Cari Cerita Menarik

Rabu, 11 Maret 2020

Cerita Bersambung: Jika Aku Menikah Muda Episode 03



Judul : Jika Aku Menikah Muda (JAMM)
Episode : 03
Penulis : A. Rahman AP
Jenis : Cerita Bersambung
Bentuk : Dialog
Genre : Drama, Komedi, Percintaan
Khusus Pembaca : 13+


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

EPISODE SEBELUMNYA . . .

“Chantika memarahi geng motor, karena ulahnya membuat Nenek pingsan. Chantika membawa Nenek ke rumah sakit dan meminta Sultan untuk menemani Nenek, karena dia sedang ada pasien yang harus ditangani. Sementara Roby pulang ke rumah dengan perasaan tegang dan ketakutan, Akbar datang dan hendak memukulnya.”

BACA EPISODE SEBELUMNYA




- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -




Harun menceritakan semua kejadiannya dari awal, sementara Roby tetap berdiri dengan wajah tegang dan merasa ketakutan.



AKBAR : Jadi semua ini terjadi karena ulah . . . 

Akbar berdiri dan berteriak

AKBAR : Roobyyy!!!!!!! 


Semua terkejut, Roby pun menundukkan kepala dan gemetar ketakutan. Akbar berdiri dan berjalan menghampiri Roby dengan tatapan kemarahan. Akbar lalu menarik kerah baju Roby, membuat Roby semakin ketakutan.


JANETA : Nak, apa yang kau lakukan? Tenangkan dirimu nak! 

HARUN : Akbar, tenanglah 

AKBAR : Ayah dan Ibu diamlah. Kali ini jangan hentikan aku untuk mengasih anak ceroboh ini pelajaran! 

ROBY : Kak, to-to-tolong Ma-ma-ma-maafkan aku kak 

AKBAR : Cukup! Kau diam saja! Dan rasakan ini! 


Akbar mengangkat tangannya dan hendak memukul Roby, Janeta menangis dan berteriak.


JANETA : Jangan Nak! Ibu mohon jangan lakukan ini. Ingat Nak, dia adikmu. Jangan lakukan ini padanya 

AKBAR : Anak ini harus di kasih pelajaran Bu, kalau tidak dia akan mengulanginya lagi 


Akbar hendak memukulnya, tiba-tiba Nenek datang bersama Dr. Sultan berteriak dan menghentikan Akbar

JANETA : Akbar!!!! 

HARUN : Akbar 

NENEK : Hentikan! 


Semua terkejut dan melihat ke arah pintu.

AKBAR & ROBY : Nenek? 

JANETA : Ibu...?? 

HARUN : Ibu? 


Dr. Sultan mendorong kursi roda Nenek menghampiri Akbar, Roby, Harun dan Janeta.

NENEK : Tolong Nak, Akbar cucuku lepaskan Roby. Dia tidak bersalah sama sekali Nak. Nenek baik-baik saja 

AKBAR : Baiklah jika itu yang Nenek yang minta. Tapi ingat Roby, jangan pernah ulangi kesalahanmu ini. Atau nanti aku tidak akan mengampunimu 

ROBY : Baik Kak, aku mengerti 


Akbar pun melepaskan tangannya dari kerah baju Roby dan menghampiri Nenek. Lalu menanyakan keadaan Nenek, dan Nenek mengenalkan Dr. Sultan pada keluarganya.

AKBAR : Nenek, apa Nenek baik-baik saja 

NENEK : Iya, Nenek baik-baik saja Nak... 

AKBAR : Ini??? 

NENEK : Ini Dr. Sultan. Dr. Sultan, ini Akbar 

AKBAR : Dokter . . . 

SULTAN : Panggil saja Sultan 

AKBAR : Baiklah. Oh Iya. Sultan, aku tidak tau mau bicara apa lagi, aku hanya ingin mengucapkan banyak-bayak terima kasih. Kau sudah menyelamatkan Nenek 

SULTAN : Iya, sama-sama. Tapi bukan aku yang menyelamatkan Nenekmu, aku hanya membantu dan mengantarnya saja. Chantika lah yang menolong Nenekmu dari geng motor 

AKBAR : Tapi... Sekarang dimana wanita baik hati itu? 

SULTAN : Dia sedang menangani pasien yang sedang di operasi di rumah sakit. Jadi dia tidak bisa ikut mengantar Nenek 

NENEK : Nak, walau bagaimanapun kau harus temui Chantika 

AKBAR : Iya Nek tentu saja, tapi sebelumnya aku mau minta tolong padamu Sultan, sampaikan ucapan terima kasihku pada wanita itu. Dan bilang padanya kalau aku dan keluargaku akan segera menemuinya 

SULTAN : Tentu, akan aku sampaikan 

AKBAR : Terima kasih banyak. Oh iya, ini adikku Roby 

SULTAN : Halo, Sultan 

ROBY : Roby 

AKBAR : Itu Ayah dan Ibuku 

SULTAN : Halo Paman, Bibi. Aku Sultan 


Saat Sultan bersalaman dengan Harun, Sultan merasakan sesuatu yang aneh. Dia terus menatap dan memperhatikan Harun. Harun pun menegurnya dan Sultan segera melepaskan tangannya.

HARUN : Nak, apa kau baik-baik saja? 

SULTAN : Hah, i-i-iya Paman. Sepertinya aku pernah melihat paman sebelumnya, tapi aku tidak tau dimana 

AKBAR : Mungkin kau pernah melihatnya di rumah sakit, Ayah sering membeli obat Nenek di rumah sakit soalnya 

SULTAN : Hemmm... Iya mungkin 

JANETA : Nak, ayo duduklah. Biar aku siapin minuman untukmu. Akbar suruh dia duduk dong, kau ini bagaimana! 

AKBAR : Oh ho iya, ayo-ayo kau duduk dulu. Kita ngobrol-ngobrol sebentar 

Janeta menyiapkan minuman

SULTAN : Aku sangat ingin sekali mengobrol dengan kalian, tapi mungkin lain kali aja 

HARUN : Kenapa Nak? 

AKBAR : Apa ada masalah? 

SULTAN : Sebenarnya saat di perjalanan tadi, Dr. Trisna mengirim SMS dan memintaku untuk segera kembali ke rumah sakit karena ada pasien yang harus aku tangani 

AKBAR : Owhh... Begitu. Ya sudah tidak apa-apa. Aku mengerti, kau ini seorang dokter, pasienmu sangat membutuhkanmu saat ini. Tapi lain kali kau bisa datang kesini lagi kan? 

SULTAN : Iya tentu saja. Akbar, Paman aku pamit pergi dulu 

AKBAR : Baiklah... 

Sultan menghampiri Nenek

SULTAN : Nek, Nenek harus banyak-banyak istirahat sekarang. Kondisi Nenek masih sangat lemah dan belum pulih total 

NENEK : Iya Nak. Nenek akan turuti semua perintahmu 

SULTAN : Baiklah Nek, Roby kau harus jaga Nenekmu baik-baik. Jangan ceroboh lagi 

ROBY : Iya Kak, terima kasih 

Saat Sultan hendak beranjak pergi, Janeta memanggilnya, dan memberinya teh.

JANETA : Eeehhh! Tunggu sebentar Nak, ini kau minumlah dulu 

SULTAN : Iya terima kasih Bi 


Sultan meminum tehnya dan memuji teh buatan Janeta.

SULTAN : Wah Bibi, teh buatanmu sangat enak. Gulanya pas, lain kali aku akan meminum teh buatan Bibi lagi. Boleh kan Bi? 

JANETA : Terima kasih Nak. Tentu saja, Bibi pasti akan buatkan lagi untukmu. Bibi akan buatkan teh yang banyak kalau kau datang kesini lagi, dan kau harus menghabisi semua nanti 


Semua orang tertawa

SULTAN : Baiklah Bi, aku pamit dulu. Semuanya, Assalamu'alaikum 

SEMUA : Wa'alaikumsalam 

HARUN : Hati-hati Nak, 

SULTAN : Iya, terima kasih Ayah 


Semuanya terkejut dan menatap Sultan saat Sultan tanpa sengaja menyebut Harun dengan sebutan Ayah. Sultan pun berhenti. Lalu berbalik badan


SULTAN : Maaf Paman, aku . . . 

HARUN : Tidak apa-apa Nak 

SULTAN : Terima kasih, aku pergi dulu 



Sultan pergi dengan mobilnya. Saat Sultan meninggalkan rumah keluarga Kusumajaya, Akbar pun merasa heran.

AKBAR : Ada apa dengan dia? 

NENEK : Nak, sebenarnya . . . 


Nenek menceritakan semua yang telah Sultan ceritakan di rumah sakit, kepada keluarganya. Harun pun jadi teringat dengan anaknya. Dalam hati Harun berkata Ya Tuhan, mendengar cerita tentang Sultan, aku jadi teringat anak pertamaku 

ROBY : Owhh... Jadi begitu, kasihan sekali dia Nek 

JANETA : Entah mengapa aku merasa dia seperti . . . 

AKBAR : Sudah, sudah. Lebih baik sekarang Nenek istirahat, bukankah Sultan tadi mengatakan kalau Nenek harus banyak-banyak istirahat 

NENEK : Baiklah cucuku, Nenek akan istirahat sekarang 

AKBAR : Roby, kau antar Nenek ke kamarnya 

JANETA : Roby, biar Ibu saja Nak 

ROBY : Baiklah, Roby ke kamar dulu 


Janeta membawa Nenek ke kamarnya, dan Roby juga pergi ke kamarnya.

HARUN : Tapi Akbar, kau masih mau pergi ke kantor lagi? 

AKBAR : Iya Ayah, aku sempat menunda pekerjaanku, dan sekarang aku harus selesaikan semuanya. Aku akan segera kembali. Tenang saja 

HARUN : Baiklah, kau hati-hati di jalan 

AKBAR : Iya Ayah... 


***

Diperjalanan, Sultan terus mengingat kata-katanya saat memanggil Harun dengan sebutan Ayah dan dia coba mengingat wajahnya.

SULTAN : Ya Tuhan, kenapa tiba-tiba aku memanggil dia Ayah? Aku benar-benar malu pada mereka? Dan siapa sebenarnya dia? Kenapa aku seperti mengenalnya? Wajahnya seperti sudah tidak asing lagi bagiku 


Sultan terus mengingat wajahnya, saat dia mulai mengingat sedikit demi sedikit bayangan seorang pria yang tak lain adalah ayahnya. Tiba-tiba saja dia merasa pusing dan tidak bisa mengendalikan kemudi. Sultan berteriak . . .


SULTAN : Aaaa!!!!! 

dan . . . .

"Bruk!!!" mobilnya menabrak sebuah pohon besar di dekat taman baru. Bersamaan dengan itu foto Sultan di ruangan Manik terjatuh hingga pecah, Manik pun merasa khawatir.

MANIK : Ya Tuhan, ada apa ini? Kenapa perasaanku jadi tidak enak. Semoga Sultan dan Akbar baik-baik saja 


***


Di rumah sakit Chantika juga merasa khawatir karena Dr. Sultan belum juga tiba

CHANTIKA : Dok, keadaan pasien sudah semakin memburuk. Kita harus melakukan sesuatu 

Dalam hati Chantika berkata, Ya Tuhan, perasaanku tidak enak. Kenapa aku merasa khawatir dengan Dr. Sultan? Semoga semuanya baik-baik saja 

TRISNA : Kau benar Dr. Chantika, kita tidak bisa menunggu Dr. Sultan lagi 

CHANTIKA : Maksud Dokter? Kita akan melakukan operasi pada pasien sekarang? Hanya kita berdua? Tanpa Dr. Sultan? 

TRISNA : Apa lagi yang bisa kita lakukan sekarang? Yakinlah Dr. Chantika, kita akan berhasil melakukannya. Kita sudah tidak punya waktu lagi 

CHANTIKA : Baiklah, aku akan memanggil suster 


***


Di kamar Roby menghubungi Pak Ryan, dosen sekaligus guru pembimbing Roby.

ROBY : Pak, aku akan menemui Bapak. Kapan Bapak ada waktu? 

RYAN : Iya Roby, aku juga ingin menemuimu. Kau sudah melakukan penelitian dengan baik, aku sama sekali tidak percaya kau mendapatkan nilai seperti ini. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Besok pagi kau bisa menemuiku 

ROBY : Baiklah Pak, nanti akan aku SMS tempatnya 

RYAN : Okey, tidak masalah 


***

Dalam perjalanan ke kantor, Akbar melihat sekerumunan orang. Akbar pun turun dari mobilnya dan menanyakan pada seorang pria.

AKBAR : Maaf Pak, ada apa ya? Kok ramai sekali 

PRIA 1 : Disana sedang terjadi kecelakaan 

AKBAR : Siapa Pak? 

PRIA 1 : Aku juga tidak tau 


Seorang pria lain datang dan mengatakan kalau yang mengalami kecelakaan adalah seorang dokter.

PRIA 2 : Sepertinya dia seorang Dokter 

AKBAR : Apa? Dokter? 

PRIA 2 : Benar Pak, seorang dokter. Dia memakai pakaian dokter 


Akbar teringat Sultan dan segera berlari menghampiri sekerumunan orang itu.

AKBAR : Sultan? Sultaaannn!!!! 

Akbar melihat, jika mobil tersebut adalah milik Sultan yang baru saja mengantar Nenek. Akbar pun merasa panik dan marah karena tidak ada seorangpun yang membantunya mengeluarkan Sultan dari mobil.


AKBAR : Sultan?? Hei! Kenapa kalian hanya melihatnya saja? Kenapa tidak ada yang mau membantu mengeluarkan dia? 

PRIA 3 : Pak, mobilnya bisa meledak kapan saja. Jika kami membantunya maka kami yang akan celaka 

AKBAR : Jadi kalian akan membiarkannya sampai mobilnya meledak? Sulit dipercaya. Kalian ini benar-benar tidak punya rasa kemanusiaan sama sekali 

PRIA 4 : Apa kami harus mengorbankan nyawa kami untuk menyelamatkan satu orang? 

AKBAR : Omong kosong! Bahkan para pahlawan pejuang bangsa saja rela mengorbankan nyawanya untuk membela negara demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik untuk generasi penerusnya. Lalu apa yang kalian lakukan? Kalian tidak mau membantu saudara kalian yang sedang membutuhkan kalian. Harusnya kita saling tolong menolong bukan? 

PRIA 3 : Bapak tidak perlu mengajari kami dan bertindak sok pintar. Kalau Bapak mau, pergilah sana, selamatkan dia sebelum mobilnya meledak 

AKBAR : Kalian benar-benar egois. Kalian tidak pernah berpikir jika kalian ada diposisinya sekarang 

WANITA 1 : Tuan, jangan pedulikan mereka. Cepat selamatkan dia. Tidak ada gunanya bicara sama mereka 

AKBAR : Kau benar 


Akbar berlari dan mengeluarkan Sultan dari dalam mobil, mobilnya pun mengeluarkan asap.

AKBAR : Sultan? Apa yang terjadi dengan dirimu. Ayo-ayo sini tanganmu 


Sultan hanya terdiam merasa kesakitan dan tidak bisa berkata apa-apa karena terluka sangat parah, dia menjulurkan tangannya pada Akbar dengan lemas. Akbar lalu menurunkannya dan membantunya menghindari mobilnya. Saat Akbar dan Sultan berada jauh dari mobilnya itu. Tiba-tiba . . .



"Duuooorr!!!"  mobilnya pun meledak disertai api yang berkobar-kobar. Dua pria tadi yang baru saja mengobrol dengan Akbar pun menghampiri Akbar dan memujinya.


PRIA 3 : Pak, sungguh, kau sangat berani sekali 

PRIA 4 : Benar. Maafkan kami Pak, kami baru sadar saat Bapak mengatakan kalau misalkan kami berada di posisinya sekarang ini, pasti orang seperti Bapak lah yang kami tunggu 

AKBAR : Sudah lupakan saja 


Akbar mencoba membangunkan Sultan yang kondisinya sangat lemah serta penuh darah di wajah dan sekujur tubuhnya.

AKBAR : Sultan! Sultan! Bangun Sultan! Aku yakin kau pasti bisa bertahan, kau ini orang baik dan kau juga orang yang kuat, jadi bangunlah! 


Akbar melihat orang-orang dan kembali marah, karena lagi-lagi orang-orang itu hanya memandangnya. Saat itu juga para wartawan datang dan meliput langsung berita kecelakaan tersebut.


AKBAR : Hei! Kalian ini bagaimana? Tadi kalian takut kena ledakan dan tidak ada yang mau membantunya. Sekarang aku sudah mengeluarkannya dari mobil itu, lalu apa lagi yang kalian tunggu? Kenapa kalian hanya menontonnya saja, ini bukan acara TV yang bisa kalian tonton setiap hari di rumah kalian. Cepat panggil ambulan! Apa kalian juga takut kehabisan pulsa? Benar-benar egois kalian ini

PRIA 3 : Ba-ba-baik Pak, baik, aku akan menghubungi ambulan sekarang 

AKBAR : Sudah! Sudah terlambat! Kalian hanya menunggu perintah dariku saja. Apa kalian tidak punya otak sendiri buat mikir. Kalau kalian tidak punya otak, di pinggir jalan sana ada abang-abang yang jual otak-otak, kalian bisa membelinya disana dan pasang di kepala kalian 


Semua orang beserta wartawan yang sedang meliput dan merekam kejadian itu pun jadi tertawa termasuk Sultan yang terbaring lemah pun tersenyum, Akbar lalu menegurnya dan meminta bantuan agar membawa Sultan masuk ke dalam mobilnya


AKBAR : Kenapa kalian jadi tertawa? Apa ini sebuah lelucon? Ada apa dengan kalian sebenarnya? Kalian ini benar-benar aneh 

WANITA 2 : Kau ini pemuda pemarah, tapi kau sangat lucu Pak 

PRIA 2 : Iya, dia benar Pak 

AKBAR : Sudah-sudah aku tidak butuh pujian saat ini, aku hanya butuh bantuan sekarang, apa kalian tidak mau membantuku? Ayo-ayo bantu aku mengangkatnya ke dalam mobil sekarang! 



Tiga orang pria pun membantu mengangkat Sultan ke dalam mobil Akbar. Akbar pun mengucapkan terima kasih, lalu masuk ke dalam mobil dan membawa Sultan ke rumah sakit.

AKBAR : Ya sudah. Terima kasih 


Akbar berangkat ke rumah sakit dengan perasaan tegang dan cemas. Sementara Sultan berusaha ingin mengucapkan terima kasih dengan terbata-bata sebelum akhirnya pingsan.

SULTAN : A-a-a-akbar te-te-te-terima ka-kasih 

AKBAR : Iya Tan, kau harus bisa bertahan. Setidaknya demi aku. Sultan? Sultan? 


Akbar melihat ke belakang, bingung serta cemas melihat kondisi Sultan. Dan dia mempercepat laju mobilnya agar segera sampai di rumah sakit.


AKBAR : Sultan? Apa kau pingsan? Astaga, apa yang harus aku lakukan sekarang? Ya Tuhan, selamatkanlah dia. Aku harus sampai di rumah sakit secepatnya, atau nanti bisa-bisa nyawa Sultan tidak tertolong. Ya Tuhan... Bantulah aku 


***


Harun sedang menonton TV dan betapa terkejutnya saat ada siaran langsung tentang kecelakaan di dekat taman baru dan dia melihat Akbar dalam berita tersebut.

MELANIE : Selamat sore pemirsa, berita kali ini datang dari taman baru di dekat kompleks apartemen Perwira Mewah di mana telah terjadi kecelakaan tepat pukul 14.00 WIB (dua sore) tadi. Berikut liputannya 


TV pun menayangkan saat Akbar marah pada orang-orang. Harun pun berteriak memanggil Istrinya.


HARUN : Neta! Istriku, cepatlah kemari 



Janeta pun keluar dari dapur dan menghampiri Harun yang tengah menonton TV di ruang tamu.

JANETA : Ada apa mas. Kenapa kau berteriak? 

HARUN : Neta, lihatlah berita itu 



Neta terkejut melihat baju Akbar yang berlumuran darah dalam acara berita di TV tersebut, dan betapa terkejutnya lagi saat dia mengetahui kalau Akbar menyelamatkan Sultan.


JANETA : Suamiku... Dia-dia-dia Akbar... Akbar anakku 

HARUN : Tenanglah Neta, 

JANETA : Akbar... Apa yang terjadi suamiku. Kenapa anakku berdarah-darah 

HARUN : Tenangkan dirimu Neta, lihat dulu beritanya 



Berita di TV itu lalu menayangkan wawancara dengan pengunjung mengenai kejadiannya, dan pengunjung itu berkata bahwa seorang dokter telah diselamatkan dari ledakan mobil oleh seorang pengusaha muda.



HARUN : Sultan? Neta, sepertinya itu Sultan 

JANETA : Apa suamiku? Maksudmu Sultan yang baru saja mengantar Ibu? 

HARUN : Iya benar Neta, Sultan yang baru saja mengantar Ibu pulang kemari 

JANETA : Ya Tuhan, 


***


Di Perjalanan ponsel Akbar berbunyi, Akbar pun merasa kesal dan marah


AKBAR : Aduuuuhhh!!! Sekarang apa lagi, handphone ini menggangguku saja. Nanti aku buang baru tau rasa 



Dengan kesal Akbar mengangkatnya dan dia tidak mengetahui kalau yang menghubunginya adalah Arya yang ingin menanyakan tentang rapatnya. Akbar pun minta maaf sebelum ponselnya mati karena baterainya habis (low batt)



AKBAR : Halooo!!! Bisa tidak jangan menelfon dalam keadaanku yang seperti ini. Aku sedang ada masalah. Kau bisa hubungi aku lagi nanti 

ARYA : Akbar-akbar tunggu. Jangan tutup dulu telfonnya, ini aku Arya. Aku ingin menanyakan tentang rapat hari ini 

AKBAR : Maafkan aku. Aku tidak tau kalau ternyata kau yang menelfonku. Aku sedang mengalami masalah, tolong kau urus dulu semuanya. Nanti aku akan menghubungimu lagi 

ARYA : Apa kau baik-baik saja Akbar? 

AKBAR : Ya, aku sedang . . . 

Ponsel Akbar mati

ARYA : Halo Akbar. Akbar. Ponselnya mati. Aku harap semuanya baik-baik saja 


AKBAR : Ini ponsel benar-benar tidak berguna sama sekali! Bagaimana bisa baterainya habis begitu cepat. Menyebalkan! 

Akbar membanting ponselnya dan melihat Sultan, kemudian mempercepat kembali laju mobilnya.

AKBAR : Ya Tuhan, aku harap kau masih kuat Sultan. Nyawamu masih ada. Lindungilah Sultan Ya Allah. Aku harus segera sampai di rumah sakit secepatnya, tapi kenapa bisa lama sekali sampainya! Rumah sakit ini seperti berjalan menjauh saja saat di butuhkan


***


Di rumah, Janeta, Harun juga Nenek merasa panik serta khawatir dengan kondisi Sultan dan Akbar.

NENEK : Harun, kenapa kau diam saja? Ayo lakukan sesuatu 

HARUN : Apa yang harus kulakukan Bu? 

JANETA : Ibu benar suamiku, lakukanlah sesuatu 

HARUN : Tapi apa? Apa kita akan menyusulnya ke rumah sakit? Kita kan tidak tau ke rumah sakit mana Akbar membawa Sultan 

NENEK : Setidaknya kau bisa telfon Akbar Harun, ini jaman modern. Semua orang sudah menggunakan telfon, lalu apa yang kau tunggu? Ayo cepat hubungi Akbar 

HARUN : Benar juga kata Ibu. Kenapa aku tidak kepikiran sejak tadi 

JANETA : Ya sudah suamiku. Cepat hubungi Akbar. Tanyakan bagaimana kabar dan keadaan Sultan. Mereka ada di rumah sakit mana sekarang

HARUN : Baiklah, tunggu sebentar 



Harun menghubungi Akbar, namun tidak tersambung

HARUN : Ponselnya tidak aktif 

NENEK : Cobalah sekali lagi Harun 


Harun beberapa kali mencoba namun tetap tidak tersambung

HARUN : Tidak tersambung juga. Mungkin ponsel Akbar mati 

JANETA : Ya Tuhan, semoga mereka baik-baik saja. Suamiku, sekarang apa yang akan kita lakukan? 

HARUN : Tidak ada cara lain, kita tunggu kabar dari Akbar. Atau kita bisa mencarinya di rumah sakit terdekat 

NENEK : Ya sudah, ayo Harun. Kita cari mereka 

HARUN : Kita tunggu kabar dari Akbar dulu Bu, sebentar saja. Pasti Akbar menghubungi kita nanti 

NENEK : Baiklah 


***


Akbar tiba di rumah sakit. Akbar segera memanggil suster dan suster pun datang.


AKBAR : Suster! Suster! 

SUSTER : Iya Pak

AKBAR : Cepat kemari, di mobil ada temanku yang mengalami kecelakaan dan dia mengeluarkan banyak darah Sus, 

SUSTER : Baik Pak



Suster membawa Sultan ke ruangan gawat darurat dan segera memanggil Dokter. Namun semua petugas rumah sakit tidak mengenalinya bahwa dia adalah Dr. Sultan.


SUSTER : Bapak tunggu disini sebentar. Biar aku panggilkan Dokter dulu

AKBAR : Iya cepetan Sus! 


Suster berlari memanggil Dokter, sementara Akbar mengomel sendiri

AKBAR : Astaga! Rumah sakit macam apa ini? Kenapa Dokternya harus dipanggil dulu baru akan datang. Apa Dokter itu tidak tau kalau seseorang lagi memperjuangkan nyawanya dan membutuhkan perawatan sesegera mungkin 


***


Dr. Trisna dan Dr. Chantika baru saja melakukan operasi dengan lancar. Mereka saling memuji



TRISNA : Chantika, perkataanku benar kan? Operasinya akan berjalan baik, kau adalah Dokter hebat 

CHANTIKA : Ah Dokter bisa aja. Ini semua juga berkat Dokter. Kita berdua sama-sama berusaha sehingga pasien kita sudah membaik sekarang. Tapi kenapa Dokter Sultan juga belum kembali ya Dok? Aku khawatir terjadi sesuatu dengannya 

TRISNA : Chantika . . . 


Tiba-tiba Suster datang memotong pembicaraan Dr. Trisna dan mengatakan kalau ada pasien baru di ruang gawat darurat


SUSTER : Dokter, ada pasien baru di ruang gawat darurat. Dia mengalami kecelakaan dan kehilangan banyak darah 

TRISNA : Ayo Dr. Chantika. Kita harus tangani 

CHANTIKA : Iya, Dokter duluan saja aku mau ke toilet sebentar. Aku akan menyusul secepatnya 

TRISNA : Baiklah, ayo Sus 


***


Akbar masih menunggu Suster dan Dokter yang akan menangani Sultan

AKBAR : Pergi kemana Suster itu. Manggil Dokter aja sangat lama. Apa Suster itu manggil Dokter ke Surabaya. Menyebalkan sekali. Berapa lama lagi aku harus menunggu, apa dia tidak tau kalau sesuatu bisa saja terjadi sama pasien akibat kecerobohannya dan pasien itu juga seorang dokter. Sulit di percaya 


Suster pun datang bersama Dr. Trisna dan menghampiri Akbar


AKBAR : Dokter, tolong selamatkan dia apapun yang terjadi 

TRISNA : Pak, aku hanya bisa berusaha, semuanya tergantung sama yang di atas. Kau juga harus membantunya dengan do'a Pak. Agar semuanya baik-baik saja 

AKBAR : Baiklah Dok, tapi tolong lakukan yang terbaik untuknya 

TRISNA : Pasti, kami pasti akan melakukan yang terbaik 

AKBAR : Terima kasih 


Dr. Trisna masuk ke ruang gawat darurat sementara Akbar pergi untuk mencharge ponselnya. Saat di perjalanan, Dr. Chantika yang terburu-buru tanpa sengaja menabrak Akbar.


"Bruk!!" mereka bertabrakan dan ponsel Akbar jatuh terlepas dari genggamannya, Chantika meminta maaf sambil mengambil ponsel itu.



CHANTIKA : Maaf, maaf 

AKBAR : Astaga. Apa yang kau lakukan? Ponselku jadi terjatuh. Apa kau berjalan dengan penutup mata sehingga kau tidak bisa melihat dan menabrak orang sembarangan 



Chantika berdiri dan memberikan ponsel milik Akbar.


CHANTIKA : Ini ponselmu, maafkan a . . . 


"Kau...???" Akbar dan Chantika mengatakan bersamaan dan mereka berdua sama-sama terkejut melihat satu sama lain.




[ BERSAMBUNG.... ]




- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  - - - - - - -

EPISODE SELANJUTNYA ....

“Akbar dan Chantika saling berdebat masalah ponsel yang terjatuh. Kondisi Sultan semakin kritis karena kehilangan banyak darah dan stok darah yang cocok dengannya di rumah sakit sedang kosong.”

BACA EPISODE SELANJUTNYA




- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Follow Social Media Penulis :

Instagram : @arahmanap_
Twitter : @arahmanap_
Facebook : A. Rahman AP


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

PERINGATAN!

Karya tulis ini dilindungi Undang-undang hak cipta dan dalam pengawasan team ART Multimedia Publishing. Barang siapa yang memperbanyak dan memposting ulang tanpa izin, maka akan dikenai pasal dan akan ditindak lanjuti menurut hukum yang berlaku.

For Bussiness :
artproductionsmdr@gmail.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar