemana? Apa kau mau meninggalkanku?”

CHANTIKA : “Kenapa? Apa kau takut? Bukankah kau sendiri mengatakan kalau kau tidak takut dengan jarum suntik”

AKBAR : “Iya, tapi... Tidak-tidak, aku ingin membuktikan sendiri padamu kalau aku benar-benar tidak takut jarum suntik”

Chantika termenung dan menatap wajah Akbar yang terlihat panik dan ketakutan. Dalam hati Chantika berkata “Kau bisa menyembunyikan itu dengan kata-kata Akbar, tapi wajahmu tidak bisa berbohong, aku tau kalau kau memang takut jarum suntik”

AKBAR : “Hallo. Kau malah melamun disitu, ayo kemarilah...”

Chantika duduk disamping Akbar. Suster lalu melangsungkan pengecekan, tanpa sadar Akbar memegang tangan Chantika dengan erat. Chantika pun menangis.


***


Harun teringat dengan orang rumah dan segera menghubunginya

HARUN : “Ya Tuhan, saking paniknya aku sampai lupa memberitahu Ibu dan Neta. Aku akan menghubunginya sekarang”


***


Telfon rumah berbunyi

NENEK : “Neta, ada telfon. Cepat angkat, siapa tau itu dari Harun”

JANETA : “Baiklah Bu,”

Janeta mengangkat telfon

JANETA : “Assalamu'alaikum, Halo”

HARUN : “Wa'alaikumsalam, Neta ini aku. Aku ingin memberitahumu, aku sudah tau dimana Sultan”

JANETA : “Benarkah, di rumah sakit mana sekarang Sultan? Dan bagaimana kondisinya?”

HARUN : “Di rumah sakit Mitra Jaya, emmm kondisinya . . .”

JANETA : “Suamiku, cepat katakan. Bagaimana kondisi Sultan? Apa semuanya baik-baik saja?”

HARUN : “Neta, Sultan kritis dan membutuhkan banyak darah. Kebetulan golongan darahnya sama denganku dan juga Akbar. Sekarang kami sedang mendonorkan darah untuknya”

JANETA : “Apa?”

HARUN : “Kau jangan beritahu Ibu dulu tentang kondisi Sultan saat ini, aku takut dia khawatir”

JANETA : “Baiklah, tapi suamiku, apakah benar yang kau katakan? Akbar mendonorkan darahnya untuk Sultan? Bagaimana bisa, dia sangat takut dengan jarum suntik”

HARUN : “Ada seorang dokter muda yang cantik, sepertinya dia berhasil membuat Akbar mengerti dan mau melakukannya”

JANETA : “Aku harap nanti bisa bertemu dengan dokter itu dan mengucapkan terima kasih karena sudah menghilangkan rasa takut anakku terhadap jarum suntik”

HARUN : “Iya tentu, tapi kau kesini besok saja karena ini sudah larut malam dan katakan pada Ibu jika Sultan baik-baik saja”

JANETA : “Baiklah”

HARUN : “Kalau begitu sampai ketemu besok, sekarang kau istirahatlah. Selamat malam, Assalamu'alaikum”

JANETA : “Wa'alaikumsalam”

Janeta kembali ke kamar Nenek

NENEK : “Apa Harun yang menelfon barusan Nak? Apakah Harun sudah mengetahui dimana Sultan?”

JANETA : “Iya Bu,”

NENEK : “Apa katanya? Bagaimana kondisi Sultan?”

JANETA : “Dia baik-baik saja Bu, besok kita akan menemuinya. Sekarang Ibu tidur ya...”

NENEK : “Baiklah...”


***


Proses pengecekan sudah selesai dan kondisi Akbar baik, suster pun langsung melanjutkan proses pendonoran

AKBAR : “Bagaimana? Kau lihat sendiri kan kalau aku benar. Kau tadi sampai menangis, mungkin karena kau tidak bisa menerima kenyataan kalau aku menang”

CHANTIKA : “Tidak, bukan itu”

AKBAR : “Lalu kenapa? Apa kau mengkhawatirkanku?”

Suasana terdiam sejenak

CHANTIKA : “Apa kau tau? Kau tadi memegang tanganku dengan sangat erat dan aku merasa kesakitan hingga aku mengeluarkan air mata. Tapi kau malah mengejekku, menyebalkan”

Chantika beranjak dan pergi dari bilik

AKBAR : “Maafkan aku, aku hanya bercanda saja. Tapi terim . . . Dia pergi, padahal aku mau mengucapkan terima kasih. Sudahlah...”


***


Manik tiba di depan ruangan Sultan, namun Dokter Trisna tidak mengizinkannya masuk karena kondisinya sangat tidak memungkinkan.

MANIK : “Dokter, bagaimana kondisinya”

TRISNA : “Kau . . . ??”

MANIK : “Aku Ibunya”

Dokter termenung dan teringat ucapan Sultan saat mengatakan jika Ayah dan Ibunya pergi meninggalkannya saat masih kecil.

TRISNA : “Kau tinggal dimana saat ini?”

SULTAN : “Dokter Trisna, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang. Ayahku meninggalkanku saat aku berumur empat tahun. Dan Ibuku selalu sibuk dengan urusannya. Saat itu aku tinggal sendirian dan hanya bibiku yang kadang datang dan menanyakan kondisiku. Aku tinggal di kompleks Apartemen Perwira Mewah milik ayah Chantika dan merekalah yang merawatku sejak saat itu hingga sekarang dan aku berasa seperti mendapatkan kasih sayang keluarga dari mereka”

Dalam pikirannya Trisna berkata “Orang ini Ibunya Sultan? Kasihan sekali Sultan, dia punya kedua orang tua tapi dia tinggal sendiri di kompleks apartemen, sementara keluarga Chantika yang sudah dianggap keluarga olehnya? Aku belum memberikan kabar ini pada mereka, bahkan aku menyembunyikannya dari Chantika. Apa yang telah aku lakukan?”

TRISNA : “Maaf sebelumnya Bu, kondisinya sangat kritis dan tidak memungkinkan untuk ditemui sebelum donor darah dilakukan”

MANIK : “Apa? Donor darah? Apa kondisinya separah itu dok?”

TRISNA : “Benar Bu, dia kehilangan banyak darah. Aku tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya jika tidak ada pendonor yang datang”

MANIK : “Emmm... Siapa pendonor itu? Aku ingin menemuinya dan mengucapkan terima kasih padanya”

TRISNA : “Dia Ayah dan anaknya yang telah membawa Sultan kemari”

MANIK : “Mereka orang-orang yang baik. Dimana mereka?”

TRISNA : “Di ruang donor darah, Ibu belok kiri dari sini dan ruangan nomor dua dari sebelah kanan”

MANIK : “Baiklah, terima kasih Dok. Aku akan menemuinya nanti”

TRISNA : “Sama-sama”

Dr. Trisna beranjak pergi.

MANIK : “Aku merasa haus sekali. Aku akan beli minum dulu. Setelah itu aku akan langsung temui mereka”


***


Chantika menghubungi Ibunya menggunakan telfon rumah sakit

CHANTIKA : “Halo, Assalamu'alaikum Bu”

ZAENAB : “Wa'alaikumsalam. Iya sayang, kenapa kau belum pulang juga? Ibu merasa khawatir, ponselmu tidak aktif sejak tadi”

CHANTIKA : “Iya Bu, maafkan aku. Ponselku habis baterainya. Oh iya Bu, mungkin malam ini aku akan menginap di rumah sakit saja soalnya pasienku belum selesai ditangani”

ZAENAB : “Sayang, apa perlu aku minta Ayahmu untuk menjemputmu nanti jika pekerjaanmu sudah selesai?”

CHANTIKA : “Tidak perlu Bu, biarkan Ayah istirahat. Dia pasti lelah mengurus mobilku. Benarkan?”

ZAENAB : “Kau benar sayang, Ayahmu tidur dengan nyenyak saat ini”

CHANTIKA : “Ya sudah, Ibu juga istirahat”

ZAENAB : “Baiklah sayang, jaga dirimu baik-baik”

CHANTIKA : “Iya Ibu, Ibu tidak perlu khawatir. Sampai jumpa”

ZAENAB : “Sampai jumpa nak”

CHANTIKA : “Assalamu'alaikum”

ZAENAB : “Wa'alaikumsalam”

Seorang suster datang dan memberitahu jika darah pendonor sudah siap di transfusi

SUSTER : “Dokter Chantika, darah pendonor sudah siap untuk di transfusi”

CHANTIKA : “Baiklah, aku akan segera menemui dokter Trisna”

SUSTER : “Aku permisi dulu”

CHANTIKA : “Iya, terima kasih ya Sus,”


***


Di depan ruangan Sultan dirawat, Akbar dan Harun mengobrol

HARUN : “Nak, aku tidak percaya ini. Kau dapat melakukan donor darah dan kau berhasil mengatasi ketakutanmu dengan jarum suntik”

AKBAR : “Apa maksud Ayah? Aku terpaksa melakukan ini, ini semua karena dokter itu yang menantangku”

HARUN : “Apapun alasanmu, tapi kau tetap berhasil melakukannya Nak...”

AKBAR : “Iya Ayah, ini juga berkat Ayah yang mendukungku. Tapi Ayah tau, sampai saat ini aku masih merasa takut dengan jarum itu, bahkan aku tidak bisa membayangkan kejadian yang baru saja terjadi”

Suasana terdiam sejenak

AKBAR : “Astaga!”

HARUN : “Ada apa Nak?”

AKBAR : “Aku lupa menyiapkan dokumen untuk rapat besok”

HARUN : “Ya Sudah, kau pulang saja Nak. Biar Ayah saja yang menunggu Sultan disini”

AKBAR : “Apa Ayah yakin?”

HARUN : “Iya Nak, tidak apa-apa. Kau pergilah”

AKBAR : “Terima kasih Ayah”

HARUN : “Iya-iya. Kau hati-hati di jalan”

Akbar beranjak pergi


***


Saat Akbar pergi, Manik kembali ke ruangan dimana Sultan dirawat, namun mengurungkan niatnya saat melihat Harun yang duduk-duduk di bangku tunggu. Dalam hatinya berkata “Dia disini? Untuk apa dia berada disini? Apa jangan-jangan dia sudah tau kalau Sultan adalah anak pertamanya? Tidak-tidak, itu tidak mungkin. Siapa yang akan memberitahunya. Sebaiknya aku segera pergi dari sini sebelum dia melihatku”

Manik beranjak pergi


***


Chantika terkejut saat mengetahui pasien yang sedang ditangani adalah Sultan

HARUN : “Nak, tolong selamatkan Sultan. Dia . . .”

CHANTIKA : “Sultan? Sultan siapa yang paman maksud?”

HARUN : “Nak, pasien di dalam yang sedang kau tangani saat ini, dia adalah Sultan. Dia kecelakaan setelah mengantarkan Ibuku pu . . .”

CHANTIKA : “Tunggu-tunggu, apa dia dokter . . . ? ?”

TRISNA : “Benar Chantika, dia Dokter Sultan”

CHANTIKA : “Apa? Dokter Trisna. Aku tidak percaya ini, kau pasti berbohong kan? Jika dia benar Dokter Sultan, kenapa kau tidak mengatakan apapun sebelumnya?”




[ BERSAMBUNG.... ]




- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  - - - - - - -

EPISODE SELANJUTNYA ....

“Sultan mulai siuman dan dia merasa pusing, Chantika terkejut dengan sikap Sultan yang tidak mengenalinya lagi. Akbar melihat foto Chantika dan Sultan di ponsel milik Chantika, dia berpikir kalau Chantika yang sudah menyelamatkan Neneknya dan dia ingin meminta maaf padanya.”

BACA EPISODE SELANJUTNYA




- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Follow Social Media Penulis :

Instagram : @arahmanap_
Twitter : @arahmanap_
Facebook : A. Rahman AP


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

PERINGATAN!

Karya tulis ini dilindungi Undang-undang hak cipta dan dalam pengawasan team ART Multimedia Publishing. Barang siapa yang memperbanyak dan memposting ulang tanpa izin, maka akan dikenai pasal dan akan ditindak lanjuti menurut hukum yang berlaku.

For Bussiness :
artproductionsmdr@gmail.com


Kamis, 12 Maret 2020

Cerita Bersambung: Jika Aku Menikah Muda Episode 04



Judul : Jika Aku Menikah Muda (JAMM)
Episode : 04
Penulis : A. Rahman AP
Jenis : Cerita Bersambung
Bentuk : Dialog
Genre : Drama, Komedi, Percintaan
Khusus Pembaca : 13+


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

EPISODE SEBELUMNYA . . .

“Sultan mengalami kecelakaan, Akbar mencoba mengeluarkannya dari dalam mobilnya sebelum akhirnya meledak. Chantika dan Manik merasa khawatir dan cemas dengan Sultan. Harun dan Janeta terkejut mendengar berita tentang kecelakaan Sultan dan Akbar di sebuah saluran televisi.”

BACA EPISODE SEBELUMNYA



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -






Akbar masih menunggu Suster dan Dokter yang akan menangani Sultan



AKBAR : Pergi kemana Suster itu. Manggil Dokter aja sangat lama. Apa Suster itu manggil Dokter ke Surabaya. Menyebalkan! Berapa lama lagi aku harus menunggu, apa dia tidak tau kalau sesuatu bisa saja terjadi sama pasien akibat kecerobohannya itu. Dan pasien itu juga seorang dokter. Sulit di percaya 


Suster pun datang bersama Dr. Trisna dan menghampiri Akbar

AKBAR : Itu dia mereka. Dokter, tolong selamatkan temanku apapun yang terjadi 

TRISNA : Maad Pak, aku hanya bisa berusaha, semuanya tergantung sama yang di atas. Kau juga harus membantunya dengan do'a agar semuanya baik-baik saja

AKBAR : Baiklah Dok, tapi tolong lakukan yang terbaik untuknya 

TRISNA : Pasti, kami pasti akan melakukan yang terbaik dan akan berusaha semaksimal mumgkin

AKBAR : Terima kasih 


Dr. Trisna masuk ke ruang gawat darurat sementara Akbar pergi untuk mencharge ponselnya. Saat di perjalanan, tanpa sengaja Dr. Chantika menabrak Akbar.


"Bruk!!" mereka bertabrakan dan ponsel Akbar jatuh terlepas dari genggamannya, Chantika meminta maaf sambil mengambil ponsel itu.



CHANTIKA : Maaf, maaf 

AKBAR : Astaga. Apa yang kau lakukan? Ponselku jadi terjatuh. Apa kau berjalan dengan penutup mata hingga kau tak bisa melihat dan menabrak orang sembarangan? 



Chantika berdiri dan memberikan ponsel milik Akbar. Saat mereka berdua saling menatap, mereka sama-sama terkejut


CHANTIKA : Ini ponselmu, maafkan a . . . 


"Kau...???" Akbar dan Chantika mengatakan bersamaan dan mereka berdua sama-sama terkejut melihat satu sama lain.


CHANTIKA : Untuk apa kau datang kesini? 

AKBAR : Hallo. Ini bukan rumahmu, ini rumah sakit. Orang bebas kesini kapanpun mereka mau. Kau sendiri, untuk apa berada disini? 

CHANTIKA : Hallo juga. Aku ini seorang dokter. Dan memang disinilah tempatku? 

AKBAR : Kau tidak perlu pamer kau seorang dokter. Kau lebih pantas jadi penceramah 

CHANTIKA : Apa katamu? 

AKBAR : Tidak. Aku tidak mengatakan apa-apa. Hari ini, sudah dua kali aku bertemu denganmu. Dan kau hanya membuatku sial

CHANTIKA : Apa maksudmu? Aku pembawa sial begitu? Kau yang sial!

AKBAR : Apa kau sudah lupa? Tadi pagi kau menabrakku dan sekarang lagi-lagi kau menabrakku. Aku rasa benar-benar ada masalah dengan matamu itu, kau ini seorang dokter bukan? Kenapa kau tidak periksa matamu itu sendiri? Entah sudah berapa banyak orang yang kau tabrak dalam seharinya 

CHANTIKA : Mataku ini baik-baik saja. Kenapa aku harus memeriksanya? Kau saja yang tidak fokus dan terlalu sibuk. Tadi pagi kau sibuk dengan ponselmu di tengah jalan dan sekarang kau juga masih sibuk dengan ponselmu itu. Apa hidupmu hanya bergantung pada ponsel itu sehingga kau tidak memperhatikan orang di sekitarmu 

AKBAR : Mememememememe. Apa kau sudah selesai dengan ceramahmu itu? Kau bicara terlalu banyak. Sekarang giliranku. Tadi pagi kau menabrakku dan menyalahkanku, lalu sekarang kau mau menyalahkanku juga? Apa yang kau pikirkan? 

CHANTIKA : Aku tidak memikirkan apapun? Baiklah aku akui kalau sekarang aku yang salah. Tapi untuk tadi pagi, kau sendiri yang salah. Aku sudah katakan kalau saat itu aku berteriak dan memintamu agar segera menyingkir tapi kau tidak mendengarnya. Setidaknya aku sudah minta maaf padamu sekarang, tidak seperti kau yang hanya mencari kesalahan orang lain 

AKBAR : Apa salahku? Kenapa juga aku harus minta maaf padamu. Kau yang membuat bajuku kotor bukan? Aku lihat kau tidak terluka sedikitpun, dan itu semua karena kau sudah menjadikan badanku sebagai kasurmu, lalu dimana letak kesalahanku? Seharusnya kau berterima kasih padaku 

CHANTIKA : Kau ini benar-benar keras kepala. Menyebalkan sekali. Aku sudah minta maaf padamu, sekarang aku mau pergi, aku ada pasien. Dan terima kasih karena aku mendapatkan kasur yang kasar 

Chantika melangkah pergi namun Akbar mencegahnya.

AKBAR : Hei. Tunggu dulu. Enak sekali jadi dirimu. Minta maaf lalu pergi begitu saja. Dan kau, selalu bawa-bawa nama pasien sebagai alasanmu. Tidak bertanggung jawab 

CHANTIKA : Sebenarnya apa masalahmu? Aku sudah minta maaf tapi kau malah menahanku 

AKBAR : Minta maaf saja tidak akan mengembalikan kondisi ponselku seperti semula 

CHANTIKA : Apa maksudmu? Ponselmu baik-baik saja 

AKBAR : Apa? Baik-baik saja? Ini, coba kau lihat sendiri 


Akbar memberikan ponselnya pada Chantika

AKBAR : Katakan, apa itu baik-baik saja 

CHANTIKA : Iya, tidak ada yang lecet sama sekali 

AKBAR : Dasar bodoh. Coba kau nyalakan 


Chantika mencoba menyalakan ponselnya namun tidak mau nyala.

AKBAR : Hem? Bagaimana? Apa baik-baik saja? Sekarang aku tidak mau tau, kau harus mengembalikan ponselku seperti semula, kau bilang sendiri tadi kalau kau yang salah 

CHANTIKA : Ini tidak mungkin. Aku rasa jatuhnya tidak terlalu keras tapi kenapa ponselnya langsung mati? Bisa saja kan, ponsel ini mati dari tadi sebelum terjatuh 

AKBAR : Apa aku sudah tidak waras sepertimu? Yang benar saja. Untuk apa aku membawa ponsel mati 

CHANTIKA : Berarti ponselmu ini ponsel murahan. Jatuh sedikit saja langsung mati 

AKBAR : Hei kau, kalau mengira jangan sembarangan. Ponselku itu harganya puluhan juta 

CHANTIKA : Lalu? Kau mau aku membayar puluhan juta begitu? Apa kau mau memerasku? 

AKBAR : Aku tidak berkata seperti itu. Aku tidak memintamu untuk mengganti dengan yang baru karena aku tau kau tidak akan mampu membelinya bukan? 

CHANTIKA : Kau ini sombong sekali 

AKBAR : Terserah kau saja. Tapi, aku hanya ingin kau mengembalikan ponselku seperti semula. Bagaimanapun caranya 

CHANTIKA : Baiklah, aku akan membawanya ke tukang service 

AKBAR : Apa jaminannya? 

CHANTIKA : Apa kau tidak percaya padaku? Untuk apa kau meminta jaminan? Aku bekerja disini dan kau bisa menemuiku di tempat ini kapanpun

AKBAR : Bagaimana bisa aku percaya padamu begitu saja. Tampangmu saja seperti penipu. Bisa saja kan kau menjual ponselku yang mahal itu 

CHANTIKA : Ih! Kau, apa begitu caramu bersikap pada wanita? Menyebalkan. Aku tidak seperti itu, untuk apa aku menjual ponselmu. Gajiku disini cukup besar dan aku bersyukur aku bisa memenuhi kebutuhanku sendiri. 

AKBAR : Lalu apa aku harus memujimu dengan mengatakan wahh kau wanita hebat? Begitu? Apa aku harus tunduk pada setiap wanita yang aku temui? Semua wanita itu sama saja, mereka tidak akan pernah merasa cukup. Mereka hanya memikirkan uang dan harta. Dan kami para pria yang jadi korbannya, seakan-akan mereka itu ratu yang harus dilayani. Sekarang kau berkata seperti itu di depanku, aku tidak tau apa yang kau pikirkan dan apa yang akan kau lakukan setelahnya, bisa saja kau menjual kemudian membelikanku ponsel imitasi yang mirip dengan harga yang lebih murah, lalu kau pergi ke mall untuk berbelanja dengan sisa uang hasil penjualan ponselku 

CHANTIKA : Kau ini benar-benar pria yang kasar. Ini ambillah, itu jaminannya. Apa kau puas sekarang? 

Chantika memberikan ponsel miliknya.

CHANTIKA : Tapi ingat! Jangan merubah isinya. Apapun yang ada dalam ponselku kau tidak bisa menghapus atau memindahkannya tanpa izin dariku. Karena data-data yang ada di dalam ponselku itu sangat penting 

AKBAR : Hei, kau tidak perlu khawatir dengan data-datamu itu, ponselmu ini hanya sebagai jaminan saja. Lagipula aku tidak bisa menggunakan ponsel yang jelek seperti ini, jadi untuk apa kau khawatir? Aku kasih kau waktu tiga hari untuk mengembalikan ponselku seperti semula, kalau tidak kau bisa melihat apa yang akan aku lakukan dengan ponselmu ini 

CHANTIKA : Baiklah tuan yang kasar, sombong dan menyebalkan. Apa aku bisa pergi sekarang. Pasienku lebih penting saat ini dari pada bicara omong kosong denganmu 

AKBAR : Ya silahkan nona

Chantika pergi meninggalkan Akbar dengan kesal. Akbar masih memperhatikannya, dalam hati Akbar berkata "Rupanya Wanita menyebalkan itu, tidak sepintar yang ku bayangkan. Dia percaya dengan apa yang ku katakan begitu saja bahwa ponselku itu rusak? Padahal hanya lowbatt. Sulit di percaya. Lihat saja nanti apa yang akan terjadi selanjutnya "



***



Di rumah Kusumajaya, Nenek, Janeta dan Harun merasa khawatir dengan kondisi Sultan karena Akbar belum menghubunginya



JANETA : Astaga suamiku, kenapa Akbar belum juga menelfon kita? 

NENEK : Harun, kita harus susul mereka. Ini sudah malam tapi Akbar belum juga menghubungi kita. Aku merasa khawatir sekarang 

HARUN : Iya, Ibu benar. Aku akan mencari mereka dari rumah sakit terdekat 

JANETA : Baiklah, sekarang tunggu apa lagi. Ayo kita cari sekarang 

HARUN : Tidak Neta, kau temani Ibu saja 

NENEK : Harun, apa maksudmu? Aku mau ikut denganmu 

HARUN : Tidak Ibu, ini sudah malam dan Ibu harus banyak istirahat. Ingat pesan Sultan, kondisi Ibu belum pulih 

NENEK : Tapi Harun, yang di rumah sakit sekarang adalah Sultan yang menyelamatkanku, apa aku tidak boleh melihatnya? 

HARUN : Tapi kita juga belum tau ada di rumah sakit mana Sultan dan Akbar sekarang Bu. Aku janji akan segera menghubungi Ibu jika aku sudah menemukan rumah sakit tempat Sultan di rawat. Dan aku akan membawa Ibu menemuinya 

NENEK : Baiklah 

JANETA : Kau hati-hati dijalan 

HARUN : Jaga Ibu 



Harun beranjak pergi



***



Chantika memasuki ruang gawat darurat dan terkejut melihat kondisi pasien yang penuh darah

CHANTIKA : Dokter Trisna, apa yang terjadi? 

TRISNA : Dia mengalami kecelakaan dan membutuhkan banyak darah sekarang 

CHANTIKA : Apa golongan darahnya 

TRISNA : A negatif 

CHANTIKA : Baiklah. Aku akan segera kembali 

TRISNA : Tunggu Chantika, 



Chantika tidak memperdulikan perkataan Dr. Trisna, dia keluar ruangan dengan terburu-buru.



***



Harun tiba di rumah sakit Mitra Jaya dimana Sultan dirawat


HARUN : Semoga saja mereka ada disini 


***


Akbar kembali ke tempat Sultan di rawat dan melihat dokter masih menanganinya. Akbar mondar-mandir menunggu dokter keluar, dia lalu mengomel.


AKBAR : Sudah jam 9. Apa yang dilakukan dokter itu di dalam. Kenapa lama sekali? 



Akbar terlihat lelah dan duduk di kursi dengan selonjoran, dia lalu terlelap tidur. Tak berapa lama kemudian, Chantika kembali dengan terburu-buru dan tidak melihat jalan, tanpa sengaja dia tersandung kaki Akbar dan terjatuh. Akbar pun terkejut dan terbangun.

"Bruk!!"

CHANTIKA : Aduh! 

Akbar berdiri dan membantu Chantika berdiri


AKBAR : Apa kau tidak bisa melihat? 

Saat Chantika berdiri, Akbar terkejut.

AKBAR : Kau lagi? Aku rasa dunia ini benar-benar sempit. Bahkan rumah sakit yang kelihatan sebesar ini pun ternyata tidak bisa menjauhkan pandanganku darimu. Kau selalu saja muncul dihadapanku 

CHANTIKA : Tolong! Sekarang aku tidak ingin berdebat denganmu. Pasienku lebih penting sekarang ini. Bukannya minta maaf kau malah mengeluh 

AKBAR : Seperti sebelumnya, kau hanya menyalahkan orang lain 

CHANTIKA : Baiklah aku minta maaf dan terima kasih bantuannya 


Chantika pergi dengan kesal. Akbar meneriakinya.

AKBAR : Hei dokter. Sebaiknya aku antarkan kau untuk memeriksa matamu itu. Tenang saja aku yang akan bayar biayanya 



Chantika menghentikan langkah kakinya dan berbalik badan lalu kembali menghampiri Akbar

CHANTIKA : Aku tau kau orang kaya, kau punya segalanya. Dan aku juga tau kalau kau mau berbuat baik 

AKBAR : Baguslah jika kau sadar. Aku ini memang baik 

CHANTIKA : Tunggu sebentar, aku belum selesai bicara. Tapi, aku rasa Tuhan salah memberikan kekayaan itu pada orang sombong sepertimu. Niatmu baik, tapi sikapmu itu, Menyebalkan! 

Akbar menatap Chantika dengan penuh kemarahan

AKBAR : Apa kau . . . 

CHANTIKA : Cukup! Sebaiknya kau tidak perlu bicara lagi. Dan sekali lagi aku tegaskan padamu kalau mataku ini baik-baik saja. Aku tau tentang kondisiku lebih dari dirimu, karena aku adalah seorang dokter. Jadi kau tidak perlu memintaku untuk memeriksa mataku. Kau periksa saja mulutmu itu agar tidak bicara kasar pada seseorang, apalagi sama wanita. Dan satu lagi, berhentilah bersikap sombong dengan kekayaanmu 

Chantika pergi meninggalkan Akbar, Akbar berbicara sendiri

AKBAR : Dia yang banyak bicara, dia juga yang bicara kasar lalu berceramah. Dan aku harus mendengarkan ceramahnya itu lalu dia memintaku untuk diam, terus katanya aku yang bicara kasar. Apa ini? Apa dia pikir dia itu hebat? Bisa menceramahi orang sesuka hatinya? Dan, dan, Ah! Menyebalkan! 

Akbar lalu kembali duduk dengan kesal.



***


Chantika memasuki ruangan gawat darurat dan memberitahukan Dr. Trisna jika stok darah golongan A- sedang kosong.



CHANTIKA : Dokter golongan darah yang cocok dengan pasien saat ini sedang . . . 

TRISNA : Iya Chantika, aku tau. Kau tadi pergi dengan terburu-buru hingga aku tidak sempat mengatakannya padamu 

CHANTIKA : Astaga, maafkan aku dok. Aku terlalu khawatir dengan kondisi pasien 

TRISNA : Aku mengerti, tapi saat ini kondisinya sedang kritis dan kita harus menemukan pendonor secepatnya atau . . . 

CHANTIKA : Atau apa dok? 

TRISNA : Atau nanti akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.



[ BERSAMBUNG.... ]




- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  - - - - - - -

EPISODE SELANJUTNYA ....

“Harun dan Akbar mendonorkan darahnya untuk Sultan. Chantika terkejut melihat pasien yang ditangani adalah Sultan. Manik melihat Harun, namun Harun tidak melihat Manik. Manik pun bergegas pergi menghindari keluarga Harun.”

BACA EPISODE SELANJUTNYA



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Follow Social Media Penulis :

Instagram : @arahmanap_
Twitter : @arahmanap_
Facebook : A. Rahman AP


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

PERINGATAN!

Karya tulis ini dilindungi Undang-undang hak cipta dan dalam pengawasan team ART Multimedia Publishing. Barang siapa yang memperbanyak dan memposting ulang tanpa izin, maka akan dikenai pasal dan akan ditindak lanjuti menurut hukum yang berlaku.

For Bussiness :
artproductionsmdr@gmail.com


Rabu, 11 Maret 2020

Cerita Horror: DUA KUNTI EPISODE 04

Cerita Bersambung: Jika Aku Menikah Muda Episode 03



Judul : Jika Aku Menikah Muda (JAMM)
Episode : 03
Penulis : A. Rahman AP
Jenis : Cerita Bersambung
Bentuk : Dialog
Genre : Drama, Komedi, Percintaan
Khusus Pembaca : 13+


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

EPISODE SEBELUMNYA . . .

“Chantika memarahi geng motor, karena ulahnya membuat Nenek pingsan. Chantika membawa Nenek ke rumah sakit dan meminta Sultan untuk menemani Nenek, karena dia sedang ada pasien yang harus ditangani. Sementara Roby pulang ke rumah dengan perasaan tegang dan ketakutan, Akbar datang dan hendak memukulnya.”

BACA EPISODE SEBELUMNYA




- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -




Harun menceritakan semua kejadiannya dari awal, sementara Roby tetap berdiri dengan wajah tegang dan merasa ketakutan.



AKBAR : Jadi semua ini terjadi karena ulah . . . 

Akbar berdiri dan berteriak

AKBAR : Roobyyy!!!!!!! 


Semua terkejut, Roby pun menundukkan kepala dan gemetar ketakutan. Akbar berdiri dan berjalan menghampiri Roby dengan tatapan kemarahan. Akbar lalu menarik kerah baju Roby, membuat Roby semakin ketakutan.


JANETA : Nak, apa yang kau lakukan? Tenangkan dirimu nak! 

HARUN : Akbar, tenanglah 

AKBAR : Ayah dan Ibu diamlah. Kali ini jangan hentikan aku untuk mengasih anak ceroboh ini pelajaran! 

ROBY : Kak, to-to-tolong Ma-ma-ma-maafkan aku kak 

AKBAR : Cukup! Kau diam saja! Dan rasakan ini! 


Akbar mengangkat tangannya dan hendak memukul Roby, Janeta menangis dan berteriak.


JANETA : Jangan Nak! Ibu mohon jangan lakukan ini. Ingat Nak, dia adikmu. Jangan lakukan ini padanya 

AKBAR : Anak ini harus di kasih pelajaran Bu, kalau tidak dia akan mengulanginya lagi 


Akbar hendak memukulnya, tiba-tiba Nenek datang bersama Dr. Sultan berteriak dan menghentikan Akbar

JANETA : Akbar!!!! 

HARUN : Akbar 

NENEK : Hentikan! 


Semua terkejut dan melihat ke arah pintu.

AKBAR & ROBY : Nenek? 

JANETA : Ibu...?? 

HARUN : Ibu? 


Dr. Sultan mendorong kursi roda Nenek menghampiri Akbar, Roby, Harun dan Janeta.

NENEK : Tolong Nak, Akbar cucuku lepaskan Roby. Dia tidak bersalah sama sekali Nak. Nenek baik-baik saja 

AKBAR : Baiklah jika itu yang Nenek yang minta. Tapi ingat Roby, jangan pernah ulangi kesalahanmu ini. Atau nanti aku tidak akan mengampunimu 

ROBY : Baik Kak, aku mengerti 


Akbar pun melepaskan tangannya dari kerah baju Roby dan menghampiri Nenek. Lalu menanyakan keadaan Nenek, dan Nenek mengenalkan Dr. Sultan pada keluarganya.

AKBAR : Nenek, apa Nenek baik-baik saja 

NENEK : Iya, Nenek baik-baik saja Nak... 

AKBAR : Ini??? 

NENEK : Ini Dr. Sultan. Dr. Sultan, ini Akbar 

AKBAR : Dokter . . . 

SULTAN : Panggil saja Sultan 

AKBAR : Baiklah. Oh Iya. Sultan, aku tidak tau mau bicara apa lagi, aku hanya ingin mengucapkan banyak-bayak terima kasih. Kau sudah menyelamatkan Nenek 

SULTAN : Iya, sama-sama. Tapi bukan aku yang menyelamatkan Nenekmu, aku hanya membantu dan mengantarnya saja. Chantika lah yang menolong Nenekmu dari geng motor 

AKBAR : Tapi... Sekarang dimana wanita baik hati itu? 

SULTAN : Dia sedang menangani pasien yang sedang di operasi di rumah sakit. Jadi dia tidak bisa ikut mengantar Nenek 

NENEK : Nak, walau bagaimanapun kau harus temui Chantika 

AKBAR : Iya Nek tentu saja, tapi sebelumnya aku mau minta tolong padamu Sultan, sampaikan ucapan terima kasihku pada wanita itu. Dan bilang padanya kalau aku dan keluargaku akan segera menemuinya 

SULTAN : Tentu, akan aku sampaikan 

AKBAR : Terima kasih banyak. Oh iya, ini adikku Roby 

SULTAN : Halo, Sultan 

ROBY : Roby 

AKBAR : Itu Ayah dan Ibuku 

SULTAN : Halo Paman, Bibi. Aku Sultan 


Saat Sultan bersalaman dengan Harun, Sultan merasakan sesuatu yang aneh. Dia terus menatap dan memperhatikan Harun. Harun pun menegurnya dan Sultan segera melepaskan tangannya.

HARUN : Nak, apa kau baik-baik saja? 

SULTAN : Hah, i-i-iya Paman. Sepertinya aku pernah melihat paman sebelumnya, tapi aku tidak tau dimana 

AKBAR : Mungkin kau pernah melihatnya di rumah sakit, Ayah sering membeli obat Nenek di rumah sakit soalnya 

SULTAN : Hemmm... Iya mungkin 

JANETA : Nak, ayo duduklah. Biar aku siapin minuman untukmu. Akbar suruh dia duduk dong, kau ini bagaimana! 

AKBAR : Oh ho iya, ayo-ayo kau duduk dulu. Kita ngobrol-ngobrol sebentar 

Janeta menyiapkan minuman

SULTAN : Aku sangat ingin sekali mengobrol dengan kalian, tapi mungkin lain kali aja 

HARUN : Kenapa Nak? 

AKBAR : Apa ada masalah? 

SULTAN : Sebenarnya saat di perjalanan tadi, Dr. Trisna mengirim SMS dan memintaku untuk segera kembali ke rumah sakit karena ada pasien yang harus aku tangani 

AKBAR : Owhh... Begitu. Ya sudah tidak apa-apa. Aku mengerti, kau ini seorang dokter, pasienmu sangat membutuhkanmu saat ini. Tapi lain kali kau bisa datang kesini lagi kan? 

SULTAN : Iya tentu saja. Akbar, Paman aku pamit pergi dulu 

AKBAR : Baiklah... 

Sultan menghampiri Nenek

SULTAN : Nek, Nenek harus banyak-banyak istirahat sekarang. Kondisi Nenek masih sangat lemah dan belum pulih total 

NENEK : Iya Nak. Nenek akan turuti semua perintahmu 

SULTAN : Baiklah Nek, Roby kau harus jaga Nenekmu baik-baik. Jangan ceroboh lagi 

ROBY : Iya Kak, terima kasih 

Saat Sultan hendak beranjak pergi, Janeta memanggilnya, dan memberinya teh.

JANETA : Eeehhh! Tunggu sebentar Nak, ini kau minumlah dulu 

SULTAN : Iya terima kasih Bi 


Sultan meminum tehnya dan memuji teh buatan Janeta.

SULTAN : Wah Bibi, teh buatanmu sangat enak. Gulanya pas, lain kali aku akan meminum teh buatan Bibi lagi. Boleh kan Bi? 

JANETA : Terima kasih Nak. Tentu saja, Bibi pasti akan buatkan lagi untukmu. Bibi akan buatkan teh yang banyak kalau kau datang kesini lagi, dan kau harus menghabisi semua nanti 


Semua orang tertawa

SULTAN : Baiklah Bi, aku pamit dulu. Semuanya, Assalamu'alaikum 

SEMUA : Wa'alaikumsalam 

HARUN : Hati-hati Nak, 

SULTAN : Iya, terima kasih Ayah 


Semuanya terkejut dan menatap Sultan saat Sultan tanpa sengaja menyebut Harun dengan sebutan Ayah. Sultan pun berhenti. Lalu berbalik badan


SULTAN : Maaf Paman, aku . . . 

HARUN : Tidak apa-apa Nak 

SULTAN : Terima kasih, aku pergi dulu 



Sultan pergi dengan mobilnya. Saat Sultan meninggalkan rumah keluarga Kusumajaya, Akbar pun merasa heran.

AKBAR : Ada apa dengan dia? 

NENEK : Nak, sebenarnya . . . 


Nenek menceritakan semua yang telah Sultan ceritakan di rumah sakit, kepada keluarganya. Harun pun jadi teringat dengan anaknya. Dalam hati Harun berkata Ya Tuhan, mendengar cerita tentang Sultan, aku jadi teringat anak pertamaku 

ROBY : Owhh... Jadi begitu, kasihan sekali dia Nek 

JANETA : Entah mengapa aku merasa dia seperti . . . 

AKBAR : Sudah, sudah. Lebih baik sekarang Nenek istirahat, bukankah Sultan tadi mengatakan kalau Nenek harus banyak-banyak istirahat 

NENEK : Baiklah cucuku, Nenek akan istirahat sekarang 

AKBAR : Roby, kau antar Nenek ke kamarnya 

JANETA : Roby, biar Ibu saja Nak 

ROBY : Baiklah, Roby ke kamar dulu 


Janeta membawa Nenek ke kamarnya, dan Roby juga pergi ke kamarnya.

HARUN : Tapi Akbar, kau masih mau pergi ke kantor lagi? 

AKBAR : Iya Ayah, aku sempat menunda pekerjaanku, dan sekarang aku harus selesaikan semuanya. Aku akan segera kembali. Tenang saja 

HARUN : Baiklah, kau hati-hati di jalan 

AKBAR : Iya Ayah... 


***

Diperjalanan, Sultan terus mengingat kata-katanya saat memanggil Harun dengan sebutan Ayah dan dia coba mengingat wajahnya.

SULTAN : Ya Tuhan, kenapa tiba-tiba aku memanggil dia Ayah? Aku benar-benar malu pada mereka? Dan siapa sebenarnya dia? Kenapa aku seperti mengenalnya? Wajahnya seperti sudah tidak asing lagi bagiku 


Sultan terus mengingat wajahnya, saat dia mulai mengingat sedikit demi sedikit bayangan seorang pria yang tak lain adalah ayahnya. Tiba-tiba saja dia merasa pusing dan tidak bisa mengendalikan kemudi. Sultan berteriak . . .


SULTAN : Aaaa!!!!! 

dan . . . .

"Bruk!!!" mobilnya menabrak sebuah pohon besar di dekat taman baru. Bersamaan dengan itu foto Sultan di ruangan Manik terjatuh hingga pecah, Manik pun merasa khawatir.

MANIK : Ya Tuhan, ada apa ini? Kenapa perasaanku jadi tidak enak. Semoga Sultan dan Akbar baik-baik saja 


***


Di rumah sakit Chantika juga merasa khawatir karena Dr. Sultan belum juga tiba

CHANTIKA : Dok, keadaan pasien sudah semakin memburuk. Kita harus melakukan sesuatu 

Dalam hati Chantika berkata, Ya Tuhan, perasaanku tidak enak. Kenapa aku merasa khawatir dengan Dr. Sultan? Semoga semuanya baik-baik saja 

TRISNA : Kau benar Dr. Chantika, kita tidak bisa menunggu Dr. Sultan lagi 

CHANTIKA : Maksud Dokter? Kita akan melakukan operasi pada pasien sekarang? Hanya kita berdua? Tanpa Dr. Sultan? 

TRISNA : Apa lagi yang bisa kita lakukan sekarang? Yakinlah Dr. Chantika, kita akan berhasil melakukannya. Kita sudah tidak punya waktu lagi 

CHANTIKA : Baiklah, aku akan memanggil suster 


***


Di kamar Roby menghubungi Pak Ryan, dosen sekaligus guru pembimbing Roby.

ROBY : Pak, aku akan menemui Bapak. Kapan Bapak ada waktu? 

RYAN : Iya Roby, aku juga ingin menemuimu. Kau sudah melakukan penelitian dengan baik, aku sama sekali tidak percaya kau mendapatkan nilai seperti ini. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Besok pagi kau bisa menemuiku 

ROBY : Baiklah Pak, nanti akan aku SMS tempatnya 

RYAN : Okey, tidak masalah 


***

Dalam perjalanan ke kantor, Akbar melihat sekerumunan orang. Akbar pun turun dari mobilnya dan menanyakan pada seorang pria.

AKBAR : Maaf Pak, ada apa ya? Kok ramai sekali 

PRIA 1 : Disana sedang terjadi kecelakaan 

AKBAR : Siapa Pak? 

PRIA 1 : Aku juga tidak tau 


Seorang pria lain datang dan mengatakan kalau yang mengalami kecelakaan adalah seorang dokter.

PRIA 2 : Sepertinya dia seorang Dokter 

AKBAR : Apa? Dokter? 

PRIA 2 : Benar Pak, seorang dokter. Dia memakai pakaian dokter 


Akbar teringat Sultan dan segera berlari menghampiri sekerumunan orang itu.

AKBAR : Sultan? Sultaaannn!!!! 

Akbar melihat, jika mobil tersebut adalah milik Sultan yang baru saja mengantar Nenek. Akbar pun merasa panik dan marah karena tidak ada seorangpun yang membantunya mengeluarkan Sultan dari mobil.


AKBAR : Sultan?? Hei! Kenapa kalian hanya melihatnya saja? Kenapa tidak ada yang mau membantu mengeluarkan dia? 

PRIA 3 : Pak, mobilnya bisa meledak kapan saja. Jika kami membantunya maka kami yang akan celaka 

AKBAR : Jadi kalian akan membiarkannya sampai mobilnya meledak? Sulit dipercaya. Kalian ini benar-benar tidak punya rasa kemanusiaan sama sekali 

PRIA 4 : Apa kami harus mengorbankan nyawa kami untuk menyelamatkan satu orang? 

AKBAR : Omong kosong! Bahkan para pahlawan pejuang bangsa saja rela mengorbankan nyawanya untuk membela negara demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik untuk generasi penerusnya. Lalu apa yang kalian lakukan? Kalian tidak mau membantu saudara kalian yang sedang membutuhkan kalian. Harusnya kita saling tolong menolong bukan? 

PRIA 3 : Bapak tidak perlu mengajari kami dan bertindak sok pintar. Kalau Bapak mau, pergilah sana, selamatkan dia sebelum mobilnya meledak 

AKBAR : Kalian benar-benar egois. Kalian tidak pernah berpikir jika kalian ada diposisinya sekarang 

WANITA 1 : Tuan, jangan pedulikan mereka. Cepat selamatkan dia. Tidak ada gunanya bicara sama mereka 

AKBAR : Kau benar 


Akbar berlari dan mengeluarkan Sultan dari dalam mobil, mobilnya pun mengeluarkan asap.

AKBAR : Sultan? Apa yang terjadi dengan dirimu. Ayo-ayo sini tanganmu 


Sultan hanya terdiam merasa kesakitan dan tidak bisa berkata apa-apa karena terluka sangat parah, dia menjulurkan tangannya pada Akbar dengan lemas. Akbar lalu menurunkannya dan membantunya menghindari mobilnya. Saat Akbar dan Sultan berada jauh dari mobilnya itu. Tiba-tiba . . .



"Duuooorr!!!"  mobilnya pun meledak disertai api yang berkobar-kobar. Dua pria tadi yang baru saja mengobrol dengan Akbar pun menghampiri Akbar dan memujinya.


PRIA 3 : Pak, sungguh, kau sangat berani sekali 

PRIA 4 : Benar. Maafkan kami Pak, kami baru sadar saat Bapak mengatakan kalau misalkan kami berada di posisinya sekarang ini, pasti orang seperti Bapak lah yang kami tunggu 

AKBAR : Sudah lupakan saja 


Akbar mencoba membangunkan Sultan yang kondisinya sangat lemah serta penuh darah di wajah dan sekujur tubuhnya.

AKBAR : Sultan! Sultan! Bangun Sultan! Aku yakin kau pasti bisa bertahan, kau ini orang baik dan kau juga orang yang kuat, jadi bangunlah! 


Akbar melihat orang-orang dan kembali marah, karena lagi-lagi orang-orang itu hanya memandangnya. Saat itu juga para wartawan datang dan meliput langsung berita kecelakaan tersebut.


AKBAR : Hei! Kalian ini bagaimana? Tadi kalian takut kena ledakan dan tidak ada yang mau membantunya. Sekarang aku sudah mengeluarkannya dari mobil itu, lalu apa lagi yang kalian tunggu? Kenapa kalian hanya menontonnya saja, ini bukan acara TV yang bisa kalian tonton setiap hari di rumah kalian. Cepat panggil ambulan! Apa kalian juga takut kehabisan pulsa? Benar-benar egois kalian ini

PRIA 3 : Ba-ba-baik Pak, baik, aku akan menghubungi ambulan sekarang 

AKBAR : Sudah! Sudah terlambat! Kalian hanya menunggu perintah dariku saja. Apa kalian tidak punya otak sendiri buat mikir. Kalau kalian tidak punya otak, di pinggir jalan sana ada abang-abang yang jual otak-otak, kalian bisa membelinya disana dan pasang di kepala kalian 


Semua orang beserta wartawan yang sedang meliput dan merekam kejadian itu pun jadi tertawa termasuk Sultan yang terbaring lemah pun tersenyum, Akbar lalu menegurnya dan meminta bantuan agar membawa Sultan masuk ke dalam mobilnya


AKBAR : Kenapa kalian jadi tertawa? Apa ini sebuah lelucon? Ada apa dengan kalian sebenarnya? Kalian ini benar-benar aneh 

WANITA 2 : Kau ini pemuda pemarah, tapi kau sangat lucu Pak 

PRIA 2 : Iya, dia benar Pak 

AKBAR : Sudah-sudah aku tidak butuh pujian saat ini, aku hanya butuh bantuan sekarang, apa kalian tidak mau membantuku? Ayo-ayo bantu aku mengangkatnya ke dalam mobil sekarang! 



Tiga orang pria pun membantu mengangkat Sultan ke dalam mobil Akbar. Akbar pun mengucapkan terima kasih, lalu masuk ke dalam mobil dan membawa Sultan ke rumah sakit.

AKBAR : Ya sudah. Terima kasih 


Akbar berangkat ke rumah sakit dengan perasaan tegang dan cemas. Sementara Sultan berusaha ingin mengucapkan terima kasih dengan terbata-bata sebelum akhirnya pingsan.

SULTAN : A-a-a-akbar te-te-te-terima ka-kasih 

AKBAR : Iya Tan, kau harus bisa bertahan. Setidaknya demi aku. Sultan? Sultan? 


Akbar melihat ke belakang, bingung serta cemas melihat kondisi Sultan. Dan dia mempercepat laju mobilnya agar segera sampai di rumah sakit.


AKBAR : Sultan? Apa kau pingsan? Astaga, apa yang harus aku lakukan sekarang? Ya Tuhan, selamatkanlah dia. Aku harus sampai di rumah sakit secepatnya, atau nanti bisa-bisa nyawa Sultan tidak tertolong. Ya Tuhan... Bantulah aku 


***


Harun sedang menonton TV dan betapa terkejutnya saat ada siaran langsung tentang kecelakaan di dekat taman baru dan dia melihat Akbar dalam berita tersebut.

MELANIE : Selamat sore pemirsa, berita kali ini datang dari taman baru di dekat kompleks apartemen Perwira Mewah di mana telah terjadi kecelakaan tepat pukul 14.00 WIB (dua sore) tadi. Berikut liputannya 


TV pun menayangkan saat Akbar marah pada orang-orang. Harun pun berteriak memanggil Istrinya.


HARUN : Neta! Istriku, cepatlah kemari 



Janeta pun keluar dari dapur dan menghampiri Harun yang tengah menonton TV di ruang tamu.

JANETA : Ada apa mas. Kenapa kau berteriak? 

HARUN : Neta, lihatlah berita itu 



Neta terkejut melihat baju Akbar yang berlumuran darah dalam acara berita di TV tersebut, dan betapa terkejutnya lagi saat dia mengetahui kalau Akbar menyelamatkan Sultan.


JANETA : Suamiku... Dia-dia-dia Akbar... Akbar anakku 

HARUN : Tenanglah Neta, 

JANETA : Akbar... Apa yang terjadi suamiku. Kenapa anakku berdarah-darah 

HARUN : Tenangkan dirimu Neta, lihat dulu beritanya 



Berita di TV itu lalu menayangkan wawancara dengan pengunjung mengenai kejadiannya, dan pengunjung itu berkata bahwa seorang dokter telah diselamatkan dari ledakan mobil oleh seorang pengusaha muda.



HARUN : Sultan? Neta, sepertinya itu Sultan 

JANETA : Apa suamiku? Maksudmu Sultan yang baru saja mengantar Ibu? 

HARUN : Iya benar Neta, Sultan yang baru saja mengantar Ibu pulang kemari 

JANETA : Ya Tuhan, 


***


Di Perjalanan ponsel Akbar berbunyi, Akbar pun merasa kesal dan marah


AKBAR : Aduuuuhhh!!! Sekarang apa lagi, handphone ini menggangguku saja. Nanti aku buang baru tau rasa 



Dengan kesal Akbar mengangkatnya dan dia tidak mengetahui kalau yang menghubunginya adalah Arya yang ingin menanyakan tentang rapatnya. Akbar pun minta maaf sebelum ponselnya mati karena baterainya habis (low batt)



AKBAR : Halooo!!! Bisa tidak jangan menelfon dalam keadaanku yang seperti ini. Aku sedang ada masalah. Kau bisa hubungi aku lagi nanti 

ARYA : Akbar-akbar tunggu. Jangan tutup dulu telfonnya, ini aku Arya. Aku ingin menanyakan tentang rapat hari ini 

AKBAR : Maafkan aku. Aku tidak tau kalau ternyata kau yang menelfonku. Aku sedang mengalami masalah, tolong kau urus dulu semuanya. Nanti aku akan menghubungimu lagi 

ARYA : Apa kau baik-baik saja Akbar? 

AKBAR : Ya, aku sedang . . . 

Ponsel Akbar mati

ARYA : Halo Akbar. Akbar. Ponselnya mati. Aku harap semuanya baik-baik saja 


AKBAR : Ini ponsel benar-benar tidak berguna sama sekali! Bagaimana bisa baterainya habis begitu cepat. Menyebalkan! 

Akbar membanting ponselnya dan melihat Sultan, kemudian mempercepat kembali laju mobilnya.

AKBAR : Ya Tuhan, aku harap kau masih kuat Sultan. Nyawamu masih ada. Lindungilah Sultan Ya Allah. Aku harus segera sampai di rumah sakit secepatnya, tapi kenapa bisa lama sekali sampainya! Rumah sakit ini seperti berjalan menjauh saja saat di butuhkan


***


Di rumah, Janeta, Harun juga Nenek merasa panik serta khawatir dengan kondisi Sultan dan Akbar.

NENEK : Harun, kenapa kau diam saja? Ayo lakukan sesuatu 

HARUN : Apa yang harus kulakukan Bu? 

JANETA : Ibu benar suamiku, lakukanlah sesuatu 

HARUN : Tapi apa? Apa kita akan menyusulnya ke rumah sakit? Kita kan tidak tau ke rumah sakit mana Akbar membawa Sultan 

NENEK : Setidaknya kau bisa telfon Akbar Harun, ini jaman modern. Semua orang sudah menggunakan telfon, lalu apa yang kau tunggu? Ayo cepat hubungi Akbar 

HARUN : Benar juga kata Ibu. Kenapa aku tidak kepikiran sejak tadi 

JANETA : Ya sudah suamiku. Cepat hubungi Akbar. Tanyakan bagaimana kabar dan keadaan Sultan. Mereka ada di rumah sakit mana sekarang

HARUN : Baiklah, tunggu sebentar 



Harun menghubungi Akbar, namun tidak tersambung

HARUN : Ponselnya tidak aktif 

NENEK : Cobalah sekali lagi Harun 


Harun beberapa kali mencoba namun tetap tidak tersambung

HARUN : Tidak tersambung juga. Mungkin ponsel Akbar mati 

JANETA : Ya Tuhan, semoga mereka baik-baik saja. Suamiku, sekarang apa yang akan kita lakukan? 

HARUN : Tidak ada cara lain, kita tunggu kabar dari Akbar. Atau kita bisa mencarinya di rumah sakit terdekat 

NENEK : Ya sudah, ayo Harun. Kita cari mereka 

HARUN : Kita tunggu kabar dari Akbar dulu Bu, sebentar saja. Pasti Akbar menghubungi kita nanti 

NENEK : Baiklah 


***


Akbar tiba di rumah sakit. Akbar segera memanggil suster dan suster pun datang.


AKBAR : Suster! Suster! 

SUSTER : Iya Pak

AKBAR : Cepat kemari, di mobil ada temanku yang mengalami kecelakaan dan dia mengeluarkan banyak darah Sus, 

SUSTER : Baik Pak



Suster membawa Sultan ke ruangan gawat darurat dan segera memanggil Dokter. Namun semua petugas rumah sakit tidak mengenalinya bahwa dia adalah Dr. Sultan.


SUSTER : Bapak tunggu disini sebentar. Biar aku panggilkan Dokter dulu

AKBAR : Iya cepetan Sus! 


Suster berlari memanggil Dokter, sementara Akbar mengomel sendiri

AKBAR : Astaga! Rumah sakit macam apa ini? Kenapa Dokternya harus dipanggil dulu baru akan datang. Apa Dokter itu tidak tau kalau seseorang lagi memperjuangkan nyawanya dan membutuhkan perawatan sesegera mungkin 


***


Dr. Trisna dan Dr. Chantika baru saja melakukan operasi dengan lancar. Mereka saling memuji



TRISNA : Chantika, perkataanku benar kan? Operasinya akan berjalan baik, kau adalah Dokter hebat 

CHANTIKA : Ah Dokter bisa aja. Ini semua juga berkat Dokter. Kita berdua sama-sama berusaha sehingga pasien kita sudah membaik sekarang. Tapi kenapa Dokter Sultan juga belum kembali ya Dok? Aku khawatir terjadi sesuatu dengannya 

TRISNA : Chantika . . . 


Tiba-tiba Suster datang memotong pembicaraan Dr. Trisna dan mengatakan kalau ada pasien baru di ruang gawat darurat


SUSTER : Dokter, ada pasien baru di ruang gawat darurat. Dia mengalami kecelakaan dan kehilangan banyak darah 

TRISNA : Ayo Dr. Chantika. Kita harus tangani 

CHANTIKA : Iya, Dokter duluan saja aku mau ke toilet sebentar. Aku akan menyusul secepatnya 

TRISNA : Baiklah, ayo Sus 


***


Akbar masih menunggu Suster dan Dokter yang akan menangani Sultan

AKBAR : Pergi kemana Suster itu. Manggil Dokter aja sangat lama. Apa Suster itu manggil Dokter ke Surabaya. Menyebalkan sekali. Berapa lama lagi aku harus menunggu, apa dia tidak tau kalau sesuatu bisa saja terjadi sama pasien akibat kecerobohannya dan pasien itu juga seorang dokter. Sulit di percaya 


Suster pun datang bersama Dr. Trisna dan menghampiri Akbar


AKBAR : Dokter, tolong selamatkan dia apapun yang terjadi 

TRISNA : Pak, aku hanya bisa berusaha, semuanya tergantung sama yang di atas. Kau juga harus membantunya dengan do'a Pak. Agar semuanya baik-baik saja 

AKBAR : Baiklah Dok, tapi tolong lakukan yang terbaik untuknya 

TRISNA : Pasti, kami pasti akan melakukan yang terbaik 

AKBAR : Terima kasih 


Dr. Trisna masuk ke ruang gawat darurat sementara Akbar pergi untuk mencharge ponselnya. Saat di perjalanan, Dr. Chantika yang terburu-buru tanpa sengaja menabrak Akbar.


"Bruk!!" mereka bertabrakan dan ponsel Akbar jatuh terlepas dari genggamannya, Chantika meminta maaf sambil mengambil ponsel itu.



CHANTIKA : Maaf, maaf 

AKBAR : Astaga. Apa yang kau lakukan? Ponselku jadi terjatuh. Apa kau berjalan dengan penutup mata sehingga kau tidak bisa melihat dan menabrak orang sembarangan 



Chantika berdiri dan memberikan ponsel milik Akbar.


CHANTIKA : Ini ponselmu, maafkan a . . . 


"Kau...???" Akbar dan Chantika mengatakan bersamaan dan mereka berdua sama-sama terkejut melihat satu sama lain.




[ BERSAMBUNG.... ]




- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  - - - - - - -

EPISODE SELANJUTNYA ....

“Akbar dan Chantika saling berdebat masalah ponsel yang terjatuh. Kondisi Sultan semakin kritis karena kehilangan banyak darah dan stok darah yang cocok dengannya di rumah sakit sedang kosong.”

BACA EPISODE SELANJUTNYA




- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Follow Social Media Penulis :

Instagram : @arahmanap_
Twitter : @arahmanap_
Facebook : A. Rahman AP


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

PERINGATAN!

Karya tulis ini dilindungi Undang-undang hak cipta dan dalam pengawasan team ART Multimedia Publishing. Barang siapa yang memperbanyak dan memposting ulang tanpa izin, maka akan dikenai pasal dan akan ditindak lanjuti menurut hukum yang berlaku.

For Bussiness :
artproductionsmdr@gmail.com