Cari Cerita Menarik

Jumat, 13 Maret 2020

Cerita Bersambung: Jika Aku Menikah Muda Episode 05



Judul : Jika Aku Menikah Muda (JAMM)
Episode : 05
Penulis : A. Rahman AP
Jenis : Cerita Bersambung
Bentuk : Dialog
Genre : Drama, Komedi, Percintaan
Khusus Pembaca : 13+


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

EPISODE SEBELUMNYA . . .

“Akbar dan Chantika saling berdebat masalah ponsel yang terjatuh. Kondisi Sultan semakin kritis karena kehilangan banyak darah dan stok darah yang cocok dengannya di rumah sakit sedang kosong.”

BACA EPISODE SEBELUMNYA



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -






Chantika memasuki ruangan gawat darurat dan memberitahukan Dr. Trisna jika stok darah yang cocok dengan pasien sedang kosong.

CHANTIKA : “Dokter ini gawat. Golongan darah yang cocok dengan pasien saat ini sedang . . .”

TRISNA : “Iya Chantika, aku tau. Kau tadi pergi dengan terburu-buru hingga aku tidak sempat mengatakannya padamu”

CHANTIKA : “Astaga, maafkan aku dok. Aku terlalu khawatir dengan kondisi pasien”

TRISNA : “Aku mengerti, tapi saat ini kondisinya sedang kritis dan kita harus menemukan pendonor secepatnya atau nanti akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan”

CHANTIKA : “Apa kondisinya separah itu dok?”

TRISNA : “Benar Chantika, dia kehilangan banyak darah. Kau lihat sendiri kondisinya tadi bukan?”

CHANTIKA : “Iya dok. Aku tidak tega melihatnya tadi, makanya aku pergi terburu-buru saat dokter mengatakan jika dia sedang membutuhkan donor darah”

Chantika berpikir

CHANTIKA : “Aku akan bicara dengan keluarganya”

TRISNA : “Chantika, tapi . . .”

Chantika keluar dari ruangan.


***


Chantika lalu mencari keluarga pasien. Namun dia tidak melihat siapapun kecuali Akbar yang duduk dan terlelap tidur di bangku tunggu, Chantika menghampiri dan membangunkannya, Akbar terkejut dan betapa terkejutnya lagi saat melihat Chantika yang membangunkannya.

CHANTIKA : “Hei kau?”

AKBAR : “I-i-ya apa-apa kau memanggilku? Ada apa? Ap... Apa ini? Kau lagi?”

CHANTIKA : “Benar, apa kau keluarga dari pasien yang sedang di rawat di ruang gawat darurat itu?”

AKBAR : “Aku . . .”

CHANTIKA : “Dia sedang membutuhkan donor darah. Sekarang ayo kau ikut denganku”

Chantika menarik Akbar, dan pada saat itu juga Harun datang

AKBAR : “Iya, tunggu. Tapi aku bukan . . .”

HARUN : “Akbar, syukur kau disini. Kenapa kau tidak menghubungi Ayah, semua keluarga panik di rumah. Sekarang bagimana kondisi Sul . . .”

CHANTIKA : “Maaf, apa Bapak juga keluarga dari pasien? Pak. Pasien kehilangan banyak darah, dan harus segera menemukan donor yang cocok secepatnya. Atau jika tidak, kami tidak tau apa yang akan terjadi”

AKBAR : “Apa maksudmu? Apa kau tidak bisa menyelamatkannya? Bukankah kau bilang kau ini seorang dokter. Lalu apa tugasnya seorang dokter jika tidak bisa menyelamatkannya?”

CHANTIKA : “Pak. Maksudku tuan yang kasar. Aku ini bukan Tuhan, kami para dokter juga manusia biasa. Kami hanya bisa berusaha tapi Tuhan yang akan menentukan”

HARUN : “Kenapa kalian berdua jadi berdebat? Nak, apa golongan darahnya?”

CHANTIKA : “A negatif Pak”

HARUN : “Kebetulan golongan darahku A negatif, dan Akbar anakku juga sama”

CHANTIKA : “Baiklah, kalau begitu ayo ikut denganku Pak. Kita lakukan pengecekan secepatnya”


***


Manik merasa gelisah, dan mencoba menghibur diri dengan menonton TV. Namun betapa terkejutnya melihat acara berita malam di televisi yang menayangkan tentang kecelakaan di dekat taman baru yang tak lain korbannya adalah Sultan.

MANIK : “Sultan?? Tidak! Tidak! Ini tidak mungkin. Sultaannn.... Berita ini pasti salah, kenapa? Kenapa ini terjadi? Tidak! Ini pasti salah. Sultan...”

Manik bergegas pergi dan mendatangi rumah sakit terdekat.


***


Chantika tiba di ruangan pendonoran, Chantika meminta Akbar dan Harun menunggu sebentar, karena dia akan memanggil suster yang akan membantunya.

CHANTIKA : “Bapak, tunggu disini sebentar ya. Aku akan memanggil suster”

AKBAR : “Baiklah, tapi jangan lama-lama. Waktuku sangat berharga”

CHANTIKA : “Iya tuan yang sibuk...”

Chantika keluar ruangan, dan Akbar panik.

AKBAR : “Ayah, bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan sekarang?”

HARUN : “Nak! Kau harus bisa, ini juga demi Sultan. Dia membutuhkan bantuan kita sekarang. Setelah apa yang dilakukannya kepada Nenekmu, apa kau tidak bisa melawan sedikit ketakutanmu Nak?”

AKBAR : “Tapi Ayah, bagaimana caranya? Ayah tau sendiri kan bagaimana aku”

HARUN : “Iya Nak, Ayah tau. Tapi kau . . .”

AKBAR : “Baiklah, aku akan mencobanya Ayah”


***


Manik tiba di rumah sakit Mitra Jaya dan menanyakan Sultan pada resepsionis

RESEPSIONIS : “Ada yang bisa kami bantu Bu?”

MANIK : “Aku mau tanya tentang pasien yang mengalami kecelakaan di dekat taman baru”

RESEPSIONIS : “Apa Ibu keluarganya??”

MANIK : “Apa maksudmu? Kenapa kau jadi ingin tau? Lakukan saja apa yang menjadi tugasmu dengan benar”

RESEPSIONIS : “Baiklah Bu, maafkan aku”


***


Chantika kembali ke ruangan donor darah

CHANTIKA : “Pak . . . ??”

HARUN : “Panggil paman saja Nak dan ini anakku Akbar Kurniawan”

CHANTIKA : “Baiklah Paman... Sekarang Paman berbaring, aku akan memeriksa kondisi Paman terlebih dahulu”

Harun berbaring dan proses pengecekan darah pun dilakukan. Usai pengecekan, dan mendapatkan hasil yang baik. Harun melanjutkan pendonoran, Suster menanganinya. Sementara Chantika menghampiri Akbar dan memintanya untuk berbaring.

CHANTIKA : “Tuan pemarah yang kasar. Ayo. Sekarang kau berbaring”

AKBAR : “Tapi . . .”

CHANTIKA : “Sudah, jangan banyak tapi, ayo cepat berbaring!”

Chantika menutup tirai pembatasnya.

AKBAR : “Hei, kenapa kau menutup tirainya”

CHANTIKA : “Sudahlah, kau diam saja. Banyak pula cerita”

Chantika mulai mempersiapkan jarum suntik, Akbar pun melihatnya dengan tegang dan penuh ketakutan.

Dalam hatinya, Akbar berkata “Ya Tuhan, apa yang akan terjadi. Kali ini tolonglah bantu aku Tuhan”

Chantika mendekat dengan jarum suntiknya

AKBAR : “Kau, kau mau ngapain? Jangan dekat-dekat! Pergi sana!”

CHANTIKA : “Kau ini kenapa? Aku hanya ingin mengecek kondisimu sebelum kau mendonorkan darahmu”

AKBAR : “Aku... Aku tidak mau! Singkirkan suntikanmu cepat!”

CHANTIKA : “Tapi bagaimana aku bisa memeriksamu?”

AKBAR : “Tidak perlu banyak bicara! Ayo letakkan suntikanmu cepat!”

CHANTIKA : “Ah! Kau ini bagaimana?”

Chantika merasa kesal dan membanting suntikannya ke lantai. Lalu Chantika beranjak keluar ruangan sambil mengomel, tapi Harun mencegahnya dan menjelaskan tentang ketakutan anaknya terhadap jarum suntik.

CHANTIKA : “Dia itu benar-benar pria yang aneh. Dia pikir dia siapa? Beraninya dia berkata kasar padaku. Padahal aku hanya ingin mengecek kondisinya, tapi dia? Dia marah-marah padaku. Aku ini seorang dokter dan aku hanya ingin melakukan tugasku saja”

HARUN : “Nak, tunggu sebentar”

CHANTIKA : “Iya Paman,”

HARUN : “Kemarilah”

Chantika menghampiri Harun, Harun berbisik dan mengatakan sesuatu

HARUN : “Nak, apa kau tau? Akbar anakku takut dengan jarum suntik”

Chantika tertawa dan mengejek Akbar. Harun pun tertawa

CHANTIKA : “Hahaha. Apa benar yang paman katakan ini? Akbar anak paman yang kasar dan pemarah itu takut sama jarum suntik?”

HARUN : “Benar Nak. Dulu waktu Akbar masih kecil, kalau dia sedang sakit dan dokter mengatakan harus disuntik maka semua keluarga memegangnya. Aku, Ibunya, Neneknya bahkan lima susterpun kadang-kadang tidak bisa menanganinya”

CHANTIKA : “Ya ampun Paman... Aku tidak percaya ini”

Chantika terus tersenyum dan tertawa sedikit sambil memikirkan sesuatu.

Chantika berkata dalam hati “Baiklah tuan yang kasar dan pemarah, aku punya ide untuk memberikanmu pelajaran sekarang”

CHANTIKA : “Baiklah Paman, aku akan berusaha meyakinkan Akbar”

HARUN : “Tentu Nak,”

CHANTIKA : “Suster tolong bantu aku”

SUSTER : “Baik dok. Aku akan bereskan ini dulu, nanti aku menyusul”

CHANTIKA : “Baiklah. Emm Paman, aku tinggal sebentar ya”

HARUN : “Iya Nak, semoga berhasil”

CHANTIKA : “Terima kasih”

Di bilik tirai nomor lima, Akbar mengomel sendiri. Chantika lalu datang dengan membawa suntikan besar

AKBAR : “Seorang dokter? Apa hebatnya? Dia hanya membawa-bawa jarum kemana-mana. Apa dia tukang jahit? Aku takut dengan jarum suntik. Harusnya dokter bisa mengatasi ketakutanku ini. Bukankah dokter bisa menyembuhkan segala penyakit? Tapi..?? Apa ketakutanku terhadap jarum suntik ini sebuah penyakit? Memangnya tidak ada cara lain apa? Kenapa harus pakai jarum? Bukannya jarum digunakan untuk menjahit pakaian? Tapi di rumah sakit ini malah digunakan untuk orang. Jangan-jangan.... Dokter itu mau menjahit seluruh tubuhku. Ah! Yang benar saja? Astaga, apa yang kupikirkan? Kepalaku jadi pusing.  Akbar, kenapa kau berbicara sendiri? Apa kau sudah kehilangan akal? Semua ini gara-gara dokter menyebalkan itu. Teknologi sudah semakin canggih, tapi rumah sakit ini masih pakai jarum”

CHANTIKA : “Apa kau sudah selesai dengan ceramahmu? Kau bilang aku penceramah, tapi kau berbicara dan berceramah sendiri”

AKBAR : “Kau? Kenapa kau datang kemari lagi? Apa kau mau menguping pembicaraanku?”

CHANTIKA : “Apa? Menguping pembicaraanmu? Kau berbicara dengan dirimu sendiri, kenapa aku akan menguping? Apa aku sudah tidak waras sepertimu? Apa yang akan aku dapatkan dengan menguping pembicaraanmu?”

AKBAR : “Lalu apa masalahmu?”

CHANTIKA : “Seharusnya aku yang bertanya, apa masalahmu? Kenapa kau berbicara sendiri?”

AKBAR : “Sudah lupakan”

CHANTIKA : “Ayo berbaring! Aku kesini mau menyelesaikan tugasku”

AKBAR : “Bukankah aku sudah menyuruhmu pergi?”

CHANTIKA : “Hei, kau ini egois sekali? Keluargamu terbaring lemah di sana dan sedang menunggu donor darah, lalu disini kau hanya mengomel. Ayo berbaring”

Akbar berbaring dan terkejut melihat suntikan besar yang dibawa Chantika

AKBAR : “Apa-apaan ini? A-a-a-apa yang kau bawa itu?”

CHANTIKA : “Ini suntikan untuk mengecek kondisimu”

AKBAR : “Kau ini benar-benar tidak waras ya. Apa kau mau melenyapkanku dengan suntikan sebesar itu?”

CHANTIKA : “Ya ampun, kau tidak akan mati hanya dengan satu suntikan ini”

AKBAR : “Kau benar, kau tidak akan mati, karena kau yang akan menyuntikkannya padaku. Tapi aku yang akan lenyap sekarang. Tidak-tidak jangan lakukan ini. Singkirkan suntikan itu!!!!”

Akbar berlari di dalam bilik dan Chantika mengejarnya sambil menakut-nakuti

AKBAR : “Apa yang kau lakukan? Sudah pergi sana. Singkirkan suntikan itu!”

CHANTIKA : “Ayo sini, kau harus mau”

AKBAR : “Tidak-tidak. Aku tidak mau”

CHANTIKA : “Ayo sini...”

Akbar naik ke tempat pemeriksaan, Chantika pun mengikutinya. Akbar lalu turun dan Chantika terpeleset saat hendak turun, namun Akbar menangkapnya dan mereka berdua saling menatap. Saat Akbar menyadarinya, dia melepaskan tangannya dan Chantika terjatuh di lantai.

“Brukk!!!”

CHANTIKA : “Aduh! Kenapa kau melepaskanku? Apa kau tau? Ini sakit sekali”

AKBAR : “Lalu aku harus bagaimana? Memegangimu selama dua jam. Tanganku juga terasa sakit, kau berat sekali”

CHANTIKA : “Kau ini benar-benar pria yang kasar”

AKBAR : “Kau tidak akan mati hanya karena terjatuh ke lantai ini, tapi apa yang kau bawa itu? Orang bisa mati jika jarum itu menusuk badannya. Apa kau sudah tidak waras?”

CHANTIKA : “Maafkan aku tuan pemarah, aku hanya bercanda. Kau takut jarum suntik bukan? Dan aku pikir akan menakut-nakutimu dengan jarum suntik ini”

AKBAR : “Kau benar-benar sudah kehilangan akal? Pasien manapun akan takut jika melihat suntikan dengan jarum sebesar itu, saat mereka melihatnyapun pasti akan langsung meninggal ditempat”

CHANTIKA : “Kau berlebihan, bukan orang lain, tapi kau membicarakan dirimu sendiri kan?”

AKBAR : “Kau ini bicara apa?”

CHANTIKA : “Aku sudah tau jika kau takut jarum suntik”

AKBAR : “Benarkah? Siapa yang mengatakannya?”

CHANTIKA : “Ayahmu sendiri yang bilang padaku. Aku tidak percaya, seorang pria yang kasar dan pemarah sepertimu, takut dengan jarum suntik sekecil ini?”

AKBAR : “Apa kau mengejekku? Kenapa kau tertawa? Aku tidak takut dengan jarum suntik”

CHANTIKA : “Benarkah itu....”

AKBAR : “Apa kau tidak percaya”

CHANTIKA : “Tidak! Aku lebih percaya sama perkataan Ayahmu”

AKBAR : “Baiklah, kalau begitu ayo lakukan sekarang. Kalau perlu sedot saja semua darahku hingga habis, agar kau merasa puas”

Akbar berbaring

CHANTIKA : “Apa aku tidak salah dengar?”

AKBAR : “Apa sekarang kau juga tuli?”

CHANTIKA : “Baiklah, akan aku lakukan pemeriksaan sekarang. Suster...”

AKBAR : “Hei, kenapa kau memanggil Suster? Apa kau tidak bisa mengerjakannya sendiri?”

CHANTIKA : “Bagaimana nanti kalau kau menendangku? Ayahmu bilang saat kau masih kecil saja lima orang suster tidak bisa mengatasimu, lalu bagaimana denganku seorang diri sekarang? Kau sudah besar dan aku sendirian jadi . . .”

AKBAR : “Hallo. Mataku ini masih normal. Tidak seperti matamu, aku masih bisa membedakan mana bola dan mana manusia”

Mereka berdua tertawa bersama sebelum akhirnya suster datang

SUSTER : “Apakah tuan sudah siap”

AKBAR : “Iya Sus,”

Chantika beranjak ingin keluar bilik

AKBAR : “Kau mau kemana? Apa kau mau meninggalkanku?”

CHANTIKA : “Kenapa? Apa kau takut? Bukankah kau sendiri mengatakan kalau kau tidak takut dengan jarum suntik”

AKBAR : “Iya, tapi... Tidak-tidak, aku ingin membuktikan sendiri padamu kalau aku benar-benar tidak takut jarum suntik”

Chantika termenung dan menatap wajah Akbar yang terlihat panik dan ketakutan. Dalam hati Chantika berkata “Kau bisa menyembunyikan itu dengan kata-kata Akbar, tapi wajahmu tidak bisa berbohong, aku tau kalau kau memang takut jarum suntik”

AKBAR : “Hallo. Kau malah melamun disitu, ayo kemarilah...”

Chantika duduk disamping Akbar. Suster lalu melangsungkan pengecekan, tanpa sadar Akbar memegang tangan Chantika dengan erat. Chantika pun menangis.


***


Harun teringat dengan orang rumah dan segera menghubunginya

HARUN : “Ya Tuhan, saking paniknya aku sampai lupa memberitahu Ibu dan Neta. Aku akan menghubunginya sekarang”


***


Telfon rumah berbunyi

NENEK : “Neta, ada telfon. Cepat angkat, siapa tau itu dari Harun”

JANETA : “Baiklah Bu,”

Janeta mengangkat telfon

JANETA : “Assalamu'alaikum, Halo”

HARUN : “Wa'alaikumsalam, Neta ini aku. Aku ingin memberitahumu, aku sudah tau dimana Sultan”

JANETA : “Benarkah, di rumah sakit mana sekarang Sultan? Dan bagaimana kondisinya?”

HARUN : “Di rumah sakit Mitra Jaya, emmm kondisinya . . .”

JANETA : “Suamiku, cepat katakan. Bagaimana kondisi Sultan? Apa semuanya baik-baik saja?”

HARUN : “Neta, Sultan kritis dan membutuhkan banyak darah. Kebetulan golongan darahnya sama denganku dan juga Akbar. Sekarang kami sedang mendonorkan darah untuknya”

JANETA : “Apa?”

HARUN : “Kau jangan beritahu Ibu dulu tentang kondisi Sultan saat ini, aku takut dia khawatir”

JANETA : “Baiklah, tapi suamiku, apakah benar yang kau katakan? Akbar mendonorkan darahnya untuk Sultan? Bagaimana bisa, dia sangat takut dengan jarum suntik”

HARUN : “Ada seorang dokter muda yang cantik, sepertinya dia berhasil membuat Akbar mengerti dan mau melakukannya”

JANETA : “Aku harap nanti bisa bertemu dengan dokter itu dan mengucapkan terima kasih karena sudah menghilangkan rasa takut anakku terhadap jarum suntik”

HARUN : “Iya tentu, tapi kau kesini besok saja karena ini sudah larut malam dan katakan pada Ibu jika Sultan baik-baik saja”

JANETA : “Baiklah”

HARUN : “Kalau begitu sampai ketemu besok, sekarang kau istirahatlah. Selamat malam, Assalamu'alaikum”

JANETA : “Wa'alaikumsalam”

Janeta kembali ke kamar Nenek

NENEK : “Apa Harun yang menelfon barusan Nak? Apakah Harun sudah mengetahui dimana Sultan?”

JANETA : “Iya Bu,”

NENEK : “Apa katanya? Bagaimana kondisi Sultan?”

JANETA : “Dia baik-baik saja Bu, besok kita akan menemuinya. Sekarang Ibu tidur ya...”

NENEK : “Baiklah...”


***


Proses pengecekan sudah selesai dan kondisi Akbar baik, suster pun langsung melanjutkan proses pendonoran

AKBAR : “Bagaimana? Kau lihat sendiri kan kalau aku benar. Kau tadi sampai menangis, mungkin karena kau tidak bisa menerima kenyataan kalau aku menang”

CHANTIKA : “Tidak, bukan itu”

AKBAR : “Lalu kenapa? Apa kau mengkhawatirkanku?”

Suasana terdiam sejenak

CHANTIKA : “Apa kau tau? Kau tadi memegang tanganku dengan sangat erat dan aku merasa kesakitan hingga aku mengeluarkan air mata. Tapi kau malah mengejekku, menyebalkan”

Chantika beranjak dan pergi dari bilik

AKBAR : “Maafkan aku, aku hanya bercanda saja. Tapi terim . . . Dia pergi, padahal aku mau mengucapkan terima kasih. Sudahlah...”


***


Manik tiba di depan ruangan Sultan, namun Dokter Trisna tidak mengizinkannya masuk karena kondisinya sangat tidak memungkinkan.

MANIK : “Dokter, bagaimana kondisinya”

TRISNA : “Kau . . . ??”

MANIK : “Aku Ibunya”

Dokter termenung dan teringat ucapan Sultan saat mengatakan jika Ayah dan Ibunya pergi meninggalkannya saat masih kecil.

TRISNA : “Kau tinggal dimana saat ini?”

SULTAN : “Dokter Trisna, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang. Ayahku meninggalkanku saat aku berumur empat tahun. Dan Ibuku selalu sibuk dengan urusannya. Saat itu aku tinggal sendirian dan hanya bibiku yang kadang datang dan menanyakan kondisiku. Aku tinggal di kompleks Apartemen Perwira Mewah milik ayah Chantika dan merekalah yang merawatku sejak saat itu hingga sekarang dan aku berasa seperti mendapatkan kasih sayang keluarga dari mereka”

Dalam pikirannya Trisna berkata “Orang ini Ibunya Sultan? Kasihan sekali Sultan, dia punya kedua orang tua tapi dia tinggal sendiri di kompleks apartemen, sementara keluarga Chantika yang sudah dianggap keluarga olehnya? Aku belum memberikan kabar ini pada mereka, bahkan aku menyembunyikannya dari Chantika. Apa yang telah aku lakukan?”

TRISNA : “Maaf sebelumnya Bu, kondisinya sangat kritis dan tidak memungkinkan untuk ditemui sebelum donor darah dilakukan”

MANIK : “Apa? Donor darah? Apa kondisinya separah itu dok?”

TRISNA : “Benar Bu, dia kehilangan banyak darah. Aku tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya jika tidak ada pendonor yang datang”

MANIK : “Emmm... Siapa pendonor itu? Aku ingin menemuinya dan mengucapkan terima kasih padanya”

TRISNA : “Dia Ayah dan anaknya yang telah membawa Sultan kemari”

MANIK : “Mereka orang-orang yang baik. Dimana mereka?”

TRISNA : “Di ruang donor darah, Ibu belok kiri dari sini dan ruangan nomor dua dari sebelah kanan”

MANIK : “Baiklah, terima kasih Dok. Aku akan menemuinya nanti”

TRISNA : “Sama-sama”

Dr. Trisna beranjak pergi.

MANIK : “Aku merasa haus sekali. Aku akan beli minum dulu. Setelah itu aku akan langsung temui mereka”


***


Chantika menghubungi Ibunya menggunakan telfon rumah sakit

CHANTIKA : “Halo, Assalamu'alaikum Bu”

ZAENAB : “Wa'alaikumsalam. Iya sayang, kenapa kau belum pulang juga? Ibu merasa khawatir, ponselmu tidak aktif sejak tadi”

CHANTIKA : “Iya Bu, maafkan aku. Ponselku habis baterainya. Oh iya Bu, mungkin malam ini aku akan menginap di rumah sakit saja soalnya pasienku belum selesai ditangani”

ZAENAB : “Sayang, apa perlu aku minta Ayahmu untuk menjemputmu nanti jika pekerjaanmu sudah selesai?”

CHANTIKA : “Tidak perlu Bu, biarkan Ayah istirahat. Dia pasti lelah mengurus mobilku. Benarkan?”

ZAENAB : “Kau benar sayang, Ayahmu tidur dengan nyenyak saat ini”

CHANTIKA : “Ya sudah, Ibu juga istirahat”

ZAENAB : “Baiklah sayang, jaga dirimu baik-baik”

CHANTIKA : “Iya Ibu, Ibu tidak perlu khawatir. Sampai jumpa”

ZAENAB : “Sampai jumpa nak”

CHANTIKA : “Assalamu'alaikum”

ZAENAB : “Wa'alaikumsalam”

Seorang suster datang dan memberitahu jika darah pendonor sudah siap di transfusi

SUSTER : “Dokter Chantika, darah pendonor sudah siap untuk di transfusi”

CHANTIKA : “Baiklah, aku akan segera menemui dokter Trisna”

SUSTER : “Aku permisi dulu”

CHANTIKA : “Iya, terima kasih ya Sus,”


***


Di depan ruangan Sultan dirawat, Akbar dan Harun mengobrol

HARUN : “Nak, aku tidak percaya ini. Kau dapat melakukan donor darah dan kau berhasil mengatasi ketakutanmu dengan jarum suntik”

AKBAR : “Apa maksud Ayah? Aku terpaksa melakukan ini, ini semua karena dokter itu yang menantangku”

HARUN : “Apapun alasanmu, tapi kau tetap berhasil melakukannya Nak...”

AKBAR : “Iya Ayah, ini juga berkat Ayah yang mendukungku. Tapi Ayah tau, sampai saat ini aku masih merasa takut dengan jarum itu, bahkan aku tidak bisa membayangkan kejadian yang baru saja terjadi”

Suasana terdiam sejenak

AKBAR : “Astaga!”

HARUN : “Ada apa Nak?”

AKBAR : “Aku lupa menyiapkan dokumen untuk rapat besok”

HARUN : “Ya Sudah, kau pulang saja Nak. Biar Ayah saja yang menunggu Sultan disini”

AKBAR : “Apa Ayah yakin?”

HARUN : “Iya Nak, tidak apa-apa. Kau pergilah”

AKBAR : “Terima kasih Ayah”

HARUN : “Iya-iya. Kau hati-hati di jalan”

Akbar beranjak pergi


***


Saat Akbar pergi, Manik kembali ke ruangan dimana Sultan dirawat, namun mengurungkan niatnya saat melihat Harun yang duduk-duduk di bangku tunggu. Dalam hatinya berkata “Dia disini? Untuk apa dia berada disini? Apa jangan-jangan dia sudah tau kalau Sultan adalah anak pertamanya? Tidak-tidak, itu tidak mungkin. Siapa yang akan memberitahunya. Sebaiknya aku segera pergi dari sini sebelum dia melihatku”

Manik beranjak pergi


***


Chantika terkejut saat mengetahui pasien yang sedang ditangani adalah Sultan

HARUN : “Nak, tolong selamatkan Sultan. Dia . . .”

CHANTIKA : “Sultan? Sultan siapa yang paman maksud?”

HARUN : “Nak, pasien di dalam yang sedang kau tangani saat ini, dia adalah Sultan. Dia kecelakaan setelah mengantarkan Ibuku pu . . .”

CHANTIKA : “Tunggu-tunggu, apa dia dokter . . . ? ?”

TRISNA : “Benar Chantika, dia Dokter Sultan”

CHANTIKA : “Apa? Dokter Trisna. Aku tidak percaya ini, kau pasti berbohong kan? Jika dia benar Dokter Sultan, kenapa kau tidak mengatakan apapun sebelumnya?”




[ BERSAMBUNG.... ]




- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  - - - - - - -

EPISODE SELANJUTNYA ....

“Sultan mulai siuman dan dia merasa pusing, Chantika terkejut dengan sikap Sultan yang tidak mengenalinya lagi. Akbar melihat foto Chantika dan Sultan di ponsel milik Chantika, dia berpikir kalau Chantika yang sudah menyelamatkan Neneknya dan dia ingin meminta maaf padanya.”

BACA EPISODE SELANJUTNYA




- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Follow Social Media Penulis :

Instagram : @arahmanap_
Twitter : @arahmanap_
Facebook : A. Rahman AP


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

PERINGATAN!

Karya tulis ini dilindungi Undang-undang hak cipta dan dalam pengawasan team ART Multimedia Publishing. Barang siapa yang memperbanyak dan memposting ulang tanpa izin, maka akan dikenai pasal dan akan ditindak lanjuti menurut hukum yang berlaku.

For Bussiness :
artproductionsmdr@gmail.com


Kamis, 12 Maret 2020

Cerita Bersambung: Jika Aku Menikah Muda Episode 04



Judul : Jika Aku Menikah Muda (JAMM)
Episode : 04
Penulis : A. Rahman AP
Jenis : Cerita Bersambung
Bentuk : Dialog
Genre : Drama, Komedi, Percintaan
Khusus Pembaca : 13+


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

EPISODE SEBELUMNYA . . .

“Sultan mengalami kecelakaan, Akbar mencoba mengeluarkannya dari dalam mobilnya sebelum akhirnya meledak. Chantika dan Manik merasa khawatir dan cemas dengan Sultan. Harun dan Janeta terkejut mendengar berita tentang kecelakaan Sultan dan Akbar di sebuah saluran televisi.”

BACA EPISODE SEBELUMNYA



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -






Akbar masih menunggu Suster dan Dokter yang akan menangani Sultan



AKBAR : Pergi kemana Suster itu. Manggil Dokter aja sangat lama. Apa Suster itu manggil Dokter ke Surabaya. Menyebalkan! Berapa lama lagi aku harus menunggu, apa dia tidak tau kalau sesuatu bisa saja terjadi sama pasien akibat kecerobohannya itu. Dan pasien itu juga seorang dokter. Sulit di percaya 


Suster pun datang bersama Dr. Trisna dan menghampiri Akbar

AKBAR : Itu dia mereka. Dokter, tolong selamatkan temanku apapun yang terjadi 

TRISNA : Maad Pak, aku hanya bisa berusaha, semuanya tergantung sama yang di atas. Kau juga harus membantunya dengan do'a agar semuanya baik-baik saja

AKBAR : Baiklah Dok, tapi tolong lakukan yang terbaik untuknya 

TRISNA : Pasti, kami pasti akan melakukan yang terbaik dan akan berusaha semaksimal mumgkin

AKBAR : Terima kasih 


Dr. Trisna masuk ke ruang gawat darurat sementara Akbar pergi untuk mencharge ponselnya. Saat di perjalanan, tanpa sengaja Dr. Chantika menabrak Akbar.


"Bruk!!" mereka bertabrakan dan ponsel Akbar jatuh terlepas dari genggamannya, Chantika meminta maaf sambil mengambil ponsel itu.



CHANTIKA : Maaf, maaf 

AKBAR : Astaga. Apa yang kau lakukan? Ponselku jadi terjatuh. Apa kau berjalan dengan penutup mata hingga kau tak bisa melihat dan menabrak orang sembarangan? 



Chantika berdiri dan memberikan ponsel milik Akbar. Saat mereka berdua saling menatap, mereka sama-sama terkejut


CHANTIKA : Ini ponselmu, maafkan a . . . 


"Kau...???" Akbar dan Chantika mengatakan bersamaan dan mereka berdua sama-sama terkejut melihat satu sama lain.


CHANTIKA : Untuk apa kau datang kesini? 

AKBAR : Hallo. Ini bukan rumahmu, ini rumah sakit. Orang bebas kesini kapanpun mereka mau. Kau sendiri, untuk apa berada disini? 

CHANTIKA : Hallo juga. Aku ini seorang dokter. Dan memang disinilah tempatku? 

AKBAR : Kau tidak perlu pamer kau seorang dokter. Kau lebih pantas jadi penceramah 

CHANTIKA : Apa katamu? 

AKBAR : Tidak. Aku tidak mengatakan apa-apa. Hari ini, sudah dua kali aku bertemu denganmu. Dan kau hanya membuatku sial

CHANTIKA : Apa maksudmu? Aku pembawa sial begitu? Kau yang sial!

AKBAR : Apa kau sudah lupa? Tadi pagi kau menabrakku dan sekarang lagi-lagi kau menabrakku. Aku rasa benar-benar ada masalah dengan matamu itu, kau ini seorang dokter bukan? Kenapa kau tidak periksa matamu itu sendiri? Entah sudah berapa banyak orang yang kau tabrak dalam seharinya 

CHANTIKA : Mataku ini baik-baik saja. Kenapa aku harus memeriksanya? Kau saja yang tidak fokus dan terlalu sibuk. Tadi pagi kau sibuk dengan ponselmu di tengah jalan dan sekarang kau juga masih sibuk dengan ponselmu itu. Apa hidupmu hanya bergantung pada ponsel itu sehingga kau tidak memperhatikan orang di sekitarmu 

AKBAR : Mememememememe. Apa kau sudah selesai dengan ceramahmu itu? Kau bicara terlalu banyak. Sekarang giliranku. Tadi pagi kau menabrakku dan menyalahkanku, lalu sekarang kau mau menyalahkanku juga? Apa yang kau pikirkan? 

CHANTIKA : Aku tidak memikirkan apapun? Baiklah aku akui kalau sekarang aku yang salah. Tapi untuk tadi pagi, kau sendiri yang salah. Aku sudah katakan kalau saat itu aku berteriak dan memintamu agar segera menyingkir tapi kau tidak mendengarnya. Setidaknya aku sudah minta maaf padamu sekarang, tidak seperti kau yang hanya mencari kesalahan orang lain 

AKBAR : Apa salahku? Kenapa juga aku harus minta maaf padamu. Kau yang membuat bajuku kotor bukan? Aku lihat kau tidak terluka sedikitpun, dan itu semua karena kau sudah menjadikan badanku sebagai kasurmu, lalu dimana letak kesalahanku? Seharusnya kau berterima kasih padaku 

CHANTIKA : Kau ini benar-benar keras kepala. Menyebalkan sekali. Aku sudah minta maaf padamu, sekarang aku mau pergi, aku ada pasien. Dan terima kasih karena aku mendapatkan kasur yang kasar 

Chantika melangkah pergi namun Akbar mencegahnya.

AKBAR : Hei. Tunggu dulu. Enak sekali jadi dirimu. Minta maaf lalu pergi begitu saja. Dan kau, selalu bawa-bawa nama pasien sebagai alasanmu. Tidak bertanggung jawab 

CHANTIKA : Sebenarnya apa masalahmu? Aku sudah minta maaf tapi kau malah menahanku 

AKBAR : Minta maaf saja tidak akan mengembalikan kondisi ponselku seperti semula 

CHANTIKA : Apa maksudmu? Ponselmu baik-baik saja 

AKBAR : Apa? Baik-baik saja? Ini, coba kau lihat sendiri 


Akbar memberikan ponselnya pada Chantika

AKBAR : Katakan, apa itu baik-baik saja 

CHANTIKA : Iya, tidak ada yang lecet sama sekali 

AKBAR : Dasar bodoh. Coba kau nyalakan 


Chantika mencoba menyalakan ponselnya namun tidak mau nyala.

AKBAR : Hem? Bagaimana? Apa baik-baik saja? Sekarang aku tidak mau tau, kau harus mengembalikan ponselku seperti semula, kau bilang sendiri tadi kalau kau yang salah 

CHANTIKA : Ini tidak mungkin. Aku rasa jatuhnya tidak terlalu keras tapi kenapa ponselnya langsung mati? Bisa saja kan, ponsel ini mati dari tadi sebelum terjatuh 

AKBAR : Apa aku sudah tidak waras sepertimu? Yang benar saja. Untuk apa aku membawa ponsel mati 

CHANTIKA : Berarti ponselmu ini ponsel murahan. Jatuh sedikit saja langsung mati 

AKBAR : Hei kau, kalau mengira jangan sembarangan. Ponselku itu harganya puluhan juta 

CHANTIKA : Lalu? Kau mau aku membayar puluhan juta begitu? Apa kau mau memerasku? 

AKBAR : Aku tidak berkata seperti itu. Aku tidak memintamu untuk mengganti dengan yang baru karena aku tau kau tidak akan mampu membelinya bukan? 

CHANTIKA : Kau ini sombong sekali 

AKBAR : Terserah kau saja. Tapi, aku hanya ingin kau mengembalikan ponselku seperti semula. Bagaimanapun caranya 

CHANTIKA : Baiklah, aku akan membawanya ke tukang service 

AKBAR : Apa jaminannya? 

CHANTIKA : Apa kau tidak percaya padaku? Untuk apa kau meminta jaminan? Aku bekerja disini dan kau bisa menemuiku di tempat ini kapanpun

AKBAR : Bagaimana bisa aku percaya padamu begitu saja. Tampangmu saja seperti penipu. Bisa saja kan kau menjual ponselku yang mahal itu 

CHANTIKA : Ih! Kau, apa begitu caramu bersikap pada wanita? Menyebalkan. Aku tidak seperti itu, untuk apa aku menjual ponselmu. Gajiku disini cukup besar dan aku bersyukur aku bisa memenuhi kebutuhanku sendiri. 

AKBAR : Lalu apa aku harus memujimu dengan mengatakan wahh kau wanita hebat? Begitu? Apa aku harus tunduk pada setiap wanita yang aku temui? Semua wanita itu sama saja, mereka tidak akan pernah merasa cukup. Mereka hanya memikirkan uang dan harta. Dan kami para pria yang jadi korbannya, seakan-akan mereka itu ratu yang harus dilayani. Sekarang kau berkata seperti itu di depanku, aku tidak tau apa yang kau pikirkan dan apa yang akan kau lakukan setelahnya, bisa saja kau menjual kemudian membelikanku ponsel imitasi yang mirip dengan harga yang lebih murah, lalu kau pergi ke mall untuk berbelanja dengan sisa uang hasil penjualan ponselku 

CHANTIKA : Kau ini benar-benar pria yang kasar. Ini ambillah, itu jaminannya. Apa kau puas sekarang? 

Chantika memberikan ponsel miliknya.

CHANTIKA : Tapi ingat! Jangan merubah isinya. Apapun yang ada dalam ponselku kau tidak bisa menghapus atau memindahkannya tanpa izin dariku. Karena data-data yang ada di dalam ponselku itu sangat penting 

AKBAR : Hei, kau tidak perlu khawatir dengan data-datamu itu, ponselmu ini hanya sebagai jaminan saja. Lagipula aku tidak bisa menggunakan ponsel yang jelek seperti ini, jadi untuk apa kau khawatir? Aku kasih kau waktu tiga hari untuk mengembalikan ponselku seperti semula, kalau tidak kau bisa melihat apa yang akan aku lakukan dengan ponselmu ini 

CHANTIKA : Baiklah tuan yang kasar, sombong dan menyebalkan. Apa aku bisa pergi sekarang. Pasienku lebih penting saat ini dari pada bicara omong kosong denganmu 

AKBAR : Ya silahkan nona

Chantika pergi meninggalkan Akbar dengan kesal. Akbar masih memperhatikannya, dalam hati Akbar berkata "Rupanya Wanita menyebalkan itu, tidak sepintar yang ku bayangkan. Dia percaya dengan apa yang ku katakan begitu saja bahwa ponselku itu rusak? Padahal hanya lowbatt. Sulit di percaya. Lihat saja nanti apa yang akan terjadi selanjutnya "



***



Di rumah Kusumajaya, Nenek, Janeta dan Harun merasa khawatir dengan kondisi Sultan karena Akbar belum menghubunginya



JANETA : Astaga suamiku, kenapa Akbar belum juga menelfon kita? 

NENEK : Harun, kita harus susul mereka. Ini sudah malam tapi Akbar belum juga menghubungi kita. Aku merasa khawatir sekarang 

HARUN : Iya, Ibu benar. Aku akan mencari mereka dari rumah sakit terdekat 

JANETA : Baiklah, sekarang tunggu apa lagi. Ayo kita cari sekarang 

HARUN : Tidak Neta, kau temani Ibu saja 

NENEK : Harun, apa maksudmu? Aku mau ikut denganmu 

HARUN : Tidak Ibu, ini sudah malam dan Ibu harus banyak istirahat. Ingat pesan Sultan, kondisi Ibu belum pulih 

NENEK : Tapi Harun, yang di rumah sakit sekarang adalah Sultan yang menyelamatkanku, apa aku tidak boleh melihatnya? 

HARUN : Tapi kita juga belum tau ada di rumah sakit mana Sultan dan Akbar sekarang Bu. Aku janji akan segera menghubungi Ibu jika aku sudah menemukan rumah sakit tempat Sultan di rawat. Dan aku akan membawa Ibu menemuinya 

NENEK : Baiklah 

JANETA : Kau hati-hati dijalan 

HARUN : Jaga Ibu 



Harun beranjak pergi



***



Chantika memasuki ruang gawat darurat dan terkejut melihat kondisi pasien yang penuh darah

CHANTIKA : Dokter Trisna, apa yang terjadi? 

TRISNA : Dia mengalami kecelakaan dan membutuhkan banyak darah sekarang 

CHANTIKA : Apa golongan darahnya 

TRISNA : A negatif 

CHANTIKA : Baiklah. Aku akan segera kembali 

TRISNA : Tunggu Chantika, 



Chantika tidak memperdulikan perkataan Dr. Trisna, dia keluar ruangan dengan terburu-buru.



***



Harun tiba di rumah sakit Mitra Jaya dimana Sultan dirawat


HARUN : Semoga saja mereka ada disini 


***


Akbar kembali ke tempat Sultan di rawat dan melihat dokter masih menanganinya. Akbar mondar-mandir menunggu dokter keluar, dia lalu mengomel.


AKBAR : Sudah jam 9. Apa yang dilakukan dokter itu di dalam. Kenapa lama sekali? 



Akbar terlihat lelah dan duduk di kursi dengan selonjoran, dia lalu terlelap tidur. Tak berapa lama kemudian, Chantika kembali dengan terburu-buru dan tidak melihat jalan, tanpa sengaja dia tersandung kaki Akbar dan terjatuh. Akbar pun terkejut dan terbangun.

"Bruk!!"

CHANTIKA : Aduh! 

Akbar berdiri dan membantu Chantika berdiri


AKBAR : Apa kau tidak bisa melihat? 

Saat Chantika berdiri, Akbar terkejut.

AKBAR : Kau lagi? Aku rasa dunia ini benar-benar sempit. Bahkan rumah sakit yang kelihatan sebesar ini pun ternyata tidak bisa menjauhkan pandanganku darimu. Kau selalu saja muncul dihadapanku 

CHANTIKA : Tolong! Sekarang aku tidak ingin berdebat denganmu. Pasienku lebih penting sekarang ini. Bukannya minta maaf kau malah mengeluh 

AKBAR : Seperti sebelumnya, kau hanya menyalahkan orang lain 

CHANTIKA : Baiklah aku minta maaf dan terima kasih bantuannya 


Chantika pergi dengan kesal. Akbar meneriakinya.

AKBAR : Hei dokter. Sebaiknya aku antarkan kau untuk memeriksa matamu itu. Tenang saja aku yang akan bayar biayanya 



Chantika menghentikan langkah kakinya dan berbalik badan lalu kembali menghampiri Akbar

CHANTIKA : Aku tau kau orang kaya, kau punya segalanya. Dan aku juga tau kalau kau mau berbuat baik 

AKBAR : Baguslah jika kau sadar. Aku ini memang baik 

CHANTIKA : Tunggu sebentar, aku belum selesai bicara. Tapi, aku rasa Tuhan salah memberikan kekayaan itu pada orang sombong sepertimu. Niatmu baik, tapi sikapmu itu, Menyebalkan! 

Akbar menatap Chantika dengan penuh kemarahan

AKBAR : Apa kau . . . 

CHANTIKA : Cukup! Sebaiknya kau tidak perlu bicara lagi. Dan sekali lagi aku tegaskan padamu kalau mataku ini baik-baik saja. Aku tau tentang kondisiku lebih dari dirimu, karena aku adalah seorang dokter. Jadi kau tidak perlu memintaku untuk memeriksa mataku. Kau periksa saja mulutmu itu agar tidak bicara kasar pada seseorang, apalagi sama wanita. Dan satu lagi, berhentilah bersikap sombong dengan kekayaanmu 

Chantika pergi meninggalkan Akbar, Akbar berbicara sendiri

AKBAR : Dia yang banyak bicara, dia juga yang bicara kasar lalu berceramah. Dan aku harus mendengarkan ceramahnya itu lalu dia memintaku untuk diam, terus katanya aku yang bicara kasar. Apa ini? Apa dia pikir dia itu hebat? Bisa menceramahi orang sesuka hatinya? Dan, dan, Ah! Menyebalkan! 

Akbar lalu kembali duduk dengan kesal.



***


Chantika memasuki ruangan gawat darurat dan memberitahukan Dr. Trisna jika stok darah golongan A- sedang kosong.



CHANTIKA : Dokter golongan darah yang cocok dengan pasien saat ini sedang . . . 

TRISNA : Iya Chantika, aku tau. Kau tadi pergi dengan terburu-buru hingga aku tidak sempat mengatakannya padamu 

CHANTIKA : Astaga, maafkan aku dok. Aku terlalu khawatir dengan kondisi pasien 

TRISNA : Aku mengerti, tapi saat ini kondisinya sedang kritis dan kita harus menemukan pendonor secepatnya atau . . . 

CHANTIKA : Atau apa dok? 

TRISNA : Atau nanti akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.



[ BERSAMBUNG.... ]




- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  - - - - - - -

EPISODE SELANJUTNYA ....

“Harun dan Akbar mendonorkan darahnya untuk Sultan. Chantika terkejut melihat pasien yang ditangani adalah Sultan. Manik melihat Harun, namun Harun tidak melihat Manik. Manik pun bergegas pergi menghindari keluarga Harun.”

BACA EPISODE SELANJUTNYA



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Follow Social Media Penulis :

Instagram : @arahmanap_
Twitter : @arahmanap_
Facebook : A. Rahman AP


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

PERINGATAN!

Karya tulis ini dilindungi Undang-undang hak cipta dan dalam pengawasan team ART Multimedia Publishing. Barang siapa yang memperbanyak dan memposting ulang tanpa izin, maka akan dikenai pasal dan akan ditindak lanjuti menurut hukum yang berlaku.

For Bussiness :
artproductionsmdr@gmail.com


Rabu, 11 Maret 2020

Cerita Horror: DUA KUNTI EPISODE 04

Cerita Bersambung: Jika Aku Menikah Muda Episode 03



Judul : Jika Aku Menikah Muda (JAMM)
Episode : 03
Penulis : A. Rahman AP
Jenis : Cerita Bersambung
Bentuk : Dialog
Genre : Drama, Komedi, Percintaan
Khusus Pembaca : 13+


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

EPISODE SEBELUMNYA . . .

“Chantika memarahi geng motor, karena ulahnya membuat Nenek pingsan. Chantika membawa Nenek ke rumah sakit dan meminta Sultan untuk menemani Nenek, karena dia sedang ada pasien yang harus ditangani. Sementara Roby pulang ke rumah dengan perasaan tegang dan ketakutan, Akbar datang dan hendak memukulnya.”

BACA EPISODE SEBELUMNYA




- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -




Harun menceritakan semua kejadiannya dari awal, sementara Roby tetap berdiri dengan wajah tegang dan merasa ketakutan.



AKBAR : Jadi semua ini terjadi karena ulah . . . 

Akbar berdiri dan berteriak

AKBAR : Roobyyy!!!!!!! 


Semua terkejut, Roby pun menundukkan kepala dan gemetar ketakutan. Akbar berdiri dan berjalan menghampiri Roby dengan tatapan kemarahan. Akbar lalu menarik kerah baju Roby, membuat Roby semakin ketakutan.


JANETA : Nak, apa yang kau lakukan? Tenangkan dirimu nak! 

HARUN : Akbar, tenanglah 

AKBAR : Ayah dan Ibu diamlah. Kali ini jangan hentikan aku untuk mengasih anak ceroboh ini pelajaran! 

ROBY : Kak, to-to-tolong Ma-ma-ma-maafkan aku kak 

AKBAR : Cukup! Kau diam saja! Dan rasakan ini! 


Akbar mengangkat tangannya dan hendak memukul Roby, Janeta menangis dan berteriak.


JANETA : Jangan Nak! Ibu mohon jangan lakukan ini. Ingat Nak, dia adikmu. Jangan lakukan ini padanya 

AKBAR : Anak ini harus di kasih pelajaran Bu, kalau tidak dia akan mengulanginya lagi 


Akbar hendak memukulnya, tiba-tiba Nenek datang bersama Dr. Sultan berteriak dan menghentikan Akbar

JANETA : Akbar!!!! 

HARUN : Akbar 

NENEK : Hentikan! 


Semua terkejut dan melihat ke arah pintu.

AKBAR & ROBY : Nenek? 

JANETA : Ibu...?? 

HARUN : Ibu? 


Dr. Sultan mendorong kursi roda Nenek menghampiri Akbar, Roby, Harun dan Janeta.

NENEK : Tolong Nak, Akbar cucuku lepaskan Roby. Dia tidak bersalah sama sekali Nak. Nenek baik-baik saja 

AKBAR : Baiklah jika itu yang Nenek yang minta. Tapi ingat Roby, jangan pernah ulangi kesalahanmu ini. Atau nanti aku tidak akan mengampunimu 

ROBY : Baik Kak, aku mengerti 


Akbar pun melepaskan tangannya dari kerah baju Roby dan menghampiri Nenek. Lalu menanyakan keadaan Nenek, dan Nenek mengenalkan Dr. Sultan pada keluarganya.

AKBAR : Nenek, apa Nenek baik-baik saja 

NENEK : Iya, Nenek baik-baik saja Nak... 

AKBAR : Ini??? 

NENEK : Ini Dr. Sultan. Dr. Sultan, ini Akbar 

AKBAR : Dokter . . . 

SULTAN : Panggil saja Sultan 

AKBAR : Baiklah. Oh Iya. Sultan, aku tidak tau mau bicara apa lagi, aku hanya ingin mengucapkan banyak-bayak terima kasih. Kau sudah menyelamatkan Nenek 

SULTAN : Iya, sama-sama. Tapi bukan aku yang menyelamatkan Nenekmu, aku hanya membantu dan mengantarnya saja. Chantika lah yang menolong Nenekmu dari geng motor 

AKBAR : Tapi... Sekarang dimana wanita baik hati itu? 

SULTAN : Dia sedang menangani pasien yang sedang di operasi di rumah sakit. Jadi dia tidak bisa ikut mengantar Nenek 

NENEK : Nak, walau bagaimanapun kau harus temui Chantika 

AKBAR : Iya Nek tentu saja, tapi sebelumnya aku mau minta tolong padamu Sultan, sampaikan ucapan terima kasihku pada wanita itu. Dan bilang padanya kalau aku dan keluargaku akan segera menemuinya 

SULTAN : Tentu, akan aku sampaikan 

AKBAR : Terima kasih banyak. Oh iya, ini adikku Roby 

SULTAN : Halo, Sultan 

ROBY : Roby 

AKBAR : Itu Ayah dan Ibuku 

SULTAN : Halo Paman, Bibi. Aku Sultan 


Saat Sultan bersalaman dengan Harun, Sultan merasakan sesuatu yang aneh. Dia terus menatap dan memperhatikan Harun. Harun pun menegurnya dan Sultan segera melepaskan tangannya.

HARUN : Nak, apa kau baik-baik saja? 

SULTAN : Hah, i-i-iya Paman. Sepertinya aku pernah melihat paman sebelumnya, tapi aku tidak tau dimana 

AKBAR : Mungkin kau pernah melihatnya di rumah sakit, Ayah sering membeli obat Nenek di rumah sakit soalnya 

SULTAN : Hemmm... Iya mungkin 

JANETA : Nak, ayo duduklah. Biar aku siapin minuman untukmu. Akbar suruh dia duduk dong, kau ini bagaimana! 

AKBAR : Oh ho iya, ayo-ayo kau duduk dulu. Kita ngobrol-ngobrol sebentar 

Janeta menyiapkan minuman

SULTAN : Aku sangat ingin sekali mengobrol dengan kalian, tapi mungkin lain kali aja 

HARUN : Kenapa Nak? 

AKBAR : Apa ada masalah? 

SULTAN : Sebenarnya saat di perjalanan tadi, Dr. Trisna mengirim SMS dan memintaku untuk segera kembali ke rumah sakit karena ada pasien yang harus aku tangani 

AKBAR : Owhh... Begitu. Ya sudah tidak apa-apa. Aku mengerti, kau ini seorang dokter, pasienmu sangat membutuhkanmu saat ini. Tapi lain kali kau bisa datang kesini lagi kan? 

SULTAN : Iya tentu saja. Akbar, Paman aku pamit pergi dulu 

AKBAR : Baiklah... 

Sultan menghampiri Nenek

SULTAN : Nek, Nenek harus banyak-banyak istirahat sekarang. Kondisi Nenek masih sangat lemah dan belum pulih total 

NENEK : Iya Nak. Nenek akan turuti semua perintahmu 

SULTAN : Baiklah Nek, Roby kau harus jaga Nenekmu baik-baik. Jangan ceroboh lagi 

ROBY : Iya Kak, terima kasih 

Saat Sultan hendak beranjak pergi, Janeta memanggilnya, dan memberinya teh.

JANETA : Eeehhh! Tunggu sebentar Nak, ini kau minumlah dulu 

SULTAN : Iya terima kasih Bi 


Sultan meminum tehnya dan memuji teh buatan Janeta.

SULTAN : Wah Bibi, teh buatanmu sangat enak. Gulanya pas, lain kali aku akan meminum teh buatan Bibi lagi. Boleh kan Bi? 

JANETA : Terima kasih Nak. Tentu saja, Bibi pasti akan buatkan lagi untukmu. Bibi akan buatkan teh yang banyak kalau kau datang kesini lagi, dan kau harus menghabisi semua nanti 


Semua orang tertawa

SULTAN : Baiklah Bi, aku pamit dulu. Semuanya, Assalamu'alaikum 

SEMUA : Wa'alaikumsalam 

HARUN : Hati-hati Nak, 

SULTAN : Iya, terima kasih Ayah 


Semuanya terkejut dan menatap Sultan saat Sultan tanpa sengaja menyebut Harun dengan sebutan Ayah. Sultan pun berhenti. Lalu berbalik badan


SULTAN : Maaf Paman, aku . . . 

HARUN : Tidak apa-apa Nak 

SULTAN : Terima kasih, aku pergi dulu 



Sultan pergi dengan mobilnya. Saat Sultan meninggalkan rumah keluarga Kusumajaya, Akbar pun merasa heran.

AKBAR : Ada apa dengan dia? 

NENEK : Nak, sebenarnya . . . 


Nenek menceritakan semua yang telah Sultan ceritakan di rumah sakit, kepada keluarganya. Harun pun jadi teringat dengan anaknya. Dalam hati Harun berkata Ya Tuhan, mendengar cerita tentang Sultan, aku jadi teringat anak pertamaku 

ROBY : Owhh... Jadi begitu, kasihan sekali dia Nek 

JANETA : Entah mengapa aku merasa dia seperti . . . 

AKBAR : Sudah, sudah. Lebih baik sekarang Nenek istirahat, bukankah Sultan tadi mengatakan kalau Nenek harus banyak-banyak istirahat 

NENEK : Baiklah cucuku, Nenek akan istirahat sekarang 

AKBAR : Roby, kau antar Nenek ke kamarnya 

JANETA : Roby, biar Ibu saja Nak 

ROBY : Baiklah, Roby ke kamar dulu 


Janeta membawa Nenek ke kamarnya, dan Roby juga pergi ke kamarnya.

HARUN : Tapi Akbar, kau masih mau pergi ke kantor lagi? 

AKBAR : Iya Ayah, aku sempat menunda pekerjaanku, dan sekarang aku harus selesaikan semuanya. Aku akan segera kembali. Tenang saja 

HARUN : Baiklah, kau hati-hati di jalan 

AKBAR : Iya Ayah... 


***

Diperjalanan, Sultan terus mengingat kata-katanya saat memanggil Harun dengan sebutan Ayah dan dia coba mengingat wajahnya.

SULTAN : Ya Tuhan, kenapa tiba-tiba aku memanggil dia Ayah? Aku benar-benar malu pada mereka? Dan siapa sebenarnya dia? Kenapa aku seperti mengenalnya? Wajahnya seperti sudah tidak asing lagi bagiku 


Sultan terus mengingat wajahnya, saat dia mulai mengingat sedikit demi sedikit bayangan seorang pria yang tak lain adalah ayahnya. Tiba-tiba saja dia merasa pusing dan tidak bisa mengendalikan kemudi. Sultan berteriak . . .


SULTAN : Aaaa!!!!! 

dan . . . .

"Bruk!!!" mobilnya menabrak sebuah pohon besar di dekat taman baru. Bersamaan dengan itu foto Sultan di ruangan Manik terjatuh hingga pecah, Manik pun merasa khawatir.

MANIK : Ya Tuhan, ada apa ini? Kenapa perasaanku jadi tidak enak. Semoga Sultan dan Akbar baik-baik saja 


***


Di rumah sakit Chantika juga merasa khawatir karena Dr. Sultan belum juga tiba

CHANTIKA : Dok, keadaan pasien sudah semakin memburuk. Kita harus melakukan sesuatu 

Dalam hati Chantika berkata, Ya Tuhan, perasaanku tidak enak. Kenapa aku merasa khawatir dengan Dr. Sultan? Semoga semuanya baik-baik saja 

TRISNA : Kau benar Dr. Chantika, kita tidak bisa menunggu Dr. Sultan lagi 

CHANTIKA : Maksud Dokter? Kita akan melakukan operasi pada pasien sekarang? Hanya kita berdua? Tanpa Dr. Sultan? 

TRISNA : Apa lagi yang bisa kita lakukan sekarang? Yakinlah Dr. Chantika, kita akan berhasil melakukannya. Kita sudah tidak punya waktu lagi 

CHANTIKA : Baiklah, aku akan memanggil suster 


***


Di kamar Roby menghubungi Pak Ryan, dosen sekaligus guru pembimbing Roby.

ROBY : Pak, aku akan menemui Bapak. Kapan Bapak ada waktu? 

RYAN : Iya Roby, aku juga ingin menemuimu. Kau sudah melakukan penelitian dengan baik, aku sama sekali tidak percaya kau mendapatkan nilai seperti ini. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Besok pagi kau bisa menemuiku 

ROBY : Baiklah Pak, nanti akan aku SMS tempatnya 

RYAN : Okey, tidak masalah 


***

Dalam perjalanan ke kantor, Akbar melihat sekerumunan orang. Akbar pun turun dari mobilnya dan menanyakan pada seorang pria.

AKBAR : Maaf Pak, ada apa ya? Kok ramai sekali 

PRIA 1 : Disana sedang terjadi kecelakaan 

AKBAR : Siapa Pak? 

PRIA 1 : Aku juga tidak tau 


Seorang pria lain datang dan mengatakan kalau yang mengalami kecelakaan adalah seorang dokter.

PRIA 2 : Sepertinya dia seorang Dokter 

AKBAR : Apa? Dokter? 

PRIA 2 : Benar Pak, seorang dokter. Dia memakai pakaian dokter 


Akbar teringat Sultan dan segera berlari menghampiri sekerumunan orang itu.

AKBAR : Sultan? Sultaaannn!!!! 

Akbar melihat, jika mobil tersebut adalah milik Sultan yang baru saja mengantar Nenek. Akbar pun merasa panik dan marah karena tidak ada seorangpun yang membantunya mengeluarkan Sultan dari mobil.


AKBAR : Sultan?? Hei! Kenapa kalian hanya melihatnya saja? Kenapa tidak ada yang mau membantu mengeluarkan dia? 

PRIA 3 : Pak, mobilnya bisa meledak kapan saja. Jika kami membantunya maka kami yang akan celaka 

AKBAR : Jadi kalian akan membiarkannya sampai mobilnya meledak? Sulit dipercaya. Kalian ini benar-benar tidak punya rasa kemanusiaan sama sekali 

PRIA 4 : Apa kami harus mengorbankan nyawa kami untuk menyelamatkan satu orang? 

AKBAR : Omong kosong! Bahkan para pahlawan pejuang bangsa saja rela mengorbankan nyawanya untuk membela negara demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik untuk generasi penerusnya. Lalu apa yang kalian lakukan? Kalian tidak mau membantu saudara kalian yang sedang membutuhkan kalian. Harusnya kita saling tolong menolong bukan? 

PRIA 3 : Bapak tidak perlu mengajari kami dan bertindak sok pintar. Kalau Bapak mau, pergilah sana, selamatkan dia sebelum mobilnya meledak 

AKBAR : Kalian benar-benar egois. Kalian tidak pernah berpikir jika kalian ada diposisinya sekarang 

WANITA 1 : Tuan, jangan pedulikan mereka. Cepat selamatkan dia. Tidak ada gunanya bicara sama mereka 

AKBAR : Kau benar 


Akbar berlari dan mengeluarkan Sultan dari dalam mobil, mobilnya pun mengeluarkan asap.

AKBAR : Sultan? Apa yang terjadi dengan dirimu. Ayo-ayo sini tanganmu 


Sultan hanya terdiam merasa kesakitan dan tidak bisa berkata apa-apa karena terluka sangat parah, dia menjulurkan tangannya pada Akbar dengan lemas. Akbar lalu menurunkannya dan membantunya menghindari mobilnya. Saat Akbar dan Sultan berada jauh dari mobilnya itu. Tiba-tiba . . .



"Duuooorr!!!"  mobilnya pun meledak disertai api yang berkobar-kobar. Dua pria tadi yang baru saja mengobrol dengan Akbar pun menghampiri Akbar dan memujinya.


PRIA 3 : Pak, sungguh, kau sangat berani sekali 

PRIA 4 : Benar. Maafkan kami Pak, kami baru sadar saat Bapak mengatakan kalau misalkan kami berada di posisinya sekarang ini, pasti orang seperti Bapak lah yang kami tunggu 

AKBAR : Sudah lupakan saja 


Akbar mencoba membangunkan Sultan yang kondisinya sangat lemah serta penuh darah di wajah dan sekujur tubuhnya.

AKBAR : Sultan! Sultan! Bangun Sultan! Aku yakin kau pasti bisa bertahan, kau ini orang baik dan kau juga orang yang kuat, jadi bangunlah! 


Akbar melihat orang-orang dan kembali marah, karena lagi-lagi orang-orang itu hanya memandangnya. Saat itu juga para wartawan datang dan meliput langsung berita kecelakaan tersebut.


AKBAR : Hei! Kalian ini bagaimana? Tadi kalian takut kena ledakan dan tidak ada yang mau membantunya. Sekarang aku sudah mengeluarkannya dari mobil itu, lalu apa lagi yang kalian tunggu? Kenapa kalian hanya menontonnya saja, ini bukan acara TV yang bisa kalian tonton setiap hari di rumah kalian. Cepat panggil ambulan! Apa kalian juga takut kehabisan pulsa? Benar-benar egois kalian ini

PRIA 3 : Ba-ba-baik Pak, baik, aku akan menghubungi ambulan sekarang 

AKBAR : Sudah! Sudah terlambat! Kalian hanya menunggu perintah dariku saja. Apa kalian tidak punya otak sendiri buat mikir. Kalau kalian tidak punya otak, di pinggir jalan sana ada abang-abang yang jual otak-otak, kalian bisa membelinya disana dan pasang di kepala kalian 


Semua orang beserta wartawan yang sedang meliput dan merekam kejadian itu pun jadi tertawa termasuk Sultan yang terbaring lemah pun tersenyum, Akbar lalu menegurnya dan meminta bantuan agar membawa Sultan masuk ke dalam mobilnya


AKBAR : Kenapa kalian jadi tertawa? Apa ini sebuah lelucon? Ada apa dengan kalian sebenarnya? Kalian ini benar-benar aneh 

WANITA 2 : Kau ini pemuda pemarah, tapi kau sangat lucu Pak 

PRIA 2 : Iya, dia benar Pak 

AKBAR : Sudah-sudah aku tidak butuh pujian saat ini, aku hanya butuh bantuan sekarang, apa kalian tidak mau membantuku? Ayo-ayo bantu aku mengangkatnya ke dalam mobil sekarang! 



Tiga orang pria pun membantu mengangkat Sultan ke dalam mobil Akbar. Akbar pun mengucapkan terima kasih, lalu masuk ke dalam mobil dan membawa Sultan ke rumah sakit.

AKBAR : Ya sudah. Terima kasih 


Akbar berangkat ke rumah sakit dengan perasaan tegang dan cemas. Sementara Sultan berusaha ingin mengucapkan terima kasih dengan terbata-bata sebelum akhirnya pingsan.

SULTAN : A-a-a-akbar te-te-te-terima ka-kasih 

AKBAR : Iya Tan, kau harus bisa bertahan. Setidaknya demi aku. Sultan? Sultan? 


Akbar melihat ke belakang, bingung serta cemas melihat kondisi Sultan. Dan dia mempercepat laju mobilnya agar segera sampai di rumah sakit.


AKBAR : Sultan? Apa kau pingsan? Astaga, apa yang harus aku lakukan sekarang? Ya Tuhan, selamatkanlah dia. Aku harus sampai di rumah sakit secepatnya, atau nanti bisa-bisa nyawa Sultan tidak tertolong. Ya Tuhan... Bantulah aku 


***


Harun sedang menonton TV dan betapa terkejutnya saat ada siaran langsung tentang kecelakaan di dekat taman baru dan dia melihat Akbar dalam berita tersebut.

MELANIE : Selamat sore pemirsa, berita kali ini datang dari taman baru di dekat kompleks apartemen Perwira Mewah di mana telah terjadi kecelakaan tepat pukul 14.00 WIB (dua sore) tadi. Berikut liputannya 


TV pun menayangkan saat Akbar marah pada orang-orang. Harun pun berteriak memanggil Istrinya.


HARUN : Neta! Istriku, cepatlah kemari 



Janeta pun keluar dari dapur dan menghampiri Harun yang tengah menonton TV di ruang tamu.

JANETA : Ada apa mas. Kenapa kau berteriak? 

HARUN : Neta, lihatlah berita itu 



Neta terkejut melihat baju Akbar yang berlumuran darah dalam acara berita di TV tersebut, dan betapa terkejutnya lagi saat dia mengetahui kalau Akbar menyelamatkan Sultan.


JANETA : Suamiku... Dia-dia-dia Akbar... Akbar anakku 

HARUN : Tenanglah Neta, 

JANETA : Akbar... Apa yang terjadi suamiku. Kenapa anakku berdarah-darah 

HARUN : Tenangkan dirimu Neta, lihat dulu beritanya 



Berita di TV itu lalu menayangkan wawancara dengan pengunjung mengenai kejadiannya, dan pengunjung itu berkata bahwa seorang dokter telah diselamatkan dari ledakan mobil oleh seorang pengusaha muda.



HARUN : Sultan? Neta, sepertinya itu Sultan 

JANETA : Apa suamiku? Maksudmu Sultan yang baru saja mengantar Ibu? 

HARUN : Iya benar Neta, Sultan yang baru saja mengantar Ibu pulang kemari 

JANETA : Ya Tuhan, 


***


Di Perjalanan ponsel Akbar berbunyi, Akbar pun merasa kesal dan marah


AKBAR : Aduuuuhhh!!! Sekarang apa lagi, handphone ini menggangguku saja. Nanti aku buang baru tau rasa 



Dengan kesal Akbar mengangkatnya dan dia tidak mengetahui kalau yang menghubunginya adalah Arya yang ingin menanyakan tentang rapatnya. Akbar pun minta maaf sebelum ponselnya mati karena baterainya habis (low batt)



AKBAR : Halooo!!! Bisa tidak jangan menelfon dalam keadaanku yang seperti ini. Aku sedang ada masalah. Kau bisa hubungi aku lagi nanti 

ARYA : Akbar-akbar tunggu. Jangan tutup dulu telfonnya, ini aku Arya. Aku ingin menanyakan tentang rapat hari ini 

AKBAR : Maafkan aku. Aku tidak tau kalau ternyata kau yang menelfonku. Aku sedang mengalami masalah, tolong kau urus dulu semuanya. Nanti aku akan menghubungimu lagi 

ARYA : Apa kau baik-baik saja Akbar? 

AKBAR : Ya, aku sedang . . . 

Ponsel Akbar mati

ARYA : Halo Akbar. Akbar. Ponselnya mati. Aku harap semuanya baik-baik saja 


AKBAR : Ini ponsel benar-benar tidak berguna sama sekali! Bagaimana bisa baterainya habis begitu cepat. Menyebalkan! 

Akbar membanting ponselnya dan melihat Sultan, kemudian mempercepat kembali laju mobilnya.

AKBAR : Ya Tuhan, aku harap kau masih kuat Sultan. Nyawamu masih ada. Lindungilah Sultan Ya Allah. Aku harus segera sampai di rumah sakit secepatnya, tapi kenapa bisa lama sekali sampainya! Rumah sakit ini seperti berjalan menjauh saja saat di butuhkan


***


Di rumah, Janeta, Harun juga Nenek merasa panik serta khawatir dengan kondisi Sultan dan Akbar.

NENEK : Harun, kenapa kau diam saja? Ayo lakukan sesuatu 

HARUN : Apa yang harus kulakukan Bu? 

JANETA : Ibu benar suamiku, lakukanlah sesuatu 

HARUN : Tapi apa? Apa kita akan menyusulnya ke rumah sakit? Kita kan tidak tau ke rumah sakit mana Akbar membawa Sultan 

NENEK : Setidaknya kau bisa telfon Akbar Harun, ini jaman modern. Semua orang sudah menggunakan telfon, lalu apa yang kau tunggu? Ayo cepat hubungi Akbar 

HARUN : Benar juga kata Ibu. Kenapa aku tidak kepikiran sejak tadi 

JANETA : Ya sudah suamiku. Cepat hubungi Akbar. Tanyakan bagaimana kabar dan keadaan Sultan. Mereka ada di rumah sakit mana sekarang

HARUN : Baiklah, tunggu sebentar 



Harun menghubungi Akbar, namun tidak tersambung

HARUN : Ponselnya tidak aktif 

NENEK : Cobalah sekali lagi Harun 


Harun beberapa kali mencoba namun tetap tidak tersambung

HARUN : Tidak tersambung juga. Mungkin ponsel Akbar mati 

JANETA : Ya Tuhan, semoga mereka baik-baik saja. Suamiku, sekarang apa yang akan kita lakukan? 

HARUN : Tidak ada cara lain, kita tunggu kabar dari Akbar. Atau kita bisa mencarinya di rumah sakit terdekat 

NENEK : Ya sudah, ayo Harun. Kita cari mereka 

HARUN : Kita tunggu kabar dari Akbar dulu Bu, sebentar saja. Pasti Akbar menghubungi kita nanti 

NENEK : Baiklah 


***


Akbar tiba di rumah sakit. Akbar segera memanggil suster dan suster pun datang.


AKBAR : Suster! Suster! 

SUSTER : Iya Pak

AKBAR : Cepat kemari, di mobil ada temanku yang mengalami kecelakaan dan dia mengeluarkan banyak darah Sus, 

SUSTER : Baik Pak



Suster membawa Sultan ke ruangan gawat darurat dan segera memanggil Dokter. Namun semua petugas rumah sakit tidak mengenalinya bahwa dia adalah Dr. Sultan.


SUSTER : Bapak tunggu disini sebentar. Biar aku panggilkan Dokter dulu

AKBAR : Iya cepetan Sus! 


Suster berlari memanggil Dokter, sementara Akbar mengomel sendiri

AKBAR : Astaga! Rumah sakit macam apa ini? Kenapa Dokternya harus dipanggil dulu baru akan datang. Apa Dokter itu tidak tau kalau seseorang lagi memperjuangkan nyawanya dan membutuhkan perawatan sesegera mungkin 


***


Dr. Trisna dan Dr. Chantika baru saja melakukan operasi dengan lancar. Mereka saling memuji



TRISNA : Chantika, perkataanku benar kan? Operasinya akan berjalan baik, kau adalah Dokter hebat 

CHANTIKA : Ah Dokter bisa aja. Ini semua juga berkat Dokter. Kita berdua sama-sama berusaha sehingga pasien kita sudah membaik sekarang. Tapi kenapa Dokter Sultan juga belum kembali ya Dok? Aku khawatir terjadi sesuatu dengannya 

TRISNA : Chantika . . . 


Tiba-tiba Suster datang memotong pembicaraan Dr. Trisna dan mengatakan kalau ada pasien baru di ruang gawat darurat


SUSTER : Dokter, ada pasien baru di ruang gawat darurat. Dia mengalami kecelakaan dan kehilangan banyak darah 

TRISNA : Ayo Dr. Chantika. Kita harus tangani 

CHANTIKA : Iya, Dokter duluan saja aku mau ke toilet sebentar. Aku akan menyusul secepatnya 

TRISNA : Baiklah, ayo Sus 


***


Akbar masih menunggu Suster dan Dokter yang akan menangani Sultan

AKBAR : Pergi kemana Suster itu. Manggil Dokter aja sangat lama. Apa Suster itu manggil Dokter ke Surabaya. Menyebalkan sekali. Berapa lama lagi aku harus menunggu, apa dia tidak tau kalau sesuatu bisa saja terjadi sama pasien akibat kecerobohannya dan pasien itu juga seorang dokter. Sulit di percaya 


Suster pun datang bersama Dr. Trisna dan menghampiri Akbar


AKBAR : Dokter, tolong selamatkan dia apapun yang terjadi 

TRISNA : Pak, aku hanya bisa berusaha, semuanya tergantung sama yang di atas. Kau juga harus membantunya dengan do'a Pak. Agar semuanya baik-baik saja 

AKBAR : Baiklah Dok, tapi tolong lakukan yang terbaik untuknya 

TRISNA : Pasti, kami pasti akan melakukan yang terbaik 

AKBAR : Terima kasih 


Dr. Trisna masuk ke ruang gawat darurat sementara Akbar pergi untuk mencharge ponselnya. Saat di perjalanan, Dr. Chantika yang terburu-buru tanpa sengaja menabrak Akbar.


"Bruk!!" mereka bertabrakan dan ponsel Akbar jatuh terlepas dari genggamannya, Chantika meminta maaf sambil mengambil ponsel itu.



CHANTIKA : Maaf, maaf 

AKBAR : Astaga. Apa yang kau lakukan? Ponselku jadi terjatuh. Apa kau berjalan dengan penutup mata sehingga kau tidak bisa melihat dan menabrak orang sembarangan 



Chantika berdiri dan memberikan ponsel milik Akbar.


CHANTIKA : Ini ponselmu, maafkan a . . . 


"Kau...???" Akbar dan Chantika mengatakan bersamaan dan mereka berdua sama-sama terkejut melihat satu sama lain.




[ BERSAMBUNG.... ]




- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  - - - - - - -

EPISODE SELANJUTNYA ....

“Akbar dan Chantika saling berdebat masalah ponsel yang terjatuh. Kondisi Sultan semakin kritis karena kehilangan banyak darah dan stok darah yang cocok dengannya di rumah sakit sedang kosong.”

BACA EPISODE SELANJUTNYA




- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Follow Social Media Penulis :

Instagram : @arahmanap_
Twitter : @arahmanap_
Facebook : A. Rahman AP


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

PERINGATAN!

Karya tulis ini dilindungi Undang-undang hak cipta dan dalam pengawasan team ART Multimedia Publishing. Barang siapa yang memperbanyak dan memposting ulang tanpa izin, maka akan dikenai pasal dan akan ditindak lanjuti menurut hukum yang berlaku.

For Bussiness :
artproductionsmdr@gmail.com


Selasa, 10 Maret 2020

Cerita Bersambung: Jika Aku Menikah Muda Episode 02



Judul : Jika Aku Menikah Muda (JAMM)
Episode : 02
Penulis : A. Rahman AP
Jenis : Cerita Bersambung
Bentuk : Dialog
Genre : Drama, Komedi, Percintaan
Khusus Pembaca : 13+


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

EPISODE SEBELUMNYA . . .

“Chantika tak sengaja menabrak Akbar dengan sepedanya dan membuat Akbar kesal, Chantika pun merasa dirinya tak bersalah karena sudah berteriak namun Akbar yang berdiri di tengah jalan sibuk dengan ponselnya tidak mendengar teriakan Chantika, mereka berdua berdebat dan sama-sama ingin menang sendiri.”

BACA EPISODE SEBELUMNYA



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Chantika terus membangunkan Nenek, hingga akhirnya Nenek sadar. Semua orangpun datang mendekat setelah geng motor itu pergi.



CHANTIKA : Nek, Nenek. Apa Nenek baik-baik saja? 

NENEK : Iya, Nenek baik-baik saja nak. Hanya saja . . . 



Nenek kembali merasa sesak di dadanya sebelum akhirnya pingsan kembali


CHANTIKA : Nek? Nenek? Bangun Nek... 



Chantika terus membangunkan Nenek, namun kali ini Nenek tidak sadar. Tanpa berpikir panjang lagi, Chantika segera memanggil taxi dan membawa Nenek ke rumah sakit.



CHANTIKA : Pak, tolong bantu aku mengangkat Nenek masuk ke dalam mobil 

PEMUDA : Baiklah, hei kenapa kalian bengong saja. Ayo bantu 


Semua orang membantu mengangkatnya.


***


Sementara itu, Roby masih tetap menelfon.

ROBY : Baiklah. Aku akan menemui Bapak secepatnya. Terima kasih 


Usai menelfon, Roby menghampiri tempat dimana Nenek menunggu. Namun betapa terkejutnya Roby melihat Neneknya tidak ada di tempat itu.


***


Di perjalanan, Chantika merasa cemas. Chantika terus membangunkan Nenek dan meminta sopir agar mempercepat laju kendaraannya



CHANTIKA : Nek, bangun Nek! Nenek, Nek. Nenek, harus bertahan. Pak, bisa tolong percepat lagi? 

SOPIR : Tapi . . . 

CHANTIKA : Apa kau akan membiarkan Nenek ini celaka 

SOPIR : Iya. Baiklah 

CHANTIKA : Nek, kita akan segera sampai di rumah sakit 


***


Roby mencari Neneknya, namun tidak menjumpainya. Roby terus mencarinya dengan perasaan cemas, namun tetap tidak melihat neneknya dimanapun. 

ROBY : Astaga, dimana Nenek? 

Roby merasa bingung dan khawatir

ROBY : Ya ampun, semua ini salahku. Sekarang aku benar-benar berada dalam dua masalah besar. Apa yang harus ku katakan pada Ibu di rumah jika aku tidak bisa menemukan Nenek. Dan Kakak, pasti dia akan menghukumku. 

Roby lalu bertanya pada seorang pengunjung taman, Roby pun terkejut mendengar penjelasan pengunjung itu.

ROBY : Halo, maaf. Apa kau melihat Nenekku? Dia tadi disana 

PENGUNJUNG : Apa dia memakai kursi roda? 

ROBY : Benar, apa kau melihatnya? 

PENGUNJUNG : Ya, aku melihatnya 

ROBY : Dimana? Dimana kau melihatnya? 

PENGUNJUNG : Disana, tadi dia hampir di tabrak oleh geng motor, untung saja ada seorang wanita pemberani yang menyelamatkannya dan wanita itu membawanya ke rumah sakit. Entah apa yang akan terjadi sama Nenekmu jika wanita itu tidak datang 

ROBY : Apa semuanya baik-baik saja? 

PENGUNJUNG : Aku rasa tidak, karena Nenekmu itu tadi pingsan 

ROBY : Apa? Di-dirumah sakit mana wanita itu membawa Nenekku? 

PENGUNJUNG : Aku juga tidak tau, mungkin rumah sakit dekat sini 

ROBY : Baiklah, terima kasih 

PENGUNJUNG : Iya, sama-sama 


***


Roby segera berlari dan mencari taxi, dia lalu melihat sepeda

ROBY : Sepeda? Mungkin ini sepeda milik wanita baik itu. Baiklah, aku akan memakai sepeda ini saja 


***


Chantika tiba di rumah sakit. Chantika memanggil-manggil suster namun tidak ada yang datanf. Sultan yang melihat Chantika lalu membantunya memanggil suster.



CHANTIKA : Suster, suster! Kemana semua suster disini? Suster! 

SULTAN : Dr. Chantika, ada apa? Kenapa kau terlihat tegang? 

CHANTIKA : Dr. Sultan, di dalam mobil ada seorang Nenek, ini keadaan darurat 

SULTAN : Suster, suster! 


Masih tidak ada suster yang datang, Sultan marah dan teriak membuat semuanya terkejut, dua suster pun datang dengan ketakutan.


SULTAN : Suster! 

SUSTER : I-i-iya Dok, 

SULTAN : Kenapa kalian lama sekali? Cepat, di luar ada seorang Nenek, tolong bantu 


Suster lalu membawa Nenek ke ruang gawat darurat, Dr. Sultan dan Dr. Chantika yang menanganinya


SULTAN : Tenanglah Chantika, semuanya akan baik-baik saja. Ada sedikit gangguan pada sistem pernafasannya dan Nenek juga mengalami tekanan darah tinggi. Tapi, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Nenek ini sampai pingsan? 

CHANTIKA : Mungkin Nenek hanya sedikit terkejut saja dengan kejadian tadi. Apa kau tau Dok? Hampir saja Nenek di tabrak oleh sekelompok geng motor. Dan ketua geng motor itu sudah berbicara tidak sopan pada Nenek, jadi aku langsung saja menampar ketua geng motor itu 



Sultan dan Chantika mengobrol, Sultan mengejek Chantika, mereka berdua tertawa akrab, Nenek yang sudah siuman mendengar semua obrolan Sultan dan Chantika.



SULTAN : Wah, Chantika. Kau ini berani sekali, kau sudah menampar ketua geng motor itu. Apa kau tidak takut, mencari masalah sama mereka? 

CHANTIKA : Tidak Dok, kenapa aku harus takut? Aku hanya melakukan apa yang aku anggap benar. Sudah tugas kita bukan menyadarkan orang seperti mereka, mereka sudah bicara kasar pada Nenek, itu salah, dan aku tidak suka itu 

SULTAN : Itulah, itulah yang aku suka darimu Chantika, kau selalu membela kebenaran dan mementingkan orang lain, kau itu sangat baik. Tapi aku tidak mengerti, mau sampai kapan kau mementingkan orang lain terus Chantika? Kenapa kau tidak mencari pasangan? Apa kau mau hidup sendiri terus? 

CHANTIKA : Dr. Sultan yang tampan, kau ini bicara apa hah? Aku ini masih muda. Dan setelah apa yang aku alami hari ini, aku jadi tidak ingin menikah muda 

SULTAN : Memangnya kenapa? Apa kau takut akan . . . 

CHANTIKA : Ya ampun Dr. Sultan, untuk apa aku takut? Kalau misalkan aku menikah, aku tidak akan membiarkan suamiku macam-macam. Apalagi jika aku memiliki suami yang angkuh, sombong dan keras kepala. Aku suka itu, setiap hari aku akan menceramahinya seperti . . . 

SULTAN : Seperti? Seperti apa maksudmu? Kau ini benar-benar wanita yang aneh Chantika. Saat semua wanita ingin mendapatkan perhatian dari pria, kau malah sebaliknya 

CHANTIKA : Apa kau tau Dok? Sebelum aku datang kesini, aku sempat bertemu dengan pria yang menyebalkan dia . . . 



Saat itu juga Chantika melihat Nenek yang sudah siuman dan tersenyum. 


CHANTIKA : Nenek? Nenek, kau sudah siuman? Apa Nenek baik-baik saja? 

NENEK : Tentu saja nak, kau sudah menyelamatkan Nenek, jadi Nenek sudah merasa lebih baik sekarang. Oh iya, maaf Nenek mendengar percakapan kalian tadi. Kau ini benar-benar wanita pemberani cucuku 

CHANTIKA : Nenek bisa aja 

SULTAN : Nenek benar, apa Nenek tau? Selain pemberani dia juga wanita yang aneh 


Sultan mengejek Chantika, Nenekpun menahan tawa


NENEK : Ehm-hm-hmm 

CHANTIKA : Dr. Sultan, itu bukan aneh. Apa aku aneh Nek? 

NENEK : Tidak sayang, kau tidak aneh cucuku... 

SULTAN : Nenek curang nih, tadi Nenek tertawa tapi sekarang Nenek malah membelanya 


Sultan pura-pura merajuk, Nenek dan Chantika pun tertawa. Mereka bertiga terlihat begitu akrab meskipun baru bertemu Nenek.


NENEK : Oh iya, Nenek belum tau nama kalian, siapa nama kalian? 

CHANTIKA : Aku Chantika Nek, 

SULTAN : Dan aku Sultan Nek. Kita berdua dokter di rumah sakit ini 


Saat Sultan bersalaman dengan Nenek dia merasakan hal aneh dan berkata dalam hati "Kenapa aku merasa, aku sangat begitu dekat dan nyaman dengan Nenek ini ya. Perasaan aneh apa ini? "


Ponsel Chantika berbunyi, Chantika menerima telfon dari Dr. Trisna, Dr. Trisna memberitahukan kalau operasi pasiennya akan segera dilakukan.


CHANTIKA : Halo Dokter, 

TRISNA : Iya, Chantika. Operasinya akan dilakukan secepatnya. Apa kau sudah ada di rumah sakit sekarang? 

CHANTIKA : Iya Dok, aku sudah sampai sejak tadi. Aku sedang bersama Dr. Sultan disini, Nenek tadi tidak sadar jadi kami merawatnya 

TRISNA : Oh, ya sudah. Kalau begitu kau segera temui aku di ruangan, kita akan mulai operasinya 15 menit lagi 

CHANTIKA : Baiklah, 


Chantika meminta Dr. Sultan untuk menemani Nenek karena dia akan melakukan operasi pada pasiennya, Dr. Sultan pun setuju. Nenek lalu mengejek Dr. Sultan dan semuanya tertawa


CHANTIKA : Dr. Sultan, aku ada pasien yang akan di operasi saat ini, Dr. Trisna sudah menghubungiku. Aku minta tolong kau temenin Nenek sebentar ya 

SULTAN : Baiklah, tidak masalah. Aku akan menjaga Nenek disini 

CHANTIKA : Nenek, aku tinggal sebentar ya Nek... Nenek istirahat dulu disini, saat ini kondisi Nenek masih lemah. Aku akan segera kembali dan nanti aku juga akan menghubungi keluarga Nenek. Kalau nanti Nenek butuh sesuatu, katakan saja pada Dr. Sultan, dia akan menemani Nenek disini 

SULTAN : Iya Nek, aku akan menemani dan menjaga Nenek di sini, 

NENEK : Baiklah Nak, kau pergi saja, pasienmu sangat membutuhkanmu saat ini. Biar dokter tampan ini yang menemani Nenek 

SULTAN : Ahh... Nenek, Nenek bisa aja... Aku jadi malu 


Semuanya tertawa


CHANTIKA : Aku pergi ya Nek 


***


Roby tiba di rumah sakit, dia segera menemui suster resepsionis dan menanyakan Neneknya


ROBY : Suster-suster, Aku mau tanya, di ruangan mana Nenekku di rawat? 

SUSTER : Maaf tuan, siapa nama Nenek anda? 

ROBY : Aty Wijaya 

SUSTER : Tunggu sebentar, biar aku cek dulu 

ROBY : Iya, cepetan ya sus... 


Usai mengecek, suster mengatakan kalau tidak ada pasien yang bernama Aty Wijaya


SUSTER : Maaf mas, disini tidak ada pasien yang namanya Aty Wijaya 

ROBY : Benarkah? Coba-coba suster cek sekali lagi 


Suster kembali mengecek

SUSTER : Maaf mas, memang benar tidak ada pasien yang bernama Aty Wijaya disini 

ROBY : Apa? Hemm... Baiklah, terima kasih ya Sus 

SUSTER : Iya sama-sama 


Roby merasa kebingungan

ROBY : Astaga, ke rumah sakit mana wanita itu membawa Nenek? Ini adalah rumah sakit terdekat, apa mungkin wanita itu membawa Nenek ke rumah sakit yang jauh? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku benar-benar bingung, aku berada dalam masalah besar kali ini. Apa yang akan aku katakan pada Ayah dan Ibu nanti? Dan kakak? Habislah sudah... 


***


Sultan datang membawa bubur untuk Nenek, dan menyuapinya. Sultan dan Nenek pun terlihat begitu dekat mereka saling mengobrol.


SULTAN : Nenek, sekarang waktunya makan. Sultan sudah bawakan bubur untuk Nenek. Nenek makan ya... Biar cepat sembuh, Sultan akan menyuapi Nenek 

NENEK : Kau ini perhatian sekali cucuku, terima kasih 

SULTAN : Iya Nek... Apa yang bisa ku lakukan lagi, di rumah aku tidak punya seorang Nenek 

NENEK : Tidak apa-apa cucuku, kau bisa menganggap Nenek sebagai Nenekmu sendiri 

SULTAN : Benarkah Nek? 

NENEK : Tentu saja cucuku 

SULTAN : Terima kasih Nek, aku merasa sangat bahagia sekarang 



Sultan dan Nenek berpelukan, kemudian Sultan melanjutkan menyuapi Nenek sambil mengobrol kembali.


SULTAN : Nenek makan lagi ya. Oh iya, Nenek tinggal dimana? 

NENEK : Rumah Nenek tidak jauh dari taman baru 

SULTAN : Oh taman baru itu? 

NENEK : Iya. Di rumah, Nenek tinggal bersama anak dan menantu Nenek dan juga bersama tiga cucu Nenek. Kau bisa datang ke rumah Nenek jika ada waktu 

SULTAN : Iya, tentu saja Nek, kapan-kapan aku akan mengunjungi rumah Nenek 

NENEK : Kau sendiri tinggal dimana Nak? 

SULTAN : Ibuku selalu sibuk dengan urusannya dan tidak memperdulikanku Nek, aku selalu merasa kesepian kalau di rumah. Jadi aku terpaksa tinggal di sebuah kompleks apartemen milik Ayah Chantika 

NENEK : Memangnya kau sendirian di rumah? Ayahmu kemana? 

SULTAN : Ayahku pergi meninggalkan kami. Waktu aku masih berusia 3 tahun Nek, 

NENEK : Maafkan Nenek ya, Nenek tidak bermaksud untuk . . . 

SULTAN : Tidak Nek, tidak apa-apa. Aku merasa senang bisa berbagi cerita dengan Nenek 

NENEK : Terus, hubunganmu dengan Chantika . . . 

SULTAN : Dia sahabatku Nek. Kami dulu kuliah bersama dan semenjak saat itu kami mulai dekat sampai sekarang. Apa Nenek tau? Dia adalah wanita paling muda yang sukses mengalahkan senior-seniornya saat kuliah dulu, dia Mahasiswi termuda dan sangat pintar sekali 

NENEK : Dia juga sangat baik, entah apa yang akan terjadi pada Nenek jika tidak ada dia. Pasti Nenek sudah tiada sekarang 

SULTAN : Nenek, Nenek tidak boleh bicara seperti itu, hanya Tuhan yang berhak menentukan nyawa seseorang 

NENEK : Kau benar cucuku, kau dan Chantika benar-benar orang yang sangat baik 


***

Roby pulang ke rumah dengan perasaan cemas dan takut.


JANETA : Roby, kau sudah pulang. Dimana Nenek? 

ROBY : Nenek? Nenek... itu, Nenek... 

HARUN : Kenapa Rob? Apa yang terjadi, kenapa kau gugup dan terlihat ketakutan begitu? 

ROBY : Ayah... Maafkan aku, tadi saat di taman . . . 


Roby menceritakan kejadian saat di taman.


JANETA : Apa? Jadi maksudmu Nenek hilang? Roby, kenapa kau bisa seceroboh itu, harusnya kau angkat telfonmu di dekat Nenek saja. Sekarang bagaimana? Dimana Nenek, dan siapa wanita yang telah menyelamatkan Nenek itu? 

ROBY : Roby juga tidak tau siapa wanita itu Bu... 

HARUN : Sudah-sudah, kalian tenang dulu. Pasti dia wanita yang baik hati, Nenek pasti baik-baik saja. Biar aku hubungi Akbar dulu 


***

Akbar sedang rapat dengan kliennya, lalu ponselnya berbunyi. Akbar meminta izin pada kliennya untuk mengangkatnya.

AKBAR : Maaf, tunggu sebentar ya. Sepertinya aku ada telfon penting 

KLIEN 1 : Iya Pak, kau angkat saja 


Akbar keluar ruangan dan mengangkat ponselnya.

HARUN : Halo, 

AKBAR : Iya Ayah, Aku lagi ada rapat penting, apa ada masalah di rumah? 

HARUN : Benar Nak, Nenekmu hilang 

AKBAR : Apa? 

HARUN : Ayah akan ceritakan semuanya nanti, kau selesaikan saja pekerjaanmu. Ayah rasa, sekarang Nenek juga baik-baik saja 

AKBAR : Tidak Ayah, bagaimana aku bisa bekerja jika Nenek . . . 

HARUN : Sudahlah Nak, Nenek pasti baik-baik saja. Pengunjung taman bilang kalau Nenek di bawa ke rumah sakit sama wanita baik yang telah menyelamatkannya dari geng motor 

AKBAR : Apa? Geng motor? Kenapa sampai berurusan sama mereka Ayah? Apa yang sebenarnya terjadi? Aku, aku akan pulang sekarang 



Akbar menutup telfonnya, Roby merasa ketakutan.



HARUN : Halo, halo, Nak... 

HARUN : Dia mematikan telfonnya, dia bilang dia akan segera pulang 

ROBY : Matilah aku sekarang... 



Akbar meminta maaf pada kliennya dan akan meminta Arya untuk menggantikannya sementara.



AKBAR : Mohon maaf semuanya, aku ada urusan keluarga yang sangat penting, jadi aku tinggal sebentar. Tapi aku akan memanggil . . . 

KLIEN 1 : Pak Akbar, kami sangat mengerti, kami semua bangga padamu. Kau lebih mementingkan keluarga daripada pekerjaanmu, dan dalam hal ini, orang sepertimulah yang kami cari 

KLIEN 2 : Benar Pak Akbar, di jaman seperti sekarang, sudah sangat jarang ada orang yang mementingkan keluarga mereka 

AKBAR : Terima kasih Pak, aku akan memanggil Arya, dia kepercayaanku sekaligus saudaraku, aku akan memintanya untuk menggantikanku sementara 

KLIEN 3 : Baiklah 



Saat Akbar keluar ruangan, para klien itu memujinya.



KLIEN 1 : Tidak salah kita memilih Pak Akbar sebagai patner kita 

KLIEN 2 : Iya benar, 

KLIEN 3 : Selain muda, dia juga peduli pada keluarganya 

KLIEN 4 : Bukankah orang seperti Pak Akbar yang kita cari? 

KLIEN 2 : Ya, dialah patner yang kita cari-cari selama ini 

KLIEN 3 : Benar, 



Akbar masuk ke ruangannya dan meminta Arya agar menggantikan pekerjaanya, merekapun kembali menukar kemeja dan jasnya.



AKBAR : Arya, kau tolong temui klienku di ruang pertemuan. Di rumah sedang ada masalah, aku harus pulang sekarang 

ARYA : Apa semuanya baik-baik saja? 

AKBAR : Kau tidak perlu khawatir, semuanya akan baik-baik saja. Ini kemeja dan jasmu, silahkan kau pakai lagi. Dan lepaskan kemejaku biarkan aku memakainya lagi. Tidak mungkin kan kau memakai kemeja kotor itu untuk menemui klien kita? 

ARYA : Iya baiklah, tapi apa yang sedang terjadi di rumahmu 

AKBAR : Nenek menghilang 

ARYA : Apa? 

AKBAR : Tenang, kau tidak perlu merasa cemas. Fokus saja pada pekerjaanmu, aku akan urus semuanya. Dan sekali lagi terima kasih karena kau telah meminjamkan kemeja dan jasmu. Aku pergi dulu 

ARYA : Iya baiklah 



Akbar meninggalkan ruangan



ARYA : Semoga tidak terjadi apa-apa pada Nenek 


***


Di rumah sakit, Sultan mengatakan kalau dia akan mengantar Nenek pulang karena khawatir keluarganya akan cemas, awalnya Nenek menolak karena ingin bertemu Chantika sebelum pulang namun Sultan membujuknya.


SULTAN : Nenek, sekarang sudah sore, aku akan mengantar Nenek pulang ya? 

NENEK : Tapi Nak, dimana Chantika? 

SULTAN : Dia sedang sibuk Nek, pasiennya mengalami pendarahan dan harus di operasi ulang 

NENEK : Aku akan menunggunya 

SULTAN : Tidak Nek, keluarga Nenek pasti sedang cemas di rumah. Aku dan Chantika belum sempat menghubungi keluarga Nenek 

NENEK : Tapi Nenek belum mengucapkan terima kasih pada Chantika 

SULTAN : Nenek tenang saja, aku akan sampaikan ucapan terima kasih dari Nenek padanya 

NENEK : Baiklah kalau begitu 

SULTAN : Ayo, biar Sultan bantu ya Nek... 

NENEK : Terima kasih Nak, 

Sultan mengangkat Nenek dan mendudukkannya di kursi roda, lalu membawanya menuju parkiran. Kemudian mengangkatnya ke dalam mobil dan mengantar Nenek pulang.


NENEK : Terima kasih Nak, Nenek sudah banyak merepotkanmu 

SULTAN : Tidak Nek, Nenek tidak perlu mengucapkan terima kasih. Bukankah aku ini cucu Nenek 


Nenek tertawa


SULTAN : Bisa kita pergi sekarang Nek? 

NENEK : Baiklah, 


***


Akbar tiba di rumah dengan emosi, dia datang dan berteriak, Harun dan Janeeta mencoba menenangkannya, sementara Roby merasa ketakutan.



AKBAR : Ayah! Ibu! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Nenek bisa menghilang? 

HARUN : Akbar, tenangkan dirimu. Semuanya akan baik-baik saja 

JANETA : Ayahmu benar Nak. Ayo duduk 

AKBAR : Cukup Bu, kenapa kalian seperti menyembunyikan sesuatu dariku? 

JANETA : Tidak Nak, kami tidak menyembunyikan apapun 

AKBAR : Lalu kenapa kalian tidak ada yang memberikanku penjelasan yang jelas? 

HARUN : Ayah akan ceritakan semuanya, kau duduklah dulu 


Akbar duduk dan Harun menceritakan semuanya dari awal, sementara Roby tetap berdiri dengan wajah tegang dan merasa ketakutan.


AKBAR : Jadi semua ini terjadi karena ulah . . . 

Akbar berdiri dan berteriak dengan keras

AKBAR : Roobyyy!!!!!!! 


Semua terkejut


[ BERSAMBUNG.... ]




- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  - - - - - - -

EPISODE SELANJUTNYA ....

“Sultan mengalami kecelakaan, Akbar mencoba mengeluarkannya dari dalam mobilnya sebelum akhirnya meledak. Chantika dan Manik merasa khawatir dan cemas dengan Sultan. Harun dan Janeta terkejut mendengar berita tentang kecelakaan Sultan dan Akbar di sebuah saluran televisi.”

BACA EPISODE SELANJUTNYA



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Follow Social Media Penulis :

Instagram : @arahmanap_
Twitter : @arahmanap_
Facebook : A. Rahman AP


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

PERINGATAN!

Karya tulis ini dilindungi Undang-undang hak cipta dan dalam pengawasan team ART Multimedia Publishing. Barang siapa yang memperbanyak dan memposting ulang tanpa izin, maka akan dikenai pasal dan akan ditindak lanjuti menurut hukum yang berlaku.

For Bussiness :
artproductionsmdr@gmail.com